Hari Sabtu tiba lebih cepat dari yang Raihan harapkan. Setelah percakapan di taman dengan Clara, ia merasa resah. Ia menatap pena antik pemberian Clara yang kini diletakkan di meja belajarnya. Misi untuk melakukan sesuatu yang baru terdengar sederhana, tetapi kenyataannya lebih sulit dari yang ia bayangkan.
---
Di ruang tamu, Raihan melihat kalender. Sebuah catatan kecil milik adiknya tertempel di salah satu tanggal: Festival Seni Kampus, hari ini pukul 4 sore.
"Ini bisa jadi awal," gumamnya pelan.
Meski dengan ragu, Raihan memutuskan untuk pergi. Festival itu diadakan di auditorium kampus yang biasanya ia hindari karena terlalu ramai. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan di sana, tetapi setidaknya itu memenuhi syarat dari tantangan Clara.
---
Ketika tiba di festival, suasana begitu ramai. Stand-stand seni dipenuhi dengan lukisan, kerajinan tangan, dan musik akustik yang dimainkan di panggung kecil. Raihan merasa canggung, seperti orang asing di tengah kerumunan.
Namun, salah satu lukisan di sudut ruangan menarik perhatiannya. Sebuah kanvas besar menggambarkan seorang pria berdiri di tengah hutan gelap, memegang lentera kecil. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang membuatnya merasa seperti sedang melihat dirinya sendiri.
"Menarik, kan?" suara seorang perempuan tiba-tiba terdengar di sampingnya. Raihan menoleh dan melihat seorang gadis dengan rambut dikuncir. Namanya tertera di papan kecil di bawah lukisan: "Karya oleh Siska Pratama."
"Ini milikmu?" tanya Raihan.
Gadis itu mengangguk. "Ya. Ini tentang keberanian. Meski kecil, cahaya itu cukup untuk menuntun langkah seseorang ke depan."
Raihan terdiam sejenak. Kata-kata Siska mengingatkannya pada Clara dan misi yang ia emban.
"Apa kau sering melukis?" Raihan akhirnya bertanya, mencoba membuka percakapan lebih jauh.
"Kadang-kadang. Kau suka seni?" Siska bertanya balik.
"Aku tidak tahu," jawab Raihan jujur. "Mungkin aku baru mulai mencoba memahami."
---
Malam itu, Raihan merasa telah melangkah sedikit lebih jauh dari zona nyamannya. Meski hanya percakapan sederhana dengan seorang seniman, ia merasa telah memulai sesuatu.
Ia mengirim pesan kepada Clara:
> "Aku pergi ke festival seni hari ini. Bertemu seorang pelukis, dan aku rasa, aku mulai memahami sedikit tentang keberanian."
Clara membalas:
> "Langkah pertama selalu yang paling sulit. Aku bangga padamu. Teruskan, Raihan."
---
Penjelasan Karakter dan Latar Belakang:
Raihan: Perlahan menunjukkan perkembangan dalam menghadapi ketakutannya. Keberanian kecil seperti pergi ke festival seni memberikan warna baru dalam perjalanan karakternya.
Siska Pratama: Introduksi karakter baru dengan sisi seni yang bisa menjadi elemen tambahan dalam dinamika cerita.
Clara: Tetap berperan sebagai motivator meski tidak hadir secara langsung dalam bab ini.