Lin Tian memeluk erat sang putra, setelah hampir tiga bulan ia terus di bayangi rasa bersalah. Apalagi saat melihat keadaan sang istri, membuat hatinya sangat hancur berkeping-keping.
"Chen'er, apa yang telah terjadi padamu selama tiga bulan ini?" Lin Tian melepaskan pelukan menatap Lin Chen.
"Ayah, lihatlah..." Lin Chen tersenyum membalas tatapan sang Ayah.
Lin Tian terdiam selama beberapa saat, dengan seksama dia memperhatikan kondisi tubuh Lin Chen.
Hingga beberapa saat kemudian, kedua bola mata Lin Tian membulat sempurna, dengan mulut terbuka lebar menatap Lin Chen tidak percaya.
"Chen'er.. bagaimana bisa?" Lin Tian merasa tubuhnya mendadak lemas tak bertenaga. Meski begitu, dia merasa sangat bahagia setelah mengetahui jika sang putra telah resmi menjadi
seorang kultivator.
"Ayah, sebaiknya kita segera menemui ibu. Aku merasa-..."
"Kamu benar. Ibumu pasti akan sangat bahagia melihatmu telah kembali." Lin Tian memotong kata-kata Lin Chen.
Mereka berdua lalu berjalan masuk ke dalam kediaman patriak klan Lin.
Setelah berada di dalam, mereka berdua berjalan menuju salah satu ruangan kamar.
Di dalam kamar.
Terlihat seorang wanita dewasa berparas cantik sedang terbaring di atas tempat tidur. Meski wajah wanita itu terlihat pucat, namun tidak mengurangi kecantikan dan tubuh sempurna yang tertutup kain hingga bagian dada itu.
Lin Tian dan Lin Chen berjalan masuk mendekati wanita itu, lalu berdiri di samping tempat tidur.
Lin Feng meneteskan air mata saat merasakan keadaan tubuh wanita itu sangat lemah. Dia mengepalkan tangannya menahan amarah yang bergejolak di dalam hati.
"Bugh..." Lin Chen langsung berlutut.
"Ibu, maafkan Chen'er. Chen'er sudah membuat ibu khawatir. Chen'er sudah membuat ibu sedih. Chen'er berjanji tidak akan melakukan hal bodoh lagi tanpa meminta izin dari Ibu.." Lin Chen terus menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada sang Ibu Yin Hua.
Lin Chen sangat sadar, jika semua ini berawal dari ia yang pergi secara diam-diam dari klan untuk berlatih. Hingga suatu kejadian, membuat dia terlempar jatuh ke dalam jurang.
Mendengar suara yang sangat di rindukan, membuat perlahan kedua bulu mata lentik Yin Hua bergetar.
"Chen'er...." Yin Hua mengucapkan dengan pelan.
Kalimat itu benar-benar sangat lembut dan mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang yang amat sangat besar.
Lin Chen dengan cepat bangkit berdiri, lalu menggenggam tangan Yin Hua.
"Iya Bu, ini Chen'er..."
Butiran air mata jatuh dari sudut mata Yin Hua, secara perlahan dia membuka kedua mata.
Yin Hua berkedip selama beberapa saat untuk
memastikan apa penglihatannya benar atau hanya sekedar mimpi.
"Chen'er.. Ini benar-benar Chen'er..." Yin Hua menangis dengan bahagia mengangkat tangan untuk menyentuh wajah sang putra tercinta.
Lin Chen menganggukkan kepala memegang tangan Yin Hua. Tangan kanan terulur untuk menghapus air mata sang Ibu. Hati Lin Chen merasa sangat sakit melihat air mata yang terus mengalir dari bola mata berwarna biru indah itu. Di dalam hati, Lin Chen berjanji tidak akan pernah membuat sang Ibu menangis lagi. Siapa saja yang melukai dan menyakiti sang Ibu, akan dia bunuh menggunakan tangannya sendiri. Lin Chen bersumpah untuk itu.
Di sisi lain, Lin Tian berdiri menatap pertemuan mereka berdua dengan perasaan campur aduk. Kebahagiaan dan kesedihan datang bersamaan, membuat dia tidak tau harus tertawa atau menangis. Namun, dia merasa kehidupannya sudah sangat sempurna setelah kembalinya sang putra dan melihat istri tercinta yang jauh lebih baik.
"Ibu sangat mengkhawatirkanmu, Ibu selalu percaya jika Chen'er akan kembali. Lihatlah, Ayahmu yang begitu bodoh tidak mau mendengar perkataan Ibu. Dan sekarang, surga
telah mendengarkan doa dan harapan Ibu. Maafkan ibu sayang, ibu tidak bisa melindungi Chen'er dengan baik..." Yin Hua dengan suara bergetar, merasa sangat bersalah pada sang putra.
Lin Chen terharu saat mendengar ucapan Ibunya. Dia tidak dapat mengetahui dan menggambarkan suasana hatinya saat ini.
Pada kehidupan sebelumnya, Lin Chen adalah seseorang yang tidak memiliki siapapun. Dia tidak pernah melihat dan mengetahui dimana kedua orangtuanya. Ia harus mengandalkan dirinya sendiri dengan mencuri makanan dan melakukan segala hal agar tetap dapat bertahan hidup.
