Malam hari bermandikan cahaya rembulan,ditiup oleh hembusan angin malam, seorang pemuda dengan pakaian lusuh tak berdaya berjalan dengan kakinya yang terluka sambil memikirkan nasib.Luz melihat reruntuhan reruntuhan bangunan yang tadinya kokoh dan kuat,sekarang hanya tersisa puing puing yang berantakan.Kenangan akan kota ini seakan-akan terus menghantuinya,kota yang dulunya merupakan tempat tinggal beribu-ribu penduduk,hancur seolah kayu yang melapuk.
"Kenapa harus jadi begini?Haruskah semuanya berakhir seperti ini?",ujar Luz yang sedang putus asa.
Di dunia ini,kekuatanlah yang menentukan siapa yang berkuasa.Yang kuat memakan yang lemah,dan yang lemah harus merelakan apa yang dimilikinya.Kepercayaan itulah yang sudah tertanam dalam masyarakat.Apa yang tidak membuat pemiliknya menjadi kuat,tidak ada harganya.Luz muda bertanya-tanya tentang kebenaran anggapan ini yang menurutnya tidak masuk akal.
Perang antara Kerajaan Este dan Kekaisaran Oeste yang berakhir lima tahun yang lalu masih meninggalkan luka.Akibat dari anggapan masyarakat tentang siapa yang berhak memimpin dan berkuasa diantara mereka.Perebutan pengaruh antara kedua pihak itulah yang telah menghancurkan kota-kota,memakan banyak korban jiwa,dan menghancurkan peradaban.
Kerajaan Este yang berada di sebelah timur dari Gurun Medio,yang merupakan pusat medan perang,dikuasai oleh raja yang haus kekuasaan,Raja Nieve keenam.Sedangkan rival mereka,Kekaisaran Oeste yang letaknya di sebelah barat gurun,dikuasai oleh Kaisar Sol ketujuh yang disebut "Diktator" oleh rakyatnya.Baik Kerajaan maupun Kekaisaran memiliki sejarah buruk dari masa lalu,yang menjadi akar dari perang ini.Mereka menyebutnya "Perang Besar".
Setelah lima tahun masa pemulihan,tetap saja tidak ada perubahan di Raiz,kota kelahiran Luz.Wajar saja sebenarnya,Wilayah sekitar kota ini berada di barat daya Gurun Medio.Lima tahun masa pemulihan tidak akan cukup untuk memperbaikinya.Tapi tetap saja Luz tinggal,dia masih meninggalkan harapan disini.
"Disinilah aku lahir dan disini jugalah aku akan mati",Luz berkata sembari bangkit dari kesedihannya.
Di dunia ini orang-orang memiliki kekuatan untuk memanifestasikan energi yang ada di dalam tubuh mereka.Energi yang terakumulasi itu biasa digunakan untuk membuktikan kekuatan mereka,seperti sihir."Eliks",begitulah mereka menamainya.Kekuatan yang menghancurkan perdamaian dimana orang-orang hanya menganggapnya sebagai senjata.
Eliks biasanya digunakan untuk memperkuat diri,dengan mengalirkannya disekitar tubuh pengguna,seperti baju besi untuk perang.Yang lebih mahir biasanya menggunakannya sebagai serangan proyektil seperti peluru,menembakannya seperti laser,bahkan bisa menciptakan benda fisik seperti api dan air.Banyak sekali potensi,sehingga orang-orang melakukan inovasi baru dalam penggunaannya.
Luz yang dulu merupakan bocah yang jauh dari pusat konflik tentu saja tidak bisa menggunakan Eliks dengan baik.Dia adalah anak yang selalu berpikiran positif dan benar benar membenci konflik."Kekuasaan berdasarkan kekuatan tidak akan bertahan lama",itu keyakinan yang selalu dia pegang.Seorang anak polos yang melewati jalan penuh rintangan tanpa mengumpat dan mencela.Walaupun segalanya telah diambil darinya,dia tetap optimis dan tidak pernah jatuh.Dia percaya,harapan yang selalu dia yakini tidak akan pernah mengkhianatinya.
