Chereads / Complicated Destiny of life / Chapter 7 - Tidak terima penolakan

Chapter 7 - Tidak terima penolakan

"Apa apaan ini, aku di lemparkan di antara mereka berdua,kalau memang tidak suka bukan nya lebih baik membatalkannya saja, rasanya begitu sakit melihat mereka menolak tepat di hadapan ku sendiri." batinnya Alexa bergejolak kesal, seakan menahan bendungan yang sebentar lagi terpecahkan, dengan berusaha dia menahan nya agar tak tumbang.

 

Melemparkan kata kata motivasi untuk dirinya sendiri mengatakan bahwa ini akan berjalan dengan mulus.

 

"Tidak usah pak, ini sudah malam lagi pula apa kata tetangga saya nanti wanita lanjang kok menginap di tempat orang lain, kan tidak enak dan juga tadi saya sudah mengabarkan sama papa mama kalau sebentar lagi saya akan pulang." jelas Alexa cepat membereskan semua perlengkapan nya kembali kedalam tas.

 

Sengaja dia menekan kan kata 'Lanjang' untuk menyindir James, tapi sepertinya berhasil terlihat dari cara lelaki itu yang kini sudah mengepalkan tangannya di samping saku kemeja yang ia pakai.

 

"Kalau begitu saya pulang dulu." hanya satu dia ingin cepat cepat pergi dari sini dan melepaskan segalanya dia begitu sakit mendengar penuturan dari kakak beradik ini, yang sudah saling melemparkan dirinya.

 

Padahal saat itu dia merasa senang dan bangga saat melihat James yang menerima perjodohan ini dan mengatakan dirinya cantik, tapi apa ini ternyata orang yang di jodohkan dengan dirinya pertama sekali adalah Frankie, bos barunya dan dengan bodohnya dia dan Hani mengira Frankie menyukainya. Bukankah terbukti dengan dia menolak perjodohan ini maka Frankie sama sekali tidak menyukai dirinya?

 

 

"Saya tidak bisa mengantarkan mu pulang, karena Kiara seorang diri." wajah Frankie kini menunjukkan mimik tak enak.

 

Berusaha tersenyum Alexa tetap menolak hal itu tak lepas dari perhatian James, karena terlalu sakit mendengar penuturan kata James tadi membuat Alexa tak menganggap kehadiran lelaki itu disini sekarang.

 

"Tidak usah pak, tidak usah repot-repot, lagi pula saya sudah memesan taksi online sebentar lagi sampai." bantah Alexa cepat tetap tersenyum berusaha ramah seakan tak terjadi apa-apa.

 

"Tidak aman perempuan pulang malam menggunakan taksi online." celetuk suara yang dingin itu memotong dengan pandangan tajam, berusaha mengintimidasi bukan taeyin namanya kalau tak ada unsur membangkang.

 

"Aman! tentu saja sangat Aman sekali." wajah Alexa kini berhadapan dengan James memberikan pandangan sarkas seakan dirinya malas mendengar suara menyebalkan lelaki itu sungguh sangat memuakan baginya.

"Bagaimana kalau James yang mengantar mu pulang, biar bagaimanapun kamu adalah seorang perempuan tak baik perempuan pulang malam-malam." mendengar celetukan James tadi, membuat Frankie langsung mengusulkan kalimat tersebut.

 

James hanya terdiam tak menolak ataupun menerima dia hanya diam menatap seakan menunjukkan kemenangan.

'Lihatlah wajah sombong dan menyebalkan darinya itu semakin membuatku kesal' batin Alexa semakin menjerit kesal.

"Ah, sudah sampai, kalau begitu saya pulang dulu pak." sahut Alexa cepat tak ingin menyetujui ide konyol sekaligus bodoh itu, di antar oleh dia James manusia berdarah dingin itu, bisa-bisanya nanti ia mati karena kesal dia.

 

Jangankan pulang bersama sedangkan berada dalam satu ruangan yang sama dengan dirinya saja mampu membuat Alexa hampir frustasi karena sindiran pedas dari bibirnya.

 

"Kalau begitu selamat malam pak Frankie saya pulang dulu, dan pak James." ucap Alexa cepat di hadapan Frankie, sedangkan di hadapan James walaupun enggan dia tetap mengucapkan selamat malam biar tak ada yang menyadari rasa kesalnya itu.

 

'Greb'

 

niat Alexa untuk pergi terhenti seketika saat merasakan tangannya tertahan, dan melihat pelaku yang menahannya.

 

"Pak bukankah tidak sopan, bagi seorang lelaki memegang tunangan orang lain." desis Alexa sengit dengan pandangan tajam, menarik paksa tangannya itu.

 

Oh tolonglah dia hanya ingin pulang dan menangisi kebodohan nya ini karena berharap terlalu dalam, dia terlalu bodoh sebelumnya.

"Tunangan?" wajah James tersenyum mengejek seakan menyudutkan Alexa akan ucapan tersebut.

 

"Maksudnya bukan kah tidak baik memegang tangan orang yang jelas tidak saling mengenal, siapa tau dia adalah tunangan orang lain." desis Alexa pergi meninggalkan ruangan lebih lama di sini, bisa membuat tangisnya pecah, saat ini dia hanya ingin mencari tempat yang tenang untuk menangis.

