Chereads / Roda Kehidupan Pria Miskin / Chapter 2 - 02. ...

Chapter 2 - 02. ...

Ilham beristighfar berkali-kali dalam hati.

" astaghfirullah. "

ilham segera meminggirkan motornya dan melamun dan menatap kosong terus kedepan tidak merespon jawaban orang yang saat ini sudah turun dalam mobil yang berdiri di sampingnya..

" Mas anda baik-baik saja atau ada yang terluka ayo saya antar ke rumah sakit "

ilham tersadar dalam lamunannya dan menyadari pria paruh baya yang masih gagah di sampingnya.

dia menjawab dengan tidak enak karna sudah mematahkan kaca sepion mobil orang tersebut.

" sa-saya tidak apa-apa tuan terima kasih tawarannya "

" hmm baik lah jika begitu, tapi sebaiknya kita periksa kan luka yang ada di tangan mu itu. "

" tidak perlu tuan ini hanya luka kecil saja di obat merah dan di perban di rumah juga sudah cukup. "

" sebaiknya kalau lagi mengendarai kamu jangan melamun agar tidak membahaya kan nyawa kamu atau pun orang lain. "

" maaf tuan saya memang melamun barusan karna ada lagi sedikit masalah, saya minta nomer hape tuan nanti jika suatu saat saya punya uang, akan saya ganti rugi karna saya tidak akan lari tanpa tanggung jawab. " ucap ilham panjang lebar

pria paruh baya itu tersenyum dan berucap.

" tidak perlu lagian saya juga salah karna berhenti mendadak tadi. "

" tapi saya merasa tidak bersalah karna memecahkan sepion mobil tuan "

" kau ini kaku sekali anak muda ini kartu nama saya di situ sudah tertara dengan nomer hape saya, panggil saja bapak, Oh iya sama saya David Saputra Admajaya."

" baik pak saya akan simpan kartu nama anda suatu hari nanti saya akan ganti kerusakan itu, nama saya Ilham pak david. "

" baik lah kalau begitu saya pamit karna mengejar waktu agar tidak ke malaman saat sampai di ibu kota. "

" oh bapak dari ibu kota saya kira bapak masih satu kota dengan saya. "

" saya kesini karna mengantar istri saya ziarah ke makam almarhum orang tuanya, baik lah kalau begitu saya pamit dulu, Assalammualaikum. "

" iya pak hati-hati di jalan semoga sampai dengan selamat, Wa'alaikum'salam."

Setelah kepergian bapak tersebut ilham segera pulang karna sudah pukul jam 2 siang.

dengan hati yang masih hancur karna di khianati sang kekasih tercinta dia melajukan motor ke rumah dengan hati-hati karna tidak mau kejadian seperti barusan terulang kembali..

..

Sesampainya di depan rumah dia mengucap salam sebelum masuk, " Assalammualaikum. "

Di dalam rumah sang ibu menjawab salam ilham. " Waalaikum'salam."

Ilham menghampiri ibunya yang sedang asik bergelut dengan wajan di dapur..

" Le udah pulang maaf ya le, masakannya belum matang tadi itu ketiduran soalnya,, hehehe.. "

" ndak apa bu aku juga ndak lapar." jawab ilham dengan muka murung.

" kamu kenapa le? kamu sakit?. "

" ndak apa-apa bu cuma lelah aja."

" ibu ini ibu mu le, yang melahirkan mu jadi kamu ndak bisa bohongi ibu. "

" beneran bu ndak apa kok ibu sok tau ah. " jawab ilham mencoba tersenyum

" halah palingan masalah yuli kan. "

Ilham hanya tersenyum dan mengangguk tidak menjawab ibunya, karna emang ibunya tidak setuju sejak saat ilham membawa yuliani ke rumah memperkenalkannya sebagai kekasihnya, karna beliau yakin jika yuliani tipe wanita sombong, tidak sopan dengan orang tua, dan matre karna selalu minta di belikan barang-barang yang tidak masuk akal..

karna ilham tidak menjawab dia bertanya kembali.