Luz yang sekarang sudah remaja pergi meninggalkan kotanya ke arah barat.Dia melangkah menjauh dengan bekal sedikit yang telah ia simpan dari kamp pengungsian di dekat kota Raiz.Dengan harapan agar bisa kembali untuk memulihkan kotanya dan untuk melindunginya kembali.Pada waktu fajar,dia menghadap ke arah kotanya untuk terakhir kali,tangisan tidak terbendung keluar dari kedua matanya.Dia mengucapkan selamat tinggal.
"Selamat tinggal,Raiz.Aku berjanji akan membangun kembali dan melindungimu,sampai saat itu tiba aku akan berjuang sekuat tenaga agar aku layak.",Luz berkata sambil meninggalkan kota itu.
Tujuan pertama Luz dalam perjalanannya adalah desa kecil di sebelah barat kota Raiz,Desa Korazon,dimana desa itu merupakan satu satunya wilayah di daerah Gurun Medio yang tak tersentuh perang.Konon katanya wilayah itu dijaga oleh Kesatria Agung yang sangat terkenal.Tidak ada seorangpun,baik dari kerajaan maupun kekaisaran yang berani mendekati wilayah tersebut.Walaupun sosoknya tidak pernah menampakkan diri,beberapa orang mengatakan merasakan sensasi aneh dan mencekam ketika mencoba melakukan kekerasan disana.Luz berharap dengan kedatangannya ke desa itu,dia bisa mendapat pelajaran dari sang kesatria.
Setelah berjalan selama satu jam,Luz memutuskan untuk beristirahat sebentar.Dia memutuskan untuk beristirahat di sebatang pohon yang daunnya sangat rindang untuk dijadikan teduhan.Luz duduk sembari makan dan minum dengan bekal yang telah dia bawa sebelumnya.Angin sejuk berhembus disekitar gurun membuatnya sangat mengantuk,dia memutuskan untuk tidur sebentar untuk istirahat.
"Anak muda,bangunlah!",tiba tiba ada orang tua yang membangunkan Luz.
"Hah!Siapa kakek?!",jawab Luz dengan terkejut.
"Tenang,aku hanya kakek-kakek yang sedang berjalan-jalan.",balas kakek tersebut sambil tersenyum.
"Aku kebetulan melihatmu tidur disini,Apa kamu sedang mengembara?",tanya kakek itu.
"Iya,aku dalam perjalanan ke desa Korazon.",jawab Luz.
"Apa tujuanmu untuk mendatangi desa itu?",tanya kakek itu sambil mengerutkan dahinya.
"Aku datang untuk mendapat pelajaran darinya,agar aku bisa memulihkan dan menjaga kota asalku.Aku ingin menemui Kesatria Agung dan menjadi muridnya.",jawab Luz dengan serius.
"HAHAHAHAHA,Kesatria Agung?!",Kakek itu langsung tertawa mendengar ceritanya.
"Kenapa kakek tertawa?Memang ada yang lucu dari perkataanku?",jawab Luz dengan penuh keheranan.
"Kesatria Agung,tidak ada yang pernah melihatnya,banyak orang yang menganggapnya sebuah mitos.Kesatria Agung itu hanya dongeng belaka.Lebih baik kamu kembali dari pada datang dengan sia-sia.",jawab Kakek itu sambil melihat ke arah desa.
"Walaupun apa yang kakek katakan benar,aku akan tetap datang.Aku ingin mengetahui rahasia tentang bagaimana desa itu,yang letaknya didekat medan perang sama sekali tidak terdampak oleh ganasnya peperangan.",kata Luz dengan serius.
"Itu karena orang-orang percaya pada takhayul bodoh yang tidak terbukti kebenarannya.Mereka mengatakan kekuatan diatas segalanya tetapi tetap mempercayai hal-hal samar seperti itu.",Kakek itu tersenyum dengan sombong.
