Chereads / Roda Kehidupan Pria Miskin / Chapter 5 - 05. ...

Chapter 5 - 05. ...

" Ibu ku meninggal.." jawab ilham lirih

Radit mendengar jawaban ilham sama-sama shocknya.. " inali lahi wainna ilai rojiun." radit kemudian merangkul sabahatnya, menguatkanya agar tabah menerima semua kuasa Allah SWT.

" kamu tunggu sebentar disini aku akan anter kamu pulang sekalian aku mau bantu urus pemakaman ibu mu besok pagi. aku mau kasih kabar sama ibu ku dulu pasti dia juga bersedih dengan berita duka ini.."

ilham tidak menjawab hanya mengangguk saja

radit menuju kedalam rumah ternyata di ruang tamu ada bapak dan ibunya sedan nonton tv, sambil mengobrol, radit masuk dengan mata yang sudah berkaca kaca, ibu radit yang melihat pun binggung kenapa anaknya itu terlihat sedih, dia pun bertanya..

" kamu kenapa le kok kaya mau nangis gitu, kamu ndak berantem kan sama ilham."

" ndak bu radit ndak berantem sama ilham." radit langsung memeluk ibunya dengan tangis sesenggukan, ibu radit pun bingung dan bertanya.. " Ada apa le kenapa kamu nangis. "

" ibu jundyah bu. " ucapan radit terhenti karna tak kuat memberi fakta sesungguhnya kepada sang ibu..

" kenapa le dengan ibunya ilham?. "

" beliau baru saja di kabarkan meninggal."

" inali lahi wainna ilai rojiun. " jawab bapaknya radit sedangkan ibunya radit sudah pingsan karna mendapat jika sahabatnya lebih pulang menemui sang pencipta..

" Asgafirllah ibu, pak ibu pingsan pak. "

" iya le cepat bantu bapak gendong ke kamar biar bapak yang ngurus, kamu temenin ilham saja pasti dia sangat terpukul keadaanya sekarang. "

" tapi pak ibu.."

" ndak apa ibu mu baik-baik saja dia hanya shock mendengar kabar sahabat nya yang sedari menemani meninggal, cepet bantu bapak angkat ibu mu. "

" iya pak. " radit pun menurut dan membatu bapaknya mengangkat ke dalam kamar.

" sana kamu temani ilham pulang, temani dia urus pemakaman ibunya sampai selsai setelah jangan biarkan dia merasa sendiri disaat seperti ini. masalah ibu mu biar bapak yang jaga sebentar lagi juga bangun."

" iya pak radit pamit dulu. Assalammualaikum."

" Waalaikumsalam.. hati-hati di jalan."

Radit pun keluar dari rumah, dan mendapati ilham yang duduk melamung, dia merasa kasihan dengan nasip ilham sekarang, di pun mendekat dan mengajak ilham untuk pulang..  di dalam hati radit bergumam.

" sabar bro pelangi pasti akan muncul di saat badai hilang. "

dia sendiri jika di posisi ilham pasti akan sama atau mungkin lebih parah lagi keadaannya,, ujian dari kebangkrutan rumah makan, di selingkuhin pas lagi sayang-sayangnya, di tambah lagi kehilangan ibunya yang tercinta selamanya bukan sementara..

di perjalanan dia menatap ilham kembali,, karna hanya diam dengan pandangan yang kosong dia pun mencoba berbicara dengan ilham.

" ham sabar ya, aku khawatir dengan keadaanmu kalau kamu kaya gitu dari tadi.. "

" maaf dit." hanya itu yang ilham ucapkan sebagai jawaban..

Radit pun menarik nafas dalam dalam, dan membuangnya dengan kasar, dia mencoba sabar dan mengerti keadaan sahabatnya itu..

" lebih baik aku diem aja lah biar ndak bikin dia merasa bersalah.

.....

Berapa menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah ilham dan di sana sudah banyak para tetangga yang berdatangan untuk membantu persiapan pemakaman besok pagi dan ada yang siap berjaga di rumah ilham serta ikut mengaji bersama..

ilham masuk dengan di temani radit, dia melihat adiknya yang masih menangis di pelukan sang bapak.. ilham berjalan sambil mengucap salam.

