Chereads / Roda Kehidupan Pria Miskin / Chapter 18 - 18. ...

Chapter 18 - 18. ...

" cepet mas aku lapar." ucap yuli tanpa melihat  ke arah ilham, karna dia masih kesal dengan ilham..

" udah dong dek marahnya, mas kan tadi cuma bercanda."

" biarin suruh siapa bikin kesal."

" ya udah mas mau pulang aja kalau kamu marah terus gitu." ucap ilham sambil meletakkan nasi bungkus yang sudah di buka di meja okta, dan melangkah pelan menuju pintu, tapi tiba-tiba tubuhnya terasa berat..

" kok malah mau pulang sih mas kan aku belom di suapin. bukannya di bujuk biar ndak kesel lagi.malah mau ditinggal pergi." ucap okta dari belakang ilham dan sambil melingkarkan tangan diperut ilham.

" hehehe mas ndak tau cara bujuk cewek kalau lagi marah sih soalnya." ucap ilham nyengir kuda, melihatkan gigi-gigi putihnya, sambil melepaskan pelukan okta karna dia takut khilaf dengan posisinya saat ini..

" emang dulu kalau yuli malah mas tinggal gitu aja?." tanya okta penasaran.

" kalau sama dia beda dek, tinggal kasih uang buat shopping aja udah ilang marahnya." jawab ilham sambil menghembuskan nafas kasar. " udah ayok mas suapin abis ini mas mau pulang nyiapin baju-baju buat besok." lanjut ilham dan mencoba, untuk mengalihkan obrolan, yang menuju mantan kekasihnya. karna dia malas jika mendengar kama tersebut.

ilham pun duduk di atas meja okta sambil menyuapi okta, karna okta makan sambil melanjutkan pekerjaannya. walaupun disana di sediakan sofa okta tidak mau, karna okta memilih makan sambil melakukan kegiatannya. sejak menjadi kekasih ilham sikap malu-malu okta bagaikan di telan bumi dan hilang.

selsai menyuapi okta ilham pamit karna melihat jam yang melingkar di tangannya menunjukan pukul dua siang ilham ingat dia belum melaksanakan sholat 4 raka'at dan ilham juga tau okta sangat sibuk hari ini..

" dek mas pulang dulu ya." pamit ilham

" iya mas hati-hati di jalan."

" kamu ndak mau kasih mas hadiah gitu, kan mas udah suapin kamu.?"

" hadiah apa yang mas mau.?" tanya okta bingung.

" Kiss." goda ilham menaik turun kan alisnya, sambil menunjuk pupinya.

" inget mas kita belom sah, dosa." jawab okta. dia tidak mau di anggap murahan karna sering menerima kelakuan ilham yang seenaknya sendiri, apalagi jika dia ingat kalau ilham sudah mengambil ciuman pertamanya, sebenarnya dia sangat marah tapi dia waktu itu sedang berbunga-bunga hatinya karna ilham menyatakan perasaannya, jadi dia tidak sempak menghindar atau pun mencegahnya.

" Astagfirlah. maaf dek kalau mas kemarin-kemarin sempert khilaf cium kamu." sesal ilham baru menyadari kesalahannya.

" ndak apa-apa mas. aku ndak marah kok, tapi jangan begitu lagi, aku agak risih karna kita belom sah, entar kalau udah sah, jangan kan cium. mas bakal milikin yang ada dalam diri ku semua." ucapnya salah tinggah dengan ucapannya sendiri

" hmm maaf ya dek udah buat kamu ndak nyaman, mas janji ndak bakal melakukan hal bodoh lagi, tegur mas jika mas salah, jangan sungkan."

" iya mas pasti aku ingetin"

" ya udah mas pulang dulu ya. Assalammulaikum." pamit ilham sambil melangkahkan kaki ke pintu keluar ruangan okta.

" Waalaikumsalam."

ilham melangkah sesekali dia membalas senyuman karyawan yang tersenyum saat melihat ilham berjalan.

.

.

.

.

di ruangan pak david, dia sedang menerima telvon dari istrinya yang bernama Larasati Admajaya..