"Mungkin kakek benar soal itu,tetapi aku tetap akan datang untuk membuktikan bahwa harapan yang kupercayai tidak akan hancur.Aku telah merasakan sendiri dampak dari perang dan juga telah kehilangan segala yang jadi milikku,aku bertujuan untuk memulihkan kembali dan melindungi kotaku bahkan jika harus melewati gunung tertinggi sekalipun.",jawab Luz dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kamu kelihatan lelah,bekalmu juga hampir habis,ikutlah bersamaku ke rumah,lalu beristirahatlah.Pikirkan lagi apa yang akan kamu lakukan besok!Aku akan menjamumu malam ini.",ajak kakek itu.
Luz yang matanya masih dalam keadaan mengantuk itu heran kenapa kakek itu tiba-tiba mengundangnya.Hatinya merasakan perasaan gelisah ketika melihat kakek itu.Dia ingin sekali menolak,tetapi mengingat bahwa bekalnya yang sedikit sudah habis,dia pun menerima tawaran kakek tersebut.
"Kalau tidak keberatan,terima kasih.",Luz pun menerima ajakan kakek tersebut dan mereka pergi ke rumahnya.
Mereka berdua menuju ke arah barat laut tempat mereka bertemu,berjalan kurang dari setengah jam mereka sampai ke sebuah rumah tua.Kelihatan dari luar seperti tempat terbengkalai.Dinding rumah tersebut terbuat dari kayu yang sudah lapuk,serta atapnya terbuat dari jerami.Sarang laba-laba banyak menghiasi sisi luar rumah tersebut.Serta banyak daun berguguran dihalaman rumah itu yang sepertinya jarang dibersihkan.
"Selamat datang di rumahku",sambut kakek itu.
"Ah,iya terima kasih.",kata Luz yang kepalanya diisi banyak sekali pertanyaan.
"Kakek tinggal sendiri disini?",tanya Luz sambil memandangi daerah sekitar.
"Ya,aku lebih senang tinggal di tempat terisolasi seperti ini.",jawab kakek itu.
"Kelihatannya rumah ini sudah sangat tidak layak,kenapa tidak pindah ke tempat lain?",tanya Luz penuh keheranan.
"Atau setidaknya memperbaiki tempat ini agar layak ditinggali."
"Hmm,itu sebenarnya ide yang bagus.",Kakek itu melanjutkan "Tetapi apa gunanya bagiku?Menurutku daripada pindah atau mencari tempat lain yang lebih baik,menurutku yang terpenting bukanlah apa yang terlihat dari luar,tetapi apa saja yang membuatku merasa cukup dengan apa yang kumiliki.Aku merasa cukup dengan kehidupanku seperti ini,menatap fajar selagi masih ada kesempatan.Hidup sederhana seperti ini sama sekali tidak buruk,walaupun orang lain berkata sebaliknya."
Luz terdiam setelah mendengar kata-kata kakek itu.Dia merasa takjub dengan cara pikirnya yang tidak serakah,berbeda dengan kebanyakan orang yang berlomba-lomba untuk menjadi yang tertinggi.Kata-kata itu membekas didalam hatinya,membuatnya semakin bersemangat untuk mencapai tujuannya.Dia melihat ke arah kampung halamannya dan membulatkan tekad untuk kembali saat dia menjadi dewasa kelak.
"Ayo,kita masuk,Aku akan menghidangkanmu sesuatu.",Kakek itu membuka pintu.
Di dalam rumah tersebut sangat sempit,hanya ada dua ruang,satu ruang untuk tidur dan satunya ruang untuk dapur.Kakek itu pergi ke dapur untuk menyajikan sesuatu untuk Luz.Sedangkan Luz menunggu di atas ranjang di kamar tidur yang alasnya kasar.Di kamar tidur Luz hanya melihat ranjang dan lemari yang kelihatannya tidak pernah diganti.Luz mengingat ibunya yang memiliki sifat yang sama seperti kakek itu,sangat sederhana.Dia mengambil kalung pemberian ibunya,memandanginya dan mengingat masa-masa dulu sebelum perang.Dia bertanya-tanya apakah jika perang tidak pernah terjadi,akankah hidupnya sekarang menjadi lebih baik?Saat dia memikirkannya tiba tiba kakek itu datang dari dapur.