" Assalammualaikum." salam ilham dan radit

" Waalaikumsalam." jawab mereka yang ada di dalam

Safira yang menyadari kedatangan kakaknya tersebut langsung lari dan memeluk kakaknya..

" mas ibu mas ibu." ucap safira sambil menangis sesenggukan..

" kamu yang sabar ya dek, kita harus kuat menghadapi ini semua."

" iya mas tapi ibu ninggalin kita mas ibu gak sayang sama kita."

" huust.. kamu ndak boleh ngomong gitu, ibu akan sedih kalau liat kamu kaya gini dek. kamu mau liat ibu sedih."

" iya mas maafin adek ya."

" ya udah kamu jangan nangis lagi. mending kita ngaji bareng biar ibu tenang disana oke." ajak ilham dan mencoba tersenyum walaupun saat ini dia hancur di hatinya..

" aku ndak di ajak juga nih."

" Astagfilah aku lupa dit kesini tadi sama kamu, ya udah ayok kita ambil Wudhu terus ngaji bareng."

" diih masih muda udah pikun aja kamu." jawab radit seraya melangkah mengambil Wudhu, meninggalkan kakak dan adik tengah berdiri menatapnya, safira yang melihat radit kesal sambil menggerutu pun akhirnya senyum..

" nah gitu dong adeknya mas ndak boleh sedih terus entar jadi tambah jeleknya." gurau ilham agar adeknya itu tidak sedih lagi..

" mas gak nangis sih di tinggalin ibu."

" ndak dek kata ibu laki-laki harus kuat sedih boleh nangis jangan, itu salah satu pesan yang pernah ibu sampaikan sama mas. kalau mas nangis entar ibu disana ikut nangis mas ndak mau bikin ibu sedih lagi."

" ya udah adek juga gak mau nangis lagi biar ibu gak nangis liat adek nangis."

" nah pinter anak manis." goda ilham

" iih apaan siih mas gak jelas." safira pun meninggal kan ilham dan ilham segera menyusulnya untuk mengambil air Wudhu.

Pak amir yang melihat interaksih kedua anaknya pun ikut bahagia.

" semoga kalian tetap saling menyayangi sampai tua nanti dan saling melindungi." gumam pak amir dalam hati..

...

di tempat yang berbeda ke adaan ibunya radit sudah sadar sekarang dia menangis sesenggukan di pelukan bapaknya radit..

" pak ibu cuma mimpikan pak, jundyah ndak meninggal beneran kan pak."

" ibu ndak mimpi itu memang kenyataan, ibu yang ikhlas doain sahabat ibu agar tenang di sisinya."

" kenapa dia duluan pak yang meninggal kenapa ndak ibu duluan atau ndak ya bisa bareng kenapa pak harus dia duluan."  ibu radit kemabli menangis

" Ya Allah bu istifar bu ndak boleh ngomong gitu, itu semua sudah takdir dari Allah SWT bu." jawab bapaknya radit. " apa ibu mau melayat sekarang, apa besok pagi saja sekalian.." lanjutnya

" besok aja pak ibu masih pusing." jawab ibunya radit lirih

" ya sudah ibu tidur bapak mau ke rumah ilham mau bantu bantu di sana, Assalammualaikum."

" iya pak hati hati. Waalaikumsalam."

ibunya radit kembali menangis setelah kepergian suaminya..

" semoga amal ibadahmu di terima di sisihnya jun, semoga kamu khusnul khotimah." gumamnya seraya memejamkan mata untuk tidur..

.....

Keesokan harinya. ilham dan keluarga sudah siap untuk membawa jenazah sang ibu ke tempat persemayaman terakhirnya.. dan di sebelahnya ada radit yang selalu setia menemaninya..

beberapasaan setelah pemakaman selsai ilham masih berada di dekat nissan almarhumah sang ibu..

" bu setelah 7 hari selsai acara tahlil ilham akan kesini lagi untuk pamit sama ibu, ilham memutuskan kembali menjadi nelayan dan akan ilham buktikan ilham akan sukses...

Bersambung..