Sudah tiga hari setelah kejadian perjodohan kemarin kini Alexa tengah duduk bersama Hani sahabatnya mereka sedang makan di kantin kantor tempat mereka bekerja.
"Gimana perjodohan kamu kemarin, berjalan dengan lancar kan?" goda Hani kepada Alexa bahkan kini Alexa segera menelungkup kan kepalanya di atas meja membuat Hani mau tak mau ikutan panik tiada tara.
"Eh kenapa, jangan sedih." Hani segera mengusap-usap lembut kepala sahabatnya satu ini dia fikir mungkin kali ini juga sama seperti kemarin kemarin nya yaitu batal.
"Enggak tau jangan mikir aneh-aneh deh Han, aku aja enggak tau perjodohan ini berjalan dengan lancar atau tidak." Alexa segera mengangkat kepalanya dan menatap Hani cepat.
"Lah kok bisa gitu?" balas Hani masih tak mengerti maksud sahabatnya satu ini.
"Dia hanya menatap aku dalam diam dengan kalimat yang berhasil membuat aku mikirinnya semalaman." keluh Alexa lagi sebelum sesaat dirinya kembali menelungkup kan wajah di antara kedua lengannya itu.
"Kalimat apa yang dia ucapkan?" Hani kembali mendesak nya akibat terlalu penasaran dan semangat.
Perlahan Alexa berhasil menyembulkan sedikit kepalanya dan menyengir pelan terkekeh sebelum membuang muka tak mampu menghadapi apalagi mengucapkan dirinya terlalu malu.
"Oh ayolah, aku ini kan sahabatmu kenapa kau meragukan kepercayaan mu padaku." goda Hani lagi ini dengan wajah memelas.
"C__cantik." terdengar seperti gumaman bahkan lebih tepat nya lagi itu adalah bisikan yang hanya mampu di dengar oleh dirinya sendiri.
"Hah, apa katamu aku tidak mendengar nya dengan jelas." perotes Hani cepat menarik wajah Alexa agar menghadap tepat ke arah wajahnya.
"Cantik!" teriaknya spontan tanpa menyadari ada sosok lain datang mendekat.
"kau puas hanya dengan jawaban itu." sambungnya lagi di iringi wajah datar jauh berbanding terbalik dengan raut wajah Hani tampak merah menahan tawa, tawa Hani yang begitu bersemangat pun menyembur tanpa dapat di tampung lagi, melihat hal itu membuat Alexa mendelik kesal dan menyikut gadis itu pelan.
"Siapa yang cantik?" sebuah suara lembut dan imut dari seorang lelaki datang mendekat kearah mereka berdua, membuat keduanya mematung tak percaya bagaimana dengan Hani? jangan di tanya bahkan kini perempuan itu sudah terdiam tersedak tawanya sendiri.
Tanpa perintah ataupun atas izin siapa pun lelaki tampan itu duduk di samping Alexa dan ikut bergabung diantara mereka berdua.
"Kenapa kalian berhenti? ayo lanjutkan kembali pembicaraan kalian." ucap lelaki itu lagi terdengar sangat santai.
Berbeda dengan raut wajah Alexa ataupun Hani kini sudah memasang mimik tak enak ataupun segan, semua pandangan mata pun tertuju pada meja mereka.
"Bapak tau apa yang sudah bapak lakukan sekarang." sela Hani cepat menatap dengan tajam lelaki di samping Alexa.
"Memang nya apa yang sudah aku lakukan?" dengan raut wajah polos lelaki itu kembali menyantap makanan miliknya.
"Sudahlah Han, biarkan saja." sela Alexa cepat sebelum menatap lelaki di samping nya.
"Ada apa pak? kenapa tiba-tiba ikut bergabung untuk makan siang bersama dengan kami." kali ini Alexa lah yang bertanya dengan semangat 45 pun lelaki itu menoleh dengan semangat sebelum tersenyum lucu.
"Aku ingin meminta bantuanmu besok." tanpa basa-basi lagi lelaki itu langsung mengucapkan maksud dan tujuanya.
"Untuk?" Alexa masih binggung maksud dari perkataan bos nya itu.
"Kiara ingin ke taman bermain besok, jadi aku minta bantuanmu untuk menemani kami, kau tau kan kalau aku bukan orang asli disini jadi tidak tau banyak mengenai tempat bermain." jelas lelaki itu cepat kepada Alexa awalnya Alexa ingin menolak tetapi saat mendengar nama Kiara di sebut dirinya dirundung rasa rindu mengingat wajah bocah kecil berumur enam tahun itu sungguh mengemaskan.
"Modus apa medusa itu." suara gangguan datang tanpa di minta dengan tingkah menyebalkan nya itu kini Hani memasang wajah jauh dari kata menyenangkan.
