"Rasakan ini~! Tusukan penembus awan~!!"
".........!!"
Aku merasakan sakit yang menusuk tulang di sela-sela pantatku dan merasakan anusku menegang tanpa sadar akibat penderitaan itu.
Itu adalah rasa sakit yang benar-benar luar biasa yang membuatku tak bisa berkata apa-apa, sesuatu yang sudah lama tidak kualami.
Rasa sakit yang sangat tinggi yang menjalar dari tubuh bagian bawah hingga ke otak membuatku pusing sejenak.
Ketika aku tersadar, tubuhku tergeletak di lantai, terkubur dalam pakaian bajingan terkutuk itu.
"Agghhhhh…!!"
Setelah goncangan kritis awal yang membuatku tak bisa berkata apa-apa telah mereda, gelombang kedua nyeri berdenyut segera menyusul di antara bokongku.
Betapapun memalukannya ditikam oleh bajingan menjijikkan itu, penderitaan yang amat sangat di dalam pantatku saat itu sungguh menyiksa.
'Sialan… Bajingan sialan ini! Dakit sekali…!'
Aku menjulurkan pantatku dengan canggung saat memunguti pakaian-pakaian yang terjatuh.
Rasa sakit akibat jari tebal yang menusuk dari tubuh gempal itu sungguh tak tertahankan.
Rasa sakit luar biasa yang membakar dari tubuh bagian bawahku membuatku benar-benar lupa bahwa aku telah membenamkan wajahku di pakaian bajingan menjijikkan itu.
'Aku seharusnya sudah bisa melihat ini akan terjadi…'
Aku selalu ingat untuk menghancurkannya jika dia melakukan omong kosong, tapi tetap saja…
Aku tak pernah membayangkan dia akan benar-benar melakukan perbuatan tercela seperti itu ketika aku membiarkannya selama ini.
Sial. Ada batas toleransi yang bisa kuterima.
Entah nanti aku dipanggil Harold dan dihukum atau apalah, siapa peduli.
Persetan, aku akan hadapi konsekuensinya di masa depan.
Kalau saja aku tidak meninju wajah bajingan hina ini sekarang, aku mungkin akan meledak karena marah…
"Hahaha! Bagaimana teknik pamungkasku!"
"….."
"Kamu terus mengabaikanku, pelayan, jadi kamu dihukum!"
…Kamu tertawa?
Kau merendahkan seseorang ke dalam keadaan yang menyedihkan dan tolol, lalu kau tertawa?
"….."
Didinginkan oleh amarah yang melampaui batas, otakku dengan tenang menganalisis situasi saat ini.
Aku bangkit dari tempatku berada, sengaja bersikap santai agar bajingan kotor itu tidak menyadari apa pun.
Satu-satunya jalan keluar adalah pintu. Aku menutupnya saat masuk, jadi pintunya sudah tertutup.
Untungnya, jendelanya juga tertutup, jadi aku tidak khawatir suara akan keluar dari ruangan ini.
Bahkan jika Ethan mencoba melarikan diri melalui pintu keluar saat ini, posisiku lebih dekat dengan pintu.
…Tidak dalam kondisi yang optimal, tetapi persyaratan minimum telah terpenuhi.
Untuk membunuh bajingan terkutuk ini, di sini, sekarang juga.
"..."
"…Pelayan?"
Aku mendekatinya dengan acuh tak acuh, dan babi kotor itu bahkan tidak berpikir untuk melarikan diri, tidak tahu apa-apa tentang apa yang sedang terjadi.
Begitu bajingan itu berada dalam jangkauanku, aku melilitkan salah satu handuk yang kupegang di lehernya.
Terperangkap lengah dan tiba-tiba terikat olehku, babi itu bahkan tidak dapat berpikir untuk melawan, ia hanya bisa menendang-nendangkan kakinya dengan panik.
"Hyuk...?!"
DEG!
Terlambat. Dia mencoba melarikan diri dariku, tetapi kepalanya sudah kupegang dalam tanganku, tak bisa bergerak.
Tubuh si tolol yang gemuk sekali itu, yang tak terkira beratnya untuk anak seusianya, terjatuh ke belakang dengan bunyi gedebuk yang keras.
Aku naik ke atasnya, lalu menekan ulu hatinya dengan satu lutut.
(T/N: Serem njirr. Udah kek bener mau bunuh orang)
Tanganku masih memegang erat kain yang melilit lehernya.
"Acck...cckkk…!"
…Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Awalnya, aku jelas-jelas mencoba menyelesaikannya dengan cara yang damai.
Dia berusaha melepaskan tanganku, menarik pergelangan tanganku dengan lengannya yang lembek, tetapi ototnya yang lemah sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan genggaman seorang wanita dewasa Level 5.
