Chereads / misteri di kota tua / Chapter 3 - chapter 3: Penemuan Petunjuk Baru

Chapter 3 - chapter 3: Penemuan Petunjuk Baru

Malam mulai larut, tetapi pikiran Alif dan Rani masih dipenuhi oleh kejadian di museum tadi. Mereka duduk di ruang kerja Alif, dengan catatan-catatan dan foto-foto kecil hasil jepretan Rani yang sudah tersebar di meja. Rani sibuk menelusuri foto-foto itu satu per satu, sementara Alif merapikan catatan-catatannya dengan serius.

"Jejak kaki ini..." gumam Rani sambil memperbesar foto di layar tabletnya. Jejak itu terlihat samar, nyaris tak terlihat dengan mata telanjang, namun cahaya senter Alif sebelumnya berhasil memperjelas bentuk sepatu yang tergenang oli.

"Betul," jawab Alif sambil menunjuk catatan di bukunya. "Jejak ini tidak berasal dari sepatu yang biasa dipakai pegawai museum. Dan noda oli ini… aneh. Museum seharusnya tidak punya benda yang bisa meninggalkan noda seperti ini."

Rani mengangguk setuju. "Aku juga berpikir begitu. Selain itu, tadi aku lihat ada pria yang terus berkeliaran di lorong belakang museum. Dia tampak mencurigakan, tapi aku tidak sempat mengambil fotonya. Sepertinya dia sengaja menghindar dari pandangan."

"Pria itu… bentuk tubuhnya agak tinggi dan kurus, bukan?" Alif mengingat-ingat kembali saat-saat mereka berada di museum.

Rani mengangguk. "Iya, aku yakin dia mencoba bersembunyi. Mungkin dia tahu keberadaan kita atau sengaja menghindari siapa pun yang mungkin memperhatikannya."

Alif mulai mengetik sesuatu di komputernya, mengakses forum-forum lokal dan berita lama yang mungkin bisa memberikan petunjuk tentang siapa pria itu. Selang beberapa menit, Alif berhasil menemukan sesuatu. "Ini dia, Rani. Pria yang kau lihat tadi mungkin Pak Arman, mantan pegawai museum yang diberhentikan dua tahun lalu karena kasus dugaan pencurian. Tapi, anehnya, tuduhan itu tidak pernah terbukti."

"Dugaan pencurian?" Rani mendekat untuk melihat layar. "Jadi, kemungkinan besar dia masih punya dendam pada museum?"

"Bisa jadi," jawab Alif sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, tanda dia sedang berpikir keras. "Atau mungkin dia sedang mencari sesuatu yang belum sempat dia ambil dulu. Kalau benar begitu, ada kemungkinan patung yang hilang bukan satu-satunya benda yang dia cari. Bisa jadi ini bagian dari sesuatu yang lebih besar."

Keduanya terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru mereka temukan. Rani mengambil selembar kertas kosong dan mulai menggambar denah museum berdasarkan ingatannya.

"Lihat di sini, Alif." Rani menunjuk titik di bagian lorong belakang yang mereka lalui. "Jika benar Pak Arman masih menyimpan sesuatu di dalam museum, mungkin dia menaruhnya di area yang jarang dilewati pengunjung."

"Bisa jadi, tapi kita tidak bisa asal menerka," jawab Alif, sambil melihat jam dinding. "Kita harus mencari tahu lebih dalam tentang pria ini. Ada kemungkinan dia terlibat dalam kasus yang lebih besar daripada sekadar pencurian patung."

Alif membuka laptopnya dan mencari informasi tentang artefak-artefak bersejarah yang pernah dipamerkan di museum itu. Ternyata, patung yang hilang adalah salah satu dari empat artefak langka yang pernah dipajang beberapa dekade lalu sebagai koleksi khusus. Patung itu memang tidak besar atau mencolok, namun konon patung tersebut memiliki sejarah panjang dan berhubungan dengan harta karun tersembunyi dari zaman kolonial.

"Rani, lihat ini!" Alif menunjukkan informasi di layar. "Patung itu rupanya salah satu dari empat artefak yang diyakini sebagai petunjuk ke harta karun kota. Tiga artefak lainnya adalah guci, keris, dan peta kuno. Tapi sampai sekarang, tidak ada yang tahu keberadaan ketiga benda lainnya."

Rani menatap layar dengan terkejut. "Jadi, kalau patung ini hilang, kemungkinan besar ada yang sedang mencari tiga artefak lainnya untuk menemukan harta karun itu."

"Dan jika benar Pak Arman terlibat, dia pasti ingin menguasai harta itu," lanjut Alif sambil menutup laptopnya. "Besok, kita harus mencoba menyelidiki lebih lanjut tentang Pak Arman dan mencari tahu apakah ada koneksi antara dia dan artefak-artefak ini."

Mereka menghabiskan beberapa waktu lagi berdiskusi dan menyusun rencana untuk melanjutkan penyelidikan. Meski lelah, mereka berdua merasa semakin tertarik dengan misteri ini. Alif, yang biasanya selalu tenang, bahkan merasa sedikit antusias. Bukan karena harta karun, tetapi karena misteri ini menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar teka-teki.

Pukul sudah menunjukkan tengah malam ketika Rani akhirnya berpamitan pulang. Alif mengantar temannya hingga ke gerbang rumahnya, sembari memberikan wejangan.

"Jangan bilang ke siapa-siapa soal penyelidikan ini, ya. Aku tidak ingin ada yang tahu sampai kita benar-benar yakin dengan temuan kita," kata Alif.

Rani tersenyum kecil. "Tenang saja. Kita berdua yang memulai, kita berdua juga yang akan menyelesaikannya."

Alif hanya mengangguk, dan mereka saling berpamitan. Meski sudah lelah, Alif tahu pikirannya tak akan tenang malam ini. Misteri ini baru saja dimulai, dan dia tak sabar untuk menemukan jawaban yang tersembunyi di balik jejak-jejak yang mereka temukan di museum.