 

Untung tadi sebelum membuatkan minum dia sempat memesan taksi, karena dirinya memang sudah merasakan perasaan tidak enak tapi dia tidak mengira akan seperti ini endingnya jadi dia tak perlu menunggu lebih lama lagi, jika tidak maka ia tak tahu akan jadi seperti apa.

 

 

"Menolak, heh!" suara James terdengar antara dia dan Frankie, menatap punggung Alexa yang menjauh.

 

"Dia orang pertama yang menolak mu kak, jangan macam-macam dengan kak, dia orang yang baik dan juga_" sahut Frankie terhenti.

 

"Aku pulang dulu." James segera menepuk pundak Frankie meninggalkan seorang diri di ruangan.

 

"Orang yang kucintai." sahutnya dalam kesendirian dan tersenyum kecil.

 ****

 

"Jalan pak!" sahut Alexa setelah menutup pintu mobil itu dengan terbilang tak santai, yang dia fikiran saat ini adalah pergi dari daerah ini secepatnya agar dia bisa tenang.

 

"Turun!" tapi sepertinya seseorang tak akan melepaskan ketenangan nya begitu saja, terbukti kini pintu mobil yang awalnya tertutup sudah kembali terbuka lebar.

Apa-apaan lelaki ini, bukan kah dia yang mempermalukan dirinya tadi dan berusaha menyadarkan statusnya, yaitu seseorang yang di tolak kemudian di pungut secara dermawan.

"Jangan dengarkan pak, jalan saja." perintah Alexa setelah berusaha menutup kembali pintu mobil itu.

sementara si supir yang kebingungan kini enggan melajukan mobilnya, yang satu bersikeras untuk pergi sedangkan yang satunya lagi menatapnya dengan pandangan mengancam seakan dengan hal itu dia dapat menguliti dirinya lewat tatapan maut.

 

"Aku bilang turun, turun sekarang atau kau ingin menguji kesabaran ku." suara James masih terdengar lebih dingin tak berperasaan, sempat membuat Alexa gemetar tetapi hanya sesaat karena baginya harga diri saat ini jauh lebih penting.

 

"Pak kenapa diam saja pak, jalan." sahut Alexa yang kini semakin berusaha menghiraukan kehadiran James di sini.

 

Habis sudah kesabaran James kini, dengan sedikit tenaganya sudah membuka pintu dan menarik Alexa dalam gendongan nya.

 

"Loh nak, itu pelangan bapak nak, mau di bawa kemana?" sahut bapak itu kebingungan melihat Alexa sudah di gotong dalam gendongan James.

 

"Aw turunin gua sekarang enggak, pak tolong pak telepon polisi saja pak." Alexa berusaha melepaskan diri, dengan histeris tapi bukan James namanya kalau dengan mudah bisa melepaskan Alexa begitu saja.

 

dengan cepat dan tak ada lagi pergerakan lembut, karena Alexa yang selalu memberontak, James segera menariknya masuk kedalam mobil dan melemparkannya kasar.

 

"Aw, sakit." rintih Alexa saat di dudukan di tempat duduk samping kemudi, baru sejengkal ingin berniat kabur.

 

'Celetek'.

Terdengar suara pintu yang di kunci.

 

"James cepet buka, bukain sekarang nggak? aku mau pulang!" kesal Alexa mengetuk ngetuk kaca mobil dengan kasar dia di kunci.

 

setelah rasa aman barulah James kembali mendekati supir taksi online tadi.

 

"Ini pak." tanpa menghiraukan perdebatan kecil tersebut James segera mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu.

 

"Maafkan kelakuan istri saya ya pak, yang suka main kabur kaburan kalau lagi ada masalah, jadi merepotkan bapak." sahut James yang menjelaskan, kepada bapak itu, bapak itu pun hanya tersenyum geli.

 

"Iya pak, hal itu sudah biasa dulu bapak juga awal-awal nikah suka gitu, istri suka kabur kalau kita sedang marah." sahut bapak itu lagi James hanya menanggapi dengan senyuman.

 

"Tapi dia sebenarnya masih sayang dengan kita karena itu dia kabur, maklum anak muda, dia hanya ingin pergi untuk mencari ketenangan agar kita tidak melihat dia sedih." sambung bapak kali ini membuat James terdiam sejenak dan sedikit speechless.

 

"Kalau begitu bapak pergi dulu ya, inget di jaga baik-baik, kalau dia sering menangis dan mengeluh karena kita harus bersyukur karena dia masih sayang, tapi kalau dia sudah jarang menangis dan tidak pernah mengeluhkan kembali akan semua kelakuan kita hati hati ya nak." bapak itu yang berniat pulang tersebut memberikan sebuah kata-kata untuk James, walaupun bingung setidaknya mendengar kan omongan tersebut juga tidak Masalah.

 

 

"Takut nya nanti dia sudah terbiasa." sambung bapak itu lagi setelah dia menjalankan mobil taksi online tersebut.

 

Meninggalkan James seorang diri yang termenung masih bingung akan perkataan bapak itu tadi.

 

"Omong kosong apa itu, lagian aku tidak akan mungkin pernah jatuh hati pada nya." sahut James cepat seorang diri dengan yakin.

Ya tidak akan pernah.

Mungkin.