"Nak,ini makanlah!",suruh kakek itu.
"Ah,ya.Terima kasih.",Luz mengambil piring yang diberikan kakek itu.
"Setelah ini apa yang akan kamu lakukan?",tanya kakek itu sembari menuangkan air.
"Aku akan kembali melanjutkan perjalananku.Tidak ada alasan untuk kembali sekarang",jawab Luz setelah menelan makanannya.
"Kalau begitu bersiaplah besok,aku akan mengantarmu.",jawab kakek itu sembari keluar dari rumah.
"Ah,tidak usah repot-repot.Aku bisa pergi sendiri.Lagipula aku tidak ingin terus merepotkan kakek terus.",ujar Luz yang telah selesai makan.
"Kebetulan aku juga ingin kesana,sudah lama sekali sejak terakhir kali aku datang ke Korazon.",Kakek itu melanjutkan.
"Selain itu aku juga ingin menunjukkan sesuatu."
"Aku sangat menghargainya,Kek.Kalau ada hal yang bisa kulakukan,maka katakan saja.",kata Luz dengan bersemangat.
"Haha,lakukan itu jika kamu sudah menyelesaikan tujuanmu,bocah.",Kakek itu berkata dengan nada merendahkan.
"Itu pasti.",Luz tersenyum sombong.
Malampun tiba,Luz keluar dari rumah sembari melihat langit malam yang cerah penuh bintang.Dia sedikit bernostalgia dengan suasana damai seperti ini.Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia merasa tentram seperti ini.Perasaan damai seperti ini sedikit menggoyahkan tekadnya untuk pergi,untuk menjalani kehidupan yang damai seperti ini.
"Kapan terakhir kali aku merasakan perasaan senyaman ini?",Gumam Luz.
"Kelihatannya aku sedikit memahami apa yang kakek tua itu katakan,kehidupan yang damai ini sedikit menggoyahkan tekadku."
"Suatu saat akankah dunia ini bisa memiliki merasakan perasaan yang sama denganku?"
"Perasaan damai ini,aku akan membuat seluruh dunia merasakannya."
"Kalau itu sih mustahil.",Kakek itu tiba tiba berada di sampingnya.
"Hah!Sejak kapan kakek duduk disitu?",tanya Luz yang kaget sampai memegang dadanya.
"Baru saja,aku keluar karena tidak bisa tidur.",Ucap kakek itu sambil menyeruput kopi.
"Tentang perasaan damai yang kamu sebut barusan,bukankah itu sudah diluar tujuan awalmu?",Kakek itu meneruskan.
"Hah?"
"Sebelumnya kamu bilang kalau kamu ingin memulihkan kembali dan menjaga kotamu,kan?Tapi sekarang kamu bilang ingin membuat seluruh dunia merasakan perasaan damai yang kamu rasakan.",kata kakek itu dengan wajah datar.
"Yah benar juga ya,mungkin memang benar aku masih anak-anak yang belum tahu jati dirinya.Entah itu memulihkan kotaku atau menciptakan perdamaian,tidak masalahkan selama jalan yang kulalui ini benar?Tujuan yang manapun tidak masalah.",kata Luz yang menahan rasa kantuknya.
Setelah mengekspresikan apa yang ingin dia sampaikan,Luz tertidur karena rasa kantuk yang berat.Dia bersandar di bahu kakek.Sang Kakek tersenyum melihat watak Luz,membuatnya mengingat sahabatnya yang dulu sangat keras kepala untuk mencapai tujuannya.Semangat yang diutarakan Luz membuat Kakek itu berharap bisa bertemu dengan sahabatnya lagi,untuk menemani perjalannya.Dia berandai-andai sedang apa yang dia lakukan sekarang.Dia berharap sesuatu yang baik selalu menghampirinya dan memeluknya kembali saat perjalanannya sudah selesai.
