Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Myosotis Forever

🇦🇴Aeryllis
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
324
Views
Synopsis
Di masa depan yang penuh bahaya, Ezora, seorang gadis dari kota terisolasi Z-1, berusaha mengungkap kebenaran tentang masa lalunya yang penuh misteri. Ia dibesarkan dengan kisah legenda tentang peperangan melawan iblis, dan kebencian yang diwariskan selama berabad-abad. Dengan ancaman dari monster Erura dan pengawasan ketat dari pemerintah, Ezora bergabung dengan organisasi pemberontak, Lost, demi mencari kebenaran, menemukan ayahnya yang hilang, dan mengungkap kejahatan yang tersembunyi.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Legenda Z-1

Empat ribu tahun yang lalu, dunia ini bukanlah tempat yang damai. Masa itu adalah era kegelapan, ketika manusia hidup di bawah bayang-bayang keputusasaan yang tiada akhir.

Langit selalu mendung, seolah menyerap harapan. Tanah penuh darah dan abu, membisu dalam penderitaan. Di antara reruntuhan peradaban, manusia berjalan membungkuk, tunduk pada kuasa yang tidak dapat mereka lawan—iblis.

Di dalam sebuah rumah sederhana di kota yang terisolasi, Couvra duduk di hadapan kakeknya.

Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu, sementara jemarinya menggenggam erat kain yang menutupi pahanya. Cahaya perapian berkedip-kedip, melemparkan bayangan yang meliuk di dinding kayu. Kakeknya, dengan rambut memutih dan wajah penuh kerut, memandangnya dengan sorot mata yang penuh makna. Suaranya berat, nyaris seperti bisikan.

"Kau tahu, Couvra… di masa lalu, iblis pernah turun ke bumi."

Couvra merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia menggigit bibirnya, setengah takut setengah penasaran. "Iblis? Turun ke bumi?"

Kakeknya mengangguk pelan, matanya menyipit seperti mengingat kenangan lama. "Ya. Dari langit yang gelap, mereka turun dengan kekuatan yang tidak bisa manusia bayangkan. Mereka menjadikan manusia budak, merampas kehormatan, kebebasan, bahkan nama mereka. Selama seribu tahun, manusia hanya hidup untuk melayani iblis."

Api di perapian berderak pelan. Dalam diamnya, Couvra seolah bisa mendengar rintihan manusia dari masa lalu yang jauh itu.

"Namun, alam semesta tidak tinggal diam," lanjut sang kakek, suaranya terdengar lebih dalam. "Di tengah penderitaan itu, muncul sesuatu yang luar biasa. Sebuah kekuatan yang lahir dari hati manusia sendiri. Mereka menyebutnya Bakat."

"Bakat?" Couvra bertanya, alisnya berkerut.

"Ya. Sebuah kemampuan yang tak pernah ada sebelumnya. Ada yang mampu mengendalikan api, ada yang bisa menyembuhkan luka hanya dengan sentuhan, ada pula yang dapat menaklukkan angin. Dengan Bakat inilah, manusia mulai melawan."

Kakeknya berhenti sejenak, membiarkan Couvra mencerna kata-katanya. Bocah itu membayangkan manusia-manusia pemberani dengan kekuatan luar biasa, melawan makhluk yang jauh lebih kuat dari mereka.

"Dengan Bakat, manusia mulai berkumpul. Mereka membentuk aliansi yang dipimpin oleh seorang pria bernama Cyan Exior."

"Cyan Exior?" Couvra mengulang nama itu, suaranya penuh kekaguman.

"Iya," sang kakek tersenyum tipis. "Cyan adalah pemimpin yang tak hanya kuat, tapi juga bijaksana. Ia mempersatukan manusia di seluruh penjuru, mengajari mereka bagaimana menggunakan kekuatan mereka, dan membangun pasukan yang tidak pernah dilihat sebelumnya."

Di benak Couvra, Cyan Exior tampak seperti pahlawan sejati. Seorang lelaki gagah dengan aura yang menyilaukan.

"Lalu apa yang terjadi, Kek?"

Kakeknya menatap api, seolah bisa melihat kembali ke masa lalu. "Di sebuah lembah sunyi, perang besar pun pecah. Pasukan manusia dengan Bakat mereka melawan iblis dalam pertempuran yang dahsyat. Tanah bergetar, api berkobar, dan udara dipenuhi dengan teriakan."

Sang kakek menutup matanya sejenak, suaranya melembut. "Cyan berdiri di tengah medan perang, memimpin dengan keberanian yang tak tergoyahkan. Dengan seruan lantangnya, ia memompa semangat manusia untuk merebut kebebasan."

"Apa yang terjadi setelah itu?" tanya Couvra dengan penuh semangat.

"Manusia menang," jawab sang kakek. "Mereka memukul mundur iblis dan membunuh Raja Iblis. Dunia akhirnya bebas."

Couvra menarik napas lega. Tapi kakeknya tidak tersenyum.

"Namun, kemenangan itu tidak bertahan lama."

Tatapan Couvra berubah. "Apa maksud kakek?"

"Empat belas tahun setelah pertempuran itu, iblis kembali," kata kakeknya. "Kali ini, mereka dipimpin oleh Raja Iblis baru bernama Alz. Tapi berbeda dengan yang sebelumnya, Alz tidak hanya kuat, ia juga cerdas."

Couvra terdiam. Ia tidak suka arah cerita ini.

"Manusia kalah dengan cepat," lanjut sang kakek. "Namun, Alz memiliki tujuan yang berbeda. Ia tidak ingin hanya menghancurkan manusia. Ia menginginkan perdamaian."

"Perdamaian?" Couvra memiringkan kepalanya.

"Ya. Alz bertemu dengan para pemimpin manusia, menawarkan gencatan senjata. Meski banyak yang tidak percaya, akhirnya perdamaian itu diterima. Manusia dan iblis hidup berdampingan, untuk pertama kalinya dalam sejarah."

Couvra tersenyum kecil. "Itu kabar baik, Kek."

"Tapi itu tidak bertahan lama."

Keceriaan di wajah Couvra lenyap seketika.

"Alz menghilang," lanjut sang kakek. "Tak seorang pun tahu ke mana ia pergi. Dan kekuasaan jatuh ke tangan putranya, seorang pangeran yang arogan. Ia memandang manusia sebagai makhluk hina dan memperlakukan mereka kembali seperti budak."

"Apa yang manusia lakukan, Kek?"

"Manusia marah. Kebencian mereka membara, lebih besar daripada sebelumnya. Mereka bangkit dan berhasil mengalahkan pangeran itu. Tapi bukan hanya dia yang dihukum."

Couvra menelan ludah.

"Mereka mengutuk seluruh keturunan sang pangeran. Sebuah segel diletakkan di pundak kiri mereka—tanda bahwa mereka adalah keturunan iblis. Mereka diasingkan, dijauhi, bahkan dibenci oleh manusia lain."

Ruangan itu terasa lebih dingin.

"Kutukan itu," lanjut kakeknya, "adalah alasan kenapa kita tinggal di kota ini. Z-1, kota yang dihuni oleh keturunan terkutuk."

Couvra tertegun. Ia meraba pundak kirinya tanpa sadar. "Jadi… kita juga terkutuk?"

Sang kakek tersenyum tipis, sorot matanya penuh misteri. "Suatu hari kau akan mengetahuinya sendiri, Couvra. Tapi ingatlah, di balik setiap legenda, selalu ada kebenaran yang tersembunyi."

Di luar, suara gemuruh samar terdengar dari kejauhan, seolah dunia sendiri ikut menegaskan bahwa kisah ini belum berakhir.