Hentakan tubuh gemuknya malah semakin mempererat cekikan di lehernya karena beban yang ada.
"Kkk… hrrkkk…"
"..."
Sesaat, tatapan matanya yang penuh rasa iba dan gelengan kepala penuh keputusasaan hampir membuat tekadku goyah. Namun, aku menguatkan diri dan mempererat genggamanku, memberikan tekanan yang lebih kuat.
Entah aku melepaskan peganganku sekarang atau mencekiknya sampai mati di sini saja, hukuman yang menantiku tidak akan banyak berubah setelah berbuat sejauh ini.
"Aku pun tidak ingin sampai seperti ini."
Seberapa sering pun aku membayangkan membunuh bajingan menjijikkan ini dalam pikiranku, aku hampir tidak pernah mempertimbangkan dengan serius untuk benar-benar melakukan hal ini.
Mengabaikan fakta bahwa dia hanyalah karakter permainan; mengambil nyawa seseorang yang masih hidup dan bernapas secara langsung akan menyebabkan keraguan bagi siapa pun yang berpikiran sehat.
Bahkan dengan kejahilan tadi, aku mungkin bisa bertahan jika saja dia tidak mengejekku pada akhirnya.
Tetapi kini, aku telah mencapai batasku.
Tidak peduli seberapa keras aku mencoba untuk bertahan, melihat kejahilan si babi jorok ini meningkat dan kurangnya pertumbuhan kepribadian dari hari ke hari,
Aku tidak bisa membayangkan akhir yang lain selain menjadi mainan si brengsek ini.
Daripada mengalami nasib seperti itu, lebih baik aku membunuh bajingan terkutuk ini sekarang juga dan entah bagaimana caranya aku bisa keluar dari wilayah Blackwood dan menyeberangi perbatasan.
Mungkin masa depan yang lebih sulit menantiku, tidak, masa depan yang teramat sangat brutal.
Aku sudah bisa membayangkan apa yang mungkin dilakukan Harold yang marah terhadap Isabel dan Catherine, yang akan kutinggalkan di rumah besar itu.
Tetapi…
Tapi tapi…
Tetapi aku tidak dapat memahami apakah semua itu layak untuk ditanggung dengan mengorbankan harga diriku.
Aku meninggal dalam kecelakaan dan akhirnya bereinkarnasi ke dunia permainan favoritku, dengan kesempatan untuk mewujudkan impianku, meskipun sedikit.
Namun karena si bajingan ini, aku harus menjalani hidupku dengan segala keterbatasan?
Hanya karena kebetulan aku terlahir kembali sebagai Lilith?
Kalau dunia ini ingin menginjak-injak hidupku karena alasan yang buruk seperti itu, maka aku sebaiknya aku yang membalik meja terlebih dahulu.
Mari kita lihat apa yang terjadi.
Mari kita lihat seperti apa "Luminor Academy" yang tercipta ketika karakter antagonis awal dan salah satu karakter utama wanita sudah dihancurkan.
"Ugghhh…. uckk, uckkk…"
Entah membeku karena ketakutan atau kesakitan, Ethan meneteskan air mata dari kedua matanya.
Tak kuasa menahan ekspresi itu, aku pun memejamkan mata sejenak dan menoleh ke kiri.
Kecuali aku membunuh bajingan ini di sini dan sekarang, aku akan selamanya hidup sebagai "Lilith si Pelayan yang Kasihan."
Jika aku tidak membunuh Ethan.
Jika aku tidak membunuh bajingan terkutuk ini sekarang juga.
Bagi Lilith,
Bagiku,
Tidak akan pernah ada akhir yang bahagia.
…
…
…
Meskipun aku telah memutuskan untuk mengencangkan ikatan kain dan mencekik Ethan yang kotor itu sampai mati…
Entah mengapa genggamanku tak sanggup untuk mencapai akhir, ragu-ragu dalam mengambil keputusan final.
Handuk yang kupegang telah terlepas dari tanganku dan jatuh ke lantai.
"Ughhh, *uhuk* *uhuk*…?"
"Huuu, huuu…"
Brengsek…
Bajingan ini, aku benar-benar ingin membunuhnya dengan cara apa pun…
Aku benar-benar sangat ingin membunuhnya sampai-sampai aku bisa menjadi gila…
Tapi memikirkan masa depan yang akan terjadi dengan membunuh bajingan terkutuk ini dengan tanganku sendiri membuatku mustahil untuk membuat keputusan akhir itu.
Isabel, yang telah menjadi satu-satunya temanku sejak aku mendapatkan kembali ingatanku sebagai Lilith, terus mendukungku selama ini.
Dan Catherine, yang nyaris terhindar dari nasib buruk yang menantinya dalam game asli melalui perubahan ajaib.
Saat aku membunuh Ethan, hukuman Harold niscaya akan menimpa mereka berdua