"Sarga,bukankah anak ini sepertimu?Sifat keras kepalanya benar-benar mirip denganmu.Andai saja dulu aku mengikuti perjalananmu,pasti kehidupanku yang sekarang pasti tidak akan sedamai ini.Kamu selalu mengatakan padaku bahwa kehidupan yang kujalani sekarang akan membuatku sengsara di kemudian hari.Apakah kamu sekarang sudah berhasil?Kalau kamu kembali lagi,bisa ceritakan petualanganmu?"
Keesokan harinya setelah bangun Luz segera bersiap untuk pergi.Dia mengemasi semua barangnya dan memastikan untuk tidak meninggalkan apapun.Kakek itu juga menyiapkan perlengkapannya serta membawa air dan roti untuk perjalanan,mengingat perjalanan masih jauh dari rumah.
"Kek,untuk apa semua perlengkapan itu?",tanya Luz.
"Hm?Untuk perjalanan memasuki desa,menurutmu untuk apa?",tanya Kakek itu kebingungan.
"Bukankah desanya sudah dekat?Seharusnya tidak perlu membawa barang sebanyak itu."
"Desa Korazon itu desa yang sangat sulit terjangkau karena letaknya di kelilingi pegunungan.Di sekelilingnya ada hutan yang banyak hewan-hewan buas.Selain itu,kita juga harus melewati gunung yang curam.Kita harus membawa perlengkapan yang cukup seperti senjata dan tali agar bisa masuk.",jelas Kakek itu.
"Hmm,pantas saja tidak ada rute perjalanan kuda kesana."
"Sudah,ayo kita berangkat!Akan sangat merepotkan kalau perjalanannya sampai malam."
Mereka berdua memulai perjalanan setelah matahari terbit.Luz membawa semua perlemgkapan,sedangkan sang Kakek menuntun perjalanan.Setelah satu jam mereka memasuki hutan.Hutan itu dipenuhi oleh pohon-pohon yang sangat tinggi hingga cahaya matahari hampir tidak menyinari tanah dibawahnya.Luz khawatir tersesat karena tidak ada alat penunjuk arah yang bisa mereka gunakan.
"Kakek yakin ini jalan yang benar?Entah kenapa aku merasa kita tersesat.",kata Luz sambil memandangi sekitar.
"Tenang saja,aku dulu tinggal disekitar sini,tidak mungkin aku lupa.",Kakek itu menenangkan Luz.
"Oh,dulu kakek tinggal disini?Kenapa kakek meninggalkan desa?Aku tidak mengerti.",kata Luz sambil berjalan.
"Aku hanya ingin mencoba kehidupan baru.",kata kakek itu.
Luz merasa bahwa Kakek itu berbohong,tapi dia membiarkannya saja.Raut wajahnya kebingungan tentang apa yang Kakek itu pikirkan.Dalam hatinya banyak sekali yang ingin dia tanyakan.Tetapi dia memutuskan untuk memendamnya,karena mungkin ada banyak hal yang tidak bisa Kakek itu sampaikan.
Sekitar dua jam menyusuri hutan,mereka akhirnya mencapai kaki gunung dan bersiap mendaki.
"Gunung ini sangat curam,hanya ada satu cara melewatinya.",Kakek itu lalu meneruskan.
"Yaitu dengan jalan setapak yang sangat sempit dan licin di sekitar gunung untuk mencapai desa.Apakah perlengkapan kita siap?"
"Ya,tidak ada satupun perlengkapan yang hilang.",kata Luz setelah memastikan.
"Ngomong-ngomong siapa yang membangun jalan itu?"
"Aku sendiri juga tidak tau pastinya,tapi menurut mitos dulu sebelum desa Korazon terbentuk,para pedagang yang sedang bermukim disekitar dikejar oleh suku Barbar,mereka bersembunyi di sekitar hutan hingga suku Barbar itu pergi.Ketika keadaan sudah mulai mendingin,mereka pergi ke kota asalnya.Tapi sebagian dari mereka tetap tinggal karena penasaran apa yang ada di balik gunung.Setelah pendakian yang melelahkan mereka akhirnya sampai ke wilayah yang mereka sebut sebagai "Surga",mereka akhirnya tinggal di sana sampai keturunan-keturunan mereka.Mereka jugalah yang membangun jalan setapak yang menghubungkan dunia luar.",Jelas Kakek itu sambil berjalan.