" apa kamu ndak ingin to le nyenengin ibu dulu sebelum kamu menemukan wanita yang tepat dengan mu, sebelum ibu meninggalkan mu. "

ilham menatap ibunya dengan tatapan yang sulit di artikan, sedih pastinya, karna memang selama ini dia jarang sekali membuat ibunya bahagia,,

" ibu ngomong apaan sih, ibu ndak boleh pergi sebelum liat aku sukses dulu pokoknya. " mata ilham sudah berkaca-kaca mendekat ibunya dan memeluknya..

" ibu sudah tua le. ibu juga udah lama sakit-sakitan, umur ndak ada yang tau le."

" tapi ibu ndak boleh bicara seperti itu. "

" udah le lepasin pelukanmu ibu mau nyiapin masakan di meja makan, cepat kamu bersih-bersih terus makan. "

" ndak mau. masih mau peluk ibu lagian udah lama juga ndak bisa manja-manjaan sama ibu. "

" kamu itu le inget umur, kamu udah tua masih aja kaya gini."

Safira yang baru pulang dari sekolah, salamnya tak di jawab dari dalam pun masuk dan, melihat kakaknya yang tengah asik berpelukan sama sang ibu berucap.

" pantesan dari tadi aku salam gak ada yang jawab lagi pada main peluk-pelukan ternyata di dapur. "

" eh nduk kamu udah pulang. "

" iya bu baru saja sampai eh gak ada yang jawab pas aku salam ya langsung masuk aja tau-tau masih asik pelukan di dapur, mas kenapa kok mukanya asem amat. " celetuk safira

" ndak apa-apa bocil ndak perlu tau urusan orang dewasa." jawab ilham sebelum ibunya menjawab

" iih apaan sih mas bocil dari mana coba orang udah gede gini. lagian umur aku udah 18 sekarang." jawab safira dengan bibir manyun.

" udah ah kalian berdua ini kalau ketemu pasti ada aja kelakuanya. udah minggir ibu mau nyiapin makanan buat kita kamu safira cepat ganti baju langsung makan, ilham kamu sana cuci tangan makan. " kalu ibunya sudah berkata begitu mereka mau tak mau harus nurut karna tak mau kena omel dari ibunya.

" baik bu. "

Selsai ganti baju, dan cuci tangan mereka tengah asik makan di meja makan sesekali merekan saling meledek karna sejatinya mereka tak pernah akur, tapi itu hanya bentuk ungkapan sayang mereka masing-masing..

Selsai makan mereka semua kumpul di depan ruang tamu mengobrol dengan santai,

omongan ilham yang satu ini menarik perhatian sang ibu dan adeknya..

" bu kalau ilham berangkat jadi nelayan lagi gimana?."

" kamu yakin mas mau berangkat lagi kenapa tiba-tiba sih mas kan aku jadi sedih sengernya."

" kan seandainya ibu juga belum kasih izin kan dek."

sang ibu pun menjawab. " ibu terserah kamu aja le, kalau itu yang terbaik buat kamu kenapa tidak, ibu hanya bisa mendukung dan mendoakan supaya kamu baik-baik saja di sana.."

" terima kasih bu, ibu selalu pengertian sama aku. aku janji suatu saat nanti akan buat ibu bahagia."

" tidak perlu le, ibu melihat kamu sama adek mu bahagia aja ibu turut bahagia. "

ilham pun memeluk ibunya dan menjawab. " terima kasih bu. "

safira yang tadi menyimak obrolan mereka melihat mereka berpelukan pun berkata sambil bibir manyun. " kok adek gak di ajak sih. berpelukan sendiri. "

" sini-sini adek ku sayang."

drama berpelukan dan obrolan mereka tak henti sampai waktu menunjukan pukul 4 sore bapak amir yang baru pulang pun menghampiri mereka..

bersambung..