Lin Chen terus fokus mempelajari ketiga teknik tersebut, hingga kini sudah satu bulan berlalu.
Untuk mempelajari ketiga teknik secara bersamaan, Lin Chen harus benar-benar fokus agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penyatuan ketiga jenis tubuh dalam satu wadah.
Jika Lin Chen melakukan kesalahan, tubuhnya akan kembali meledak.
Kini satu bulan kembali berlalu, Lin Chen dapat mendengar suara tulang-tulang yang bergeser membentuk susunan. Darah di dalam tubuh seakan terus mendidih dengan hebat. Energi di sekitar terus berpacu mengitari setiap tulang yang secara perlahan menyelimuti dan mengubah tulang itu menjadi berwarna emas murni.
"Booms...."
"Booms...."
"Booms...."
Setelah satu hari berlalu, terdengar suara ledakan dari dalam tubuh Lin Chen.
"Wush...."
Aura yang cukup kuat menyebar mengitari tubuhnya, membuat dedaunan serta bongkahan batu melayang di udara.
Jika ada orang yang melihat apa yang terjadi pada Lin Chen saat ini, mungkin mereka akan muntah darah.
Bukan hanya kenaikan tingkat yang terlihat mustahil untuk di lakukan, bahkan aura yang di keluarkan Lin Chen dapat menekan seorang pendekar Kaisar.
Pemuda yang dulu di anggap sebagai sampah, kini menjelma menjadi seorang Naga yang mengerikan.
Lin Chen yang dulu, bukanlah Lin Chen yang sekarang. Orang-orang tidak akan lagi menyebutnya sebagai sampah, pecundang, aib klan, dan kata-kata lain yang membuat Lin Chen merasa sangat buruk di mata mereka semua.
Alasan Lin Chen terus hidup dan berlatih dengan keras, tidak lain karena kedua orang tuanya. Hati Lin Chen merasa sangat sakit melihat bagaimana kedua orang tuanya di permalukan, di anggap tidak pantas menjadi seorang pemimpin klan karena memiliki
seorang putra cacat sepertinya.
"Perasaan apa sebenarnya, aku benar-benar tidak mengerti akan semua rasa sakit yang tiba-tiba muncul ini," Batin Lin Chen tanpa membuka mata.
Di dalam pikiran Lin Chen, mulai berputar semua kejadian di mana sang Ibu menangis saat melihat sang putra di hina, dan di caci maki oleh semua orang, terutama anggota klannya sendiri.
"Aku Lin Chen, putra dari Lin Tian dan Yin Hua, telah kembali.." Ucap Lin Chen dengan mengepalkan tangannya, kemudian kembali fokus dalam kultivasi.
"Booms...."
Tiga hari berlalu, Lin Chen kembali naik tingkat menjadi pendekar Surga tingkat menengah.
"Booms..."
Pada hari ketujuh, Lin Chen sekali lagi menerobos ke tingkat pendekar Surga tingkat puncak.
Setelah melakukan terobosan atau kenaikan tingkat secara berturut-turut, Lin Chen mulai
fokus memperbaiki pondasinya. Meski Lin Chen sudah menguasai ketiga teknik tubuh khusus, namun ia tidak ingin terlalu terburu-buru yang bisa saja berakibat fatal.
Dalam dunia kultivasi, seseorang tidak di perbolehkan naik tingkat terlalu cepat, hal itu akan mempengaruhi pondasi di masa depan.
Hal ini biasanya sering terjadi pada mereka yang merasa jenius dalam kultivasi, di mana mereka lebih mementingkan tingkatan kultivasi lalu mengabaikan pondasi tubuhnya. Hal ini bisa di katakan gagal, karena di masa depan itu semua akan menjadi sia-sia karena terlalu terburu-buru hingga mengakibatkan mereka kesulitan untuk menembus tingkatan selanjutnya saat sudah berada di ranah Dewa.
Keesokan harinya, Lin Chen mulai membuka mata. Ia mengitari pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.
Terlihat jurang yang gelap itu kini dalam keadaan hancur, bebatuan di sekitarnya telah hancur menjadi puing-puing, serta pepohonan yang tumbuh tumbang jatuh ke tanah.
Lin Chen kemudian bangkit berdiri, lalu menatap ke atas langit.
"Aku harus segera kembali, sudah hampir tiga
bulan aku berada di dalam dasar jurang ini," Lin Chen kemudian memperhatikan tubuhnya yang kini polos tanpa adanya sehelai benangpun yang menempel menutupi.
"Cih! Jangan tertawa, atau aku akan mendatangi kalian!" Ucap Lin Chen menatap tajam para readerku terhormat.
Lin Chen kemudian menutup mata mencoba merasakan aura kehidupan di sekitar tempat itu.
Hingga beberapa saat kemudian, dia dapat merasakan kehadiran beberapa serigala di bagian atas.
Tanpa menunggu lama, Lin Chen segera melesat naik ke atas meninggalkan dasar jurang.
"Wushhh...."
Untuk mampu terbang, seorang kultivator harus mencapai tingkat Raja. Namun berbeda dengan Lin Chen, yang memiliki kejeniusan serta kekuatan setara dengan pendekar Kaisar tingkat awal.
"Dhuar...."