"Surga,ya?Apakah desa itu benar-benar seindah itu?",tanya Luz.
"Desa itu memiliki segalanya,sehingga bisa menghidupi sendiri penduduknya.Karena itu disebut surga.",jelas Kakek itu.
Mereka akhirnya sampai ke jalan setapak yang kakek itu bicarakan.Jalan itu tidak memiliki anak tangga serta bentuknya melingkari gunung.Lebarnya sekitar tiga kali tinggi orang dewasa dan memiliki pembatas di arah kanan.Gunung itu sendiri tingginya sekitar dua kilometer.Mereka berniat untuk sampai sebelum malam,sehingga mereka bergegas.
"Hati-hati,jangan berjalan di pinggir!",Kakek itu memperingatkan.
"Soalnya kalau kamu jatuh nanti tidak akan ada yang memulihkan kembali kotamu,Hahaha.",Kakek itu tertawa.
"Kalau soal itu tidak usah diperingatkan aku juga sudah tau.",Ujar Luz dengan nada kesal.
Akhirnya mereka sampai puncak gunung.Pemandangan Desa Korazon terlihat dengan jelas disini.Melihatnya seperti berada di planet lain,pemandangan di desa ini tidak bisa ditemukan di tempat lain.Air terjun yang mengalir dari tebing dalam jumlah besar menciptakan pelangi,tanaman-tanaman yang ukurannya lebih besar ketimbang daerah lain,serta hewan-hewan yang bentuknya mirip naga berkeliaran disini.Serasa berada di dunia dongeng.Luz yang pertama kali melihatnya sangat terpukau dengan keindahan desa ini.
"Apakah ini sungguhan?",tanya Luz yang sedang terpana.
"Aku tidak percaya tempat seperti ini sungguhan ada."
"Hmmm,ternyata kondisinya tidak jauh berbeda sejak aku meninggalkannya.",kata Kakek itu sembari menggaruk dagunya.
"Sebelum kita masuk,aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.",ajak Kakek itu.
"Kemana?"
"Sudah,ikut saja!"
Mereka turun dari gunung dan melewati jembatan yang kelihatannya sudah lama tidak diperbaiki.Sekitar tiga ratus meter dari desa mereka sampai di tempat yang kakek itu ingin tunjukkan,dikelilingi oleh pohon-pohon yang tingginya seperti pohon Ek.Tempat itu adalah gua yang ditutupi semacam segel berbentuk rantai sehingga tidak ada orang yang bisa masuk.Kakek itu menjulurkan tangannya ke arah mulut gua,memutarnya berlawanan arah jarum jam dan merapal jurus untuk membuka segelnya.
"Segel Broma,terbukalah!"
Setelah selesai merapal jurusnya,tiba tiba gelombang kejut keluar dari gua itu sehingga membuat daun daun disekitarnya berguguran.Segelnya lalu jatuh ke tanah di depan mulut gua.Lalu,Kakek itu mengajak Luz masuk.
"Masuklah!"
Kakek itu menggunakan senter yang menggunakan Eliks untuk menerangi gua yang telah ia persiapkan sebelumnya.Di dalamnya ada barang-barang kuno yang sepertinya Kakek itu tinggalkan ketika dia masih tinggal disini.Mereka sampai diujung gua dan melihat peti yang bentuknya mirip peti harta karun.Kakek itu lalu membuka peti itu.
"Dulu disinilah tempat aku dan sahabatku berkumpul.",Kata kakek itu Sambil mengambil pedang yang ada di dalam peti.
"Aku dan sahabatku dulu meninggalkan banyak barang kami disini sebagai markas rahasia kami agar tidak diketahui penduduk desa."