Lin Chen sangat takut untuk mati. Dia tidak ingin hidup tanpa pernah melihat orang tuanya, sehingga ia memiliki tekad kuat untuk terus hidup dan menjadi kuat. Dan gelar sebagai Dewa Kaisar Langit adalah pencapaian terbesar dalam hidupnya, meski hingga kematian datang dia masih belum dapat melihat kedua orangtuanya.
Saat ini, perasaan di dalam hati Lin Chen benar-benar di penuhi rasa cinta dan kasih sayang. Lin Chen merasa hidupnya sangat sempurna, meski dia sendiri merasa aneh
dengan perasaan yang sangat kuat ini tiba-tiba saja muncul di dalam lubuk hatinya.
Setelah pertemuan penuh haru dan kebahagiaan itu, Lin Chen menatap sang Ibu dengan serius, lalu mengalihkan pandangan ke arah Ayahnya.
"Ayah, apa yang terjadi pada Ibu?" Lin Chen bertanya dengan serius.
Yin Hua dan Lin Tian terkejut, mereka saling menatap satu sama lain. Hingga beberapa saat kemudian, Yin Hua menutup mulutnya, saat melihat sang putra kini telah menjadi seorang kultivator pendekar surga tingkat puncak.
"Chen'er..." Yin Hua mencoba memastikan.
Lin Chen menganggukkan kepala dengan tersenyum lembut menatap sang Ibu.
Lin Tian menghela nafas panjang, lalu menjelaskan pada Lin Chen. Sesaat setelah mendapatkan kabar menghilangnya Lin Chen, kesehatan Yin Hua menurun, dia langsung pergi untuk mencarinya sendiri. Dengan rasa bersalah dan penuh kesedihan, Yin Hua terus menangis setiap malam sehingga keadaan tubuhnya menurun drastis.
Setelah keadaan Yin Hua semakin buruk, Lin
Tian memanggil seorang tabib untuk mengobatinya. Namun, setelah meminum ramuan yang di berikan tabib tersebut, keadaan Yin Hua malah semakin memburuk, dan bahkan sesekali Yin Hua akan merasa tubuhnya sulit di gerakkan, dan rasa dingin dan panas selalu menyiksa secara bersamaan setiap malam.
Lin Chen dengan tenang mendengarkan semua penjelasan Lin Tian. Kedua matanya memerah, setelah mendengar semua kata-kata itu.
"Chen'er, Ibu baik-baik saja, kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan keadaan Ibu," ucap Yin Hua mencoba menenangkan sang putra.
Lin Chen menggelengkan kepala, lalu menyentuh pergelangan tangan Yin Hua.
Perlahan energi berwarna emas muncul menyelimuti tangan Yin Hua mengalirkan energi hangat.
"Ayah, apa Ayah memiliki jarum?" Tanya Lin Chen dengan terus mengalirkan energi emas itu ke dalam tubuh Yin Hua.
Lin Tian dengan cepat menganggukkan kepala, lalu pergi meninggalkan kamar untuk mengambil jarum yang di inginkan sang putra.
Yin Hua dan Lin Tian sama-sama bingung dengan apa yang akan di lakukan Lin Chen. Tapi mereka tetap diam dan menuruti kemauannya, agar tidak membuat sang putra merasa sedih.
Beberapa menit kemudian, Lin Tian kembali dengan membawa jarum perak, lalu menyerahkannya pada sang putra.
Lin Chen kemudian meminta sang Ibu untuk mengambil sikap lotus, tidak lupa juga dia meminta sang Ibu untuk membuka pakaian pada bagian punggung.
"Chen'er..." Yin Hua semakin di buat bingung.
"Ibu aku mohon, dan ini akan sedikit menyakitkan..." ucap Lin Chen serius, lalu mengeluarkan semua jarum perak itu.
Yin Hua menganggukkan kepala menatap sang putra dengan tersenyum, lalu melakukan apa yang Lin Chen perintahkan.
Setelah Yin Hua siap, Lin Chen langsung fokus untuk mengeluarkan racun yang bersarang di dalam tubu sang Ibu.
"Wush..." puluhan jarum perak menempel di kedua tangan, dengan gerakan cepat dan terlihat sangat ahli, Lin Chen mulai
menempatkan jarum-jarum itu pada titik meridian Yin Hua.
Setelah sembilan puluh sembilan jarum perak menghiasi tubuh Yin Hua, secara perlahan asap tipis berwarna hitam dengan bau menyengat merembas keluar dengan keringat deras yang membasahi tubuh.
"Semua racun hampir keluar sepenuhnya. Ibu, tahanlah sebentar lagi..." Lin Chen kemudian menempelkan kedua tapak tangan pada punggung terbuka itu.
"Wush...." Energi tanpa warna muncul memasuki tubuh Yin Hua.
Lin Tian yang melihat hal itu menatap dengan tidak percaya. Dia benar-benar merasakan jika keadaan Yin Hua kini sudah jauh lebih baik, bahkan wajah pucat telah berganti dengan rona merah menunjukkan kecantikan Yin Hua sepenuhnya.
"Ini?"
* *
Mulai Oktober, Reinkarnasi Kaisar Langit akan berlanjut...