"Hani, hentikan." Alexa mencoba menghentikan aksi temanya satu ini dengan perasaan sabar.
"Maaf ya pak, temannya saya kemarin kehabisan obat, ya gini deh jadinya." balas Alexa memasang wajah memelas meminta pengertian pada atasannya itu, Hani yang mendengar godaan Alexa segera menepuk lengan perempuan itu cepat.
"Ih kamu ini berdosa banget. " sela Hani cepat sebelum Alexa membalasnya, mendengar jawaban dari Hani membuat Alexa menjadi lebih bersemangat.
"Oh,, ngajak perang ye?" Alexa kini sudah menyibakkan baju panjang nya di atas sikut, mereka melupakan keberadaan atasan nya disini dan menganggap tempat ini hanya ada mereka berdua.
"Apa maumu jangan lagi." balas Hani cepat mengikuti argumen yang ada.
"Masih makai kalimat itu." Alexa bersiap ingin memukul lengan sahabatnya itu sebelum.
"Hmmm." suara singkat yang menyadarkan mereka tidak hanya berdua di sini.
"Eh masih ada bapak maaf pak abisnya han___." belum sempat dirinya menyelesaikan argumen.
"Saya enggak bisa roll depan bapak, gimana dong." habis sudah kesabaran Alexa mendengar lelucon yang Hani buat sebenarnya dari lubuk hati terdalam dirinya sangat ingin sekali tertawa terbahak-bahak tapi tidak bisa.
"Iya buk, ini si Alexa yang mau bayar makanannya." sela hani cepat membuat Alexa melotot terkejut mau tak mau dirinya pergi meninggalkan Hani dan Frankie bedua.
"Ada apa Hani, saya tau kamu dari tadi ingin berbicara dengan saya." tanya Frankie kemudian membuka percakapan.
Selang beberapa menit mereka terdiam.
Frankie masih menatap Hani sebelum memutuskan untuk membuka percakapan kembali.
"Bapak suka sama Alexandra?" pertanyaan itu langsung keluar tanpa di minta.
Frankie masih terdiam memperhatikan raut wajah Hani sebelum wanita itu kembali melanjutkan kalimatnya.
"Saya hanya ingin yang terbaik untuk sahabat saya pak, kalau memang bapak menyukainya jangan terlalu lama untuk mengungkapkan karena nanti berujung penyesalan." pesan Hani lagi kemudian pergi meninggalkan Frankie seorang diri masih mematung mengingat kalimat yang hani ucapkan.
Selepas kepergian Hani yang menyusul langkah kaki Alexa, di depan salah satu kantin itu, mata Frankie melirik ke arah lain sekaligus diam dan binggung.
Dirinya bahkan tidak tau langkah apa yang selanjutnya bisa dia ambil.
"Aku pun masih belum tau apa mau hatiku." balasnya lirih menyentuh area dada melihat punggung kedua wanita dewasa yang kini menjauh.
****
"Eh, Hani kamu ngomong sesuatu ya tadi sama pak Frankie?" tanya Alexa cepat mengintegrasi sahabat baiknya.
takut di saat dirinya meninggalkan mereka ada percakapan yang tidak terduga telah terjadi di sana.
Hani yang binggung kehabisan pita suara mendadak kini menggeleng ke pala kuat, seakan membantah menolak pernyataan yang di tuduh kan oleh Alexa sahabatnya.
"Serius." goda Alexa mencoba memasang wajah guyonan berharap mendapatkan wajah main-main dari Hani, sahabatnya itu. Seharusnya pilihan meninggalkan Frankie dan Hani berdua saja tadi tidak seharusnya terjadi, kalau tidak mungkin ekspresi Frankie tidak akan berubah seratus persen seperti tadi.
"Yaelah, Sa, sama temen sendiri enggak percaya, seriusan deh, untuk apa aku bohong soal pembicaraan kami tadi." sahut Hani cepat merasa paling tenang walau tidak dengan hati dan ekspresi nya.
Mata Alexa hanya mampu menyipit walau merasakan sedikit curiga, pasti ada sesuatu hal mencurigakan yang mereka bahasa, tapi mencurigai sahabat sendiri bukan pilihan yang tepat.
"Iya percaya deh." putus Alexa kemudian sebelum berjalan lebih dulu meninggalkan Hani tepat di belakang nya.
"Huft.." menyeka keringat dan menghela nafas kasar dirinya merasa sesak tadi, untung tidak jadi.
"Alexa, hei... tungguin." teriakan maut itu berasal dari belakang tubuh Alexa, dengan semangat Hani berlari mengejar Alexa merewangi mereka.