"Dia memiliki watak sepertimu,keras kepala jika itu mengenai impiannya.Dia selalu mengatakan kalau prinsipku yang lebih suka kehidupan damai pada akhirnya akan berdampak buruk bagi diriku.",ucap Kakek itu sambil memegang jubah yang sudah sangat usang
"Sekarang apakah dia masih ada di desa ini?",tanya Luz.
"Dia sudah pergi lama sekali,dia tidak sempat mengucapkan selamat tinggal.",kata Kakek itu dengan wajah sedih.
"Sebelum pergi,dia mengatakan kalau dirinya ingin menjadi petualang yang namanya akan dikenal di penjuru negeri.Aku sendiri juga tidak tau kenapa dia sangat ingin menjadi petualang.Padahal kehidupan disini sangat sempurna.",jelas Kakek itu.
"Di dalam hatiku ada penyesalan karena menyepelekan impiannya itu.",raut wajah kakek itu menjadi sedih.
"Aku hanya berharap semoga dia baik-baik saja dimanapun dia berada dan kembali lagi menemuiku sebagai kawan lama."
"Watakmu benar-benar mengingatkanku dengannya,oleh karena itu aku mau membantumu.",ucap Kakek itu sambil menoleh ke arah Luz.
"Aku tidak ingin mengecewakan impian orang lain lagi setelah kepergiannya.Nak,aku ingin menanyakan sesuatu.",Kakek itu memegang bahu Luz.
"Jalan yang akan kamu hadapi setelahnya akan jadi lebih berat.Apakah kamu akan mundur jika sudah tidak kuat menghadapinya?",tanya Kakek dengan wajah serius.
"Aku sudah memutuskan untuk pergi,maka tidak ada lagi jalan untukku kembali.Aku akan terus menghadapinya bahkan jika harus menyeret kedua kakiku.",ucap Luz serius.
"Kalau begitu aku hanya bisa berharap semoga kamu berhasil dalam tujuanmu.Aku ingin memberimu sesuatu sebelum kita berpisah.",Kakek itu mengambil gulungan-gulungan yang diikat tali kepada Luz.
"Ini,terimalah!",suruh Kakek itu.
"Apa ini?",Luz membuka salah satu gulungannya.
"Ini adalah gulungan-gulungan tentang cara penggunaan Eliks yang dulu kami berdua pelajari.Ini akan membantu perjalanananmu kedepannya,mengingat kamu belum pernah mempelajarinya,kan?"
"Aku tidak tau bagaimana lagi cara membalas kebaikan Kakek,aku berjanji kalau aku akan berhasil.Terima kasih,Kek.",Luz memeluk Kakek itu.
Setelah berbincang-bincang sebentar dan membereskan barang-barang di dalam gua,mereka keluar.Kakek itu kembali memasang segel itu,menjulurkan tangannya ke mulut gua,dan merapal jurus sambil memutar tangannya searah jarum jam.
"Segel Broma,terkuncilah!",lalu mulut gua itu kembali tertutup.
Lalu mereka pergi menuju pintu masuk desa.
"Sudah sampai sini saja aku menemanimu,semoga kamu berhasil.",kata Kakek itu sambil memegang bahu Luz.
"Kakek tidak ikut masuk?",Tanya Luz.
"Jangan manja!Aku tidak pernah bilang akan menemanimu,aku hanya mengantarmu.",tegas Kakek itu.
"Ah,baiklah.Maaf sudah merepotkan."
"Ngomong-ngomong aku belum tau namamu."
"Oh iya juga,aku belum memperkenalkan diri.Namaku Luz,dari Kota Raiz."
"Luz,ya.Aku akan mengingatmu Luz.Temui aku lagi kalau kamu sudah berhasil.",kata Kakek itu sambil berjalan menjauh.
"Eh,aku juga belum tau nama Kakek itu.",Luz terdiam sejenak setelah mengatakan itu.
Kakek itu hilang dalam sekejap.Luz berpikir mungkin itu salah satu jurusnya sehingga tidak terlalu memikirkannya.Dia melihat ke arah desa dan memfokuskan tujuannya.
"Ini adalah langkah pertamaku,semoga aku tidak mengacaukannya.",ujar Luz sambil berjalan masuk.