Chereads / EZORA -Myosotis Forever- / Chapter 7 - -Kehangatan di Tengah Misteri-

Chapter 7 - -Kehangatan di Tengah Misteri-

Vazer hanya berdiri diam di dekat pintu ruang medis, matanya menatap dalam pada Ezora yang masih terbaring lemah di tempat tidur. Di sisi tempat tidur, Light duduk dengan wajah penuh perhatian, memastikan gadis kecil itu tetap tenang.

Mungkinkah mata itu adalah kunci yang dimaksud Erraniel? pikir Vazer dalam hati, sorot matanya penuh pertimbangan. Tanpa mengatakan apa-apa, ia akhirnya berbalik dan meninggalkan ruang medis dengan langkah mantap, meninggalkan Light dan Ezora dalam keheningan.

Asharu, yang berdiri tidak jauh dari sana, tampak cemas. Ia menggenggam erat ujung bajunya, lalu memberanikan diri bertanya, "Apa dia akan baik-baik saja?"

"Ya, dia akan baik-baik saja," jawab Light singkat, meskipun dalam hatinya ia juga merasa khawatir.

Tidak lama kemudian, Ezora mulai menggerakkan tubuhnya. Perlahan, ia membuka matanya dan menatap sekeliling dengan tatapan kosong. Air mata mulai mengalir dari matanya, perasaan kehilangan dan sedih begitu jelas terpancar.

"Ibu… Distrik Utara… semua orang…," gumamnya pelan, suaranya penuh dengan rasa sakit.

Light segera memegang tangan Ezora, berusaha menenangkannya. "Ezora, aku tahu ini sulit. Tapi kau harus tetap kuat. Ada alasan kenapa ibumu mempercayakanmu pada kami."

Ezora tidak menjawab, hanya memeluk lututnya sambil menangis pelan. Saat itulah seorang gadis berambut putih panjang memasuki ruangan. Dengan langkah tenang, dia mendekati mereka.

"Hai, kalian pasti Ezora dan Asharu. Aku Lina codename," katanya memperkenalkan diri. Senyum ramah terpancar dari wajahnya, meskipun ada aura kedewasaan yang melebihi usianya yang hanya 13 tahun.

Ezora mengangkat wajahnya, masih dengan mata berkaca-kaca. Asharu yang berada di dekatnya hanya mengangguk pelan.

"Aku tahu ini sulit untuk kalian," lanjut Lina sambil berlutut di depan mereka. "Tapi kau harus tahu, Lost adalah keluarga kita. Tidak peduli apa yang terjadi, Lost akan selalu ada untukmu."

Kata-kata Lina perlahan membuat Ezora merasa sedikit lebih tenang. Asharu juga mulai terlihat lebih nyaman.

Beberapa jam kemudian, Light memutuskan untuk mengunjungi Magi bersama Ezora dan Asharu.

"Kalian perlu berterima kasih langsung padanya," kata Light sambil memimpin jalan. "Dia sudah banyak membantu kita sejauh ini."

Mereka tiba di ruangan Magi, sebuah ruang yang berada di sudut terpencil markas Lost. Pintu logam besar itu terbuka otomatis, mengungkapkan interior ruangan yang gelap dan dingin. Cahaya biru redup dari layar komputer di ujung ruangan menjadi satu-satunya penerangan. Kabel-kabel menjuntai dari langit-langit seperti akar pohon di gua, dan suara perangkat elektronik yang berdengung menciptakan suasana yang menegangkan.

"Kenapa ruangan ini terasa… menyeramkan?" bisik Ezora pada Asharu.

Asharu hanya menggeleng, tidak berani menjawab. Tiba-tiba, pintu di belakang mereka menutup dengan sendirinya, menciptakan bunyi keras yang membuat ketiganya tersentak. Kegelapan menyelimuti ruangan sepenuhnya.

"Apa-apaan ini?" seru Asharu dengan nada panik.

Dari sudut ruangan, sebuah bayangan muncul. Sosok kecil dengan mantel panjang melangkah maju, dan tiba-tiba, suara tawa meledak.

"Hahaha! Ekspresi kalian benar-benar lucu!" Suara itu milik Magi, yang kini berdiri di depan mereka dengan senyum lebar. Dia menghidupkan lampu redup di ruangan itu, membuat suasana menjadi lebih hangat.

Ezora dan Asharu menatap Magi dengan takjub.

"Tunggu, kau ini… masih anak-anak?" tanya Asharu tidak percaya.

Magi, yang tampak tidak lebih tua dari 10 tahun, duduk di kursi putar besar di depan layar komputernya. Wajahnya dipenuhi energi dan kepercayaan diri.

"Ya, aku tahu aku terlihat muda. Tapi otakku ini jauh lebih tua daripada penampilanku," katanya sambil terkekeh. "Jadi, apa yang membawamu ke ruanganku, Light?"

Light melangkah maju. "Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Karena bantuanmu, kami berhasil keluar dari Distrik Utara."

"Begitu juga denganku," tambah Ezora dengan suara pelan. Asharu mengangguk setuju.

Magi tersenyum, senang menerima apresiasi mereka. Namun, Light segera berbicara lagi, kali ini dengan nada serius.

"Aku butuh bantuanmu lagi, Magi. Aku ingin kau membuat identitas baru untuk Ezora dan Asharu. Masukkan mereka ke dalam daftar korban Distrik Utara. Pastikan identitas asli mereka terhapus sepenuhnya."

Magi mengangguk kecil. "Aku bisa melakukannya. Tapi aku tidak akan mengubah nama depan mereka. Aku hanya akan mengganti nama belakang dan detail keluarga."

Light mengangguk setuju. "Ezora akan menggunakan nama belakangku dalam identitas palsu. Ezora Zereth. Dengan begitu, kami akan terlihat seperti keluarga."

Magi mengetik cepat di komputernya, mengatur data mereka dengan keahlian luar biasa. Ezora dan Asharu hanya bisa terdiam, menerima perubahan yang akan datang.

"Selesai," kata Magi setelah beberapa saat. "Identitas baru kalian sudah aktif. Selamat datang di keluarga Zereth untuk Ezora dan untuk Asharu kau sepertinya masih memiliki keluarga di luar distrik jadi aku tidak mengubah namamu sama sekali."

Ezora menatap Light dengan penuh rasa terima kasih. Meskipun ia masih merasa bingung, ada sesuatu yang membuatnya merasa lebih aman. Asharu juga tersenyum kecil, menyadari bahwa mereka kini memiliki tempat baru untuk memulai hidup.

Di tengah kesulitan, kehangatan kecil itu menjadi pengingat bahwa harapan masih ada di depan mereka.