Setelah melarikan diri dari Pak Arman di lokasi kedua, Alif dan Rani memutuskan untuk kembali ke rumah Alif agar bisa menyelidiki medali yang baru mereka temukan. Mereka sudah terlalu lelah dan tegang untuk melanjutkan penyelidikan ke lokasi ketiga, dan mereka tahu bahwa langkah berikutnya harus dipersiapkan dengan matang.
Begitu mereka tiba di rumah, Alif segera mengeluarkan medali dari tasnya dan meletakkannya di atas meja. Medali itu tampak kuno, berwarna perunggu tua, dengan beberapa simbol yang aneh dan sulit dikenali. Medali itu kecil dan ringan, tetapi setiap ukiran di permukaannya terasa memiliki makna yang dalam.
"Kau pikir ini hanya simbol biasa, atau ada sesuatu yang lebih?" tanya Rani sambil mengamati medali itu dengan saksama.
Alif mengambil kaca pembesar dari laci dan mulai memeriksa medali itu lebih dekat. "Lihat, ini bukan sekadar ukiran hiasan. Setiap simbol di sini tampaknya membentuk sebuah pola."
Rani mengerutkan kening, berusaha memikirkan arti dari pola tersebut. "Kau pernah melihat simbol seperti ini sebelumnya?"
Alif menggeleng. "Tidak, tapi aku yakin ini semacam kode atau peta. Mungkin kita perlu mencari tahu tentang simbol-simbol kuno yang berkaitan dengan sejarah kota ini. Bisa saja ini adalah bahasa simbol yang dipakai oleh orang-orang yang dulu tinggal di sini."
Rani mengangguk, kemudian menyalakan laptopnya untuk mencari informasi tambahan. Mereka mencari-cari referensi tentang simbol kuno, sejarah perdagangan, dan kebudayaan di kota mereka, berharap bisa menemukan petunjuk yang relevan dengan medali itu.
Setelah beberapa jam mencari, Rani menemukan sebuah artikel tentang simbol-simbol perdagangan kuno yang digunakan oleh para pedagang dan masyarakat kolonial. Artikel itu menjelaskan bahwa pada masa lalu, para pedagang terkadang menggunakan simbol-simbol sebagai penanda atau kode rahasia untuk mengidentifikasi barang-barang tertentu, terutama barang-barang berharga atau yang memiliki nilai sejarah.
"Alif, lihat ini," kata Rani sambil menunjukkan layar laptopnya. "Mungkin simbol-simbol di medali ini adalah semacam kode untuk mengidentifikasi lokasi atau nilai suatu benda."
Alif membaca artikel itu dengan teliti, kemudian memandangi kembali medali di tangannya. "Jadi, kalau simbol ini adalah kode untuk suatu lokasi atau benda, itu berarti kita mungkin sedang memegang kunci untuk menemukan lokasi-lokasi lainnya."
Mereka berdua merenung dalam diam, mencoba memikirkan langkah berikutnya. Alif kemudian mendapatkan ide.
"Apa kau punya pulpen dan kertas?" tanya Alif.
Rani mengangguk dan segera mengambil kertas dari meja. Alif mulai menggambar ulang simbol-simbol di medali tersebut dengan hati-hati, menyalin setiap detail dari ukiran itu. Setelah selesai, mereka mencoba menghubungkan simbol-simbol tersebut satu per satu, mencari pola atau petunjuk tersembunyi.
Rani memperhatikan gambar yang mereka buat. "Tunggu sebentar. Kalau ini memang petunjuk lokasi, mungkin kita bisa mencocokkannya dengan peta kota kita."
Mereka segera membuka peta kota dan mencoba mencocokkan posisi simbol-simbol di medali dengan titik-titik tertentu di peta. Alif mulai menggerakkan jari-jarinya di atas peta, menyelaraskan simbol-simbol itu dengan titik-titik bersejarah di kota mereka. Setelah beberapa kali mencoba, mereka akhirnya menemukan satu pola yang tampak cocok.
"Lihat ini, Rani! Simbol-simbol ini membentuk garis yang mengarah ke satu titik di selatan kota, dekat sungai," kata Alif dengan penuh semangat.
Rani melihatnya dengan antusias. "Jadi itu mungkin lokasi selanjutnya?"
Alif mengangguk. "Aku rasa begitu. Tapi kita harus berhati-hati. Kalau kita berhasil menemukan dua artefak ini, Pak Arman mungkin sudah tahu bahwa kita juga berusaha mencari artefak-artefak itu. Dan dia jelas tidak akan membiarkan kita menemukan semuanya."
Rani menatap Alif, merasa sedikit cemas tapi bersemangat. "Kita harus bergerak cepat. Kalau kita berhasil mendahuluinya, mungkin kita bisa mendapatkan lebih banyak petunjuk sebelum dia menyadari."
Namun, sebelum mereka berangkat, Alif merasa ada yang mengganjal. Dia memandang medali itu lagi, memperhatikan simbol-simbol dengan lebih saksama.
"Rani, tunggu sebentar. Aku baru menyadari sesuatu," katanya dengan nada serius. "Ada satu simbol di sini yang berbeda dari yang lainnya. Ini… terlihat seperti huruf, tapi bukan huruf yang biasa kita lihat."
Rani menatapnya dengan penuh rasa penasaran. "Maksudmu, ini mungkin bagian dari kata atau nama?"
Alif mengangguk pelan. "Mungkin saja. Tapi jika ini sebuah kata, kita harus memecahkannya lebih lanjut. Aku merasa kata ini adalah petunjuk penting yang bisa mengarahkan kita ke sesuatu yang lebih besar."
Mereka kembali mengamati simbol itu dan mencatat bentuknya. Huruf itu tampak seperti campuran antara huruf "G" dan "R", tetapi dengan tambahan lengkungan yang unik. Alif berpikir keras, mencoba mengingat apakah pernah melihat simbol serupa dalam bacaan sejarah atau buku-buku kuno yang pernah dia pelajari.
"Kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang simbol ini," kata Alif akhirnya. "Bisa jadi ini adalah kata sandi atau nama yang akan membuka petunjuk berikutnya."
Rani menyetujui usul Alif. Mereka memutuskan untuk mencari informasi lebih lanjut di perpustakaan kota, tempat yang menyimpan berbagai buku sejarah kuno dan arsip yang mungkin bisa membantu mereka mengungkap makna simbol itu. Mereka tahu bahwa langkah berikutnya adalah memahami kata sandi di medali ini sebelum pergi ke lokasi berikutnya.
Dengan hati yang penuh semangat dan tekad, Alif dan Rani bersiap untuk melanjutkan penyelidikan. Mereka tahu bahwa semakin dalam mereka menggali, semakin besar bahaya yang mengintai. Namun, mereka juga sadar bahwa mereka sudah tidak bisa mundur lagi. Bagi mereka, menemukan kebenaran tentang artefak-artefak ini dan mengungkap sejarah yang tersembunyi di kota mereka adalah misi yang harus diselesaikan.