" Papah kapan pulang, mamah kesepian di rumah gak ada papah." ucap laras dari sebrang telvon.

" besok mah. oh kebetulan mamah telvon sekalian papah mau minta izin sama mamah." jawabnya ragu-ragu

" izin apa pah, jangan bilang papah akan nikah lagi, gak bakal mamah kasih izin." tuduh bu laras

" hahaha bukan mah, sisa hidup papah sudah papah serahkan sama mamah, begitupun hati papah." jawab pak david dengan terbahak dan di sertai gombalan.

" ih papah udah tua masih aja suka gombal sama mamah. itu gak bakal mempan.? bu laras nampak malu karna di gombali suaminya.

" coba mamah buka kamera liat pipi mamah pasti merah sekarang." goda pak david lagi.

" udah ah gak usah bahas itu kesitu pah, papah mau minta izin apa sama mamah." bu laras mencoba mengalihkan pembicaraan.

" hemm gini mah papah ada niat buat bantu anak temen papah, buat membangun perusahaan." ucap pak david ragu.

" temen papah yang mana dong, kan temen papah banyak.?"

" hemm anaknya amir mah." setelah pak david mengucapkan itu nampak hening. bu laras sendiri kaget mendengar nama yang sangat dia kenal karna hanya orang itu teman suaminya yang bernama amir..

" oh anaknya amir.. suaminya jundyah kan pah." tanya bu laras mencoba menenangkan diri karna dia tau jundyah adalah wanita yang paling di cintai suaminya dulu.

" iya mah, oh iya papah lupa kabarin mamah, jundyah sudah meninggal seminggu yang lalu." ucap pak david dengan nada berat.. bu laras pun terlonjak kaget karna baru mengetahui sebuah fakta itu.

" Inalilahi wainalilajirojiun. "

" karna itu juga papah merasa kasihan pada anak amir mah, dia selalu dipandang rendah oleh tetangganya karna sekarang dia pengangguran setelah usaha rumah makan yang dia bangun bangkrut."

" boleh aja pah asal mamah harus ikut serta dalam kebaikan yang akan papah lakukan." bu laras merasa bersalah karna dia merasa telah merebut pak david darinya, dia belum pernah bertemu dan meminta maaf secara langsung dengan jundyah..

karna dia tau pak david pernah sangat marah kepadanya karna menerima perjodohan itu, dan pak david pernah melakukan bu laras dengan kasar karna orang yang pak david sangat cintai sangat terpukul atas perjodohan itu dan sempat dirawat beberapa minggu di rumah sakit.

" mamah yakin." pak david ragu karna orang yang akan dia tolong kali ini adalah anak dari mantan kekasihnya dulu.

" iya pah. mamah sangat yakin, kalau dia mau angkat aja sebagai anak pah, agar rendi punya teman saat s2nya sudah selsai nanti.." jawab bu laras yakin.

rendi adalah anak angkat bu laras, rendi di angkat anak oleh bu laras karna ibu rendi sudah meninggal, waktu rendi umur 10tahun karna sakit kanker payudara. rendi hanya hidup sendiri karna ibunya di ceraikan bapaknya yang tergoda janda muda. ibu rendi menitipkan rendi pada bu laras dalam hembusan sisa-sisa nafasnya yang terakhir.

" a-apa mah anak.?"

" iya pah, anggap saja itu sebagai permintaan maaf mamah yang belum terlaksana sampai sekarang pada almarhumah jundyah."

" makasih ya mah, mamah emang istri yang baik, papah nyesel dulu pernah kasarin mamah, walaupun mamah maafin papah rasa kata maaf saja tidak cukup." lirih pak david.

" gak usah di inget yang sudah lewat pah, lupain mamah juga ngerti dengan ke adaan papah saat itu."

" sekali lagi terimakasih mah."

" iya pah, emang kapan papah pulang, sekalian bawa dia kesiani mamah pingin liat."

" Insya Allah besok malem mah. papah balik ke jakarta sekalian ajak dia ketemu mamah."

bersambung...