Baru saja Lin Chen tiba di atas, tiba-tiba
terdengar suara ledakan dari dalam bagian hutan kematian.
"Hm..." Lin Chen dapat merasakan beberapa sosok sedang bertarung menghadapi hewan buas.
Lin Chen kemudian bergerak dengan kecepatan angin menuju kawan serigala yang berada sekitar seratus meter dari tempatnya saat ini.
"Wushhh..." Lin Chen muncul di dekat kawan serigala berjumlah lima ekor.
Tanpa menunggu lama, Lin Chen segera bergerak melepaskan serangan tapak ke arah kawan serigala itu.
"Dhuar...." Ledakan keras terjadi membunuh salah satu serigala.
Keempat serigala dengan kekuatan Surga tingkat menengah dan puncak saling berhamburan pergi meninggalkan tempat itu.
Mereka dapat merasakan kekuatan yang sangat mengerikan merembas keluar dari tubuh Lin Chen.
Lin Chen yang melihat mereka semua pergi tidak memperdulikan. Niat Lin Chen hanya mengambil kulit serigala untuk di jadikan
pakaian.
Ia dengan tenang mulai membuat baju menggunakan kulit serigala itu, hingga beberapa saat kemudian pakaian kulit serigala telah jadi dan di gunakan oleh Lin Chen.
***
Di bagian terdalam hutan kematian, terlihat beberapa pemuda serta satu orang tetua sedang bertarung menghadapi kawanan badak bercula satu.
Lima badak bercula satu yang merupakan hewan busa tingkat Kaisar, secara terus menerus melepaskan serangan ke arah pemuda dan tetua tersebut.
"Tetua, apa yang harus kita lakukan?" Tanya salah satu pemuda dengan nafas tidak beraturan.
Di tempat itu juga terlihat beberapa badak bercula satu yang telah tewas terbunuh.
"Jika ada kesempatan, kita akan bergerak pergi dari tempat ini," Jawab tetua tersebut.
"Tapi, bagaimana dengan tubuh badak yang sudah berhasil kita bunuh?" Tanya pemuda lain dengan kelelahan.
Sang tetua menatap mayat badak bercula satu dengan kekuatan Surga dan Raja itu dengan bingung.
"Biarkan saja, nyawa kita lebih penting dibandingkan apapun itu," Ucap tetua dengan cepat.
"Awas!" Teriak salah satu pemuda, saat melihat serangan menuju sang tetua yang mulai kehilangan fokus.
"Booms...." Tetua itu terlempar dengan keras.
Meski memiliki tingkat kultivasi pendekar Kaisar puncak, namun dapat di lihat dengan jelas tetua itu sudah sangat kelelahan menghadapi belasan hewan buas badak bercula satu.
Bukan hanya melumpuhkan dan membunuh mereka, fokus tetua juga teralihkan oleh para pemuda yang bersamanya.
"Wushhh..." Lin Chen muncul di atas langit menatap pertarungan itu dengan santai.
"Benar-benar ceroboh!" Ucap Lin Chen, menatap tetua dan para pemuda yang sedang mengantarkan nyawa pada kawanan badak bercula satu itu.
"Wusshh..." Lin Chen melesat berniat membantu mereka.
Dengan gerakan secepat angin, Lin Chen melepaskan pukulan ke bagian wajah badak bercula satu.
"Dhuar..." Ledakan keras terjadi mengejutkan semua orang dan kawanan badak bercula satu.
Lin Chen tidak menghentikan gerakannya, dia kembali bergerak dengan terus melepaskan serangan ke arah badak itu satu persatu.
"Tetua!" Tiga orang pemuda itu menatap sang tetua dengan penuh tanda tanya.
"Aku juga tidak dapat mengetahui siapa dia." Ucap tetua itu dengan jujur, ia memang tidak dapat mengikuti kecepatan Lin Chen.
Dalam waktu singkat, kawanan badak bercula satu itu telah terbunuh dengan bagian wajah dan perut hancur.
"Wushhh..." Lin Chen bergerak pergi meninggalkan tempat itu.
"Saatnya kembali ke Klan, aku takut mereka mengkhawatirkanku yang telah menghilang selama tiga bulan ini," Ucap Lin Chen terus menambah kecepatan terbang menuju Kota
Awan Biru.
Setelah kepergian Lin Chen, tetua dan ketiga pemuda saling menatap dengan mulut terbuka lebar.
Mereka benar-benar merasa bingung dengan semua yang terjadi.
"Sebaiknya kita segera kumpulankan tubuh mereka, lalu kembali ke kota," Ucap sang tetua bangkit berdiri.
"Baik!" Ketiga pemuda dengan semangat memasukkan mayat badak bercula satu ke dalam cincin penyimpanan mereka masing-masing.
***
Kota Awan Panas.
Keadaan Kota Awan Panas terlihat sangat ramai dengan pejalan kaki yang memenuhi setiap sudut tempat.
Di Klan Lin.
Di dalam salah satu kamar, terlihat seorang wanita dewasa cantik sedang terbaring lemah di atas tempat tidur.
Wanita itu terus saja memanggil nama
seseorang, dengan keadaan mata tertutup. Bahkan terlihat cairan bening yang terus saja membasahi wajah pucat itu.
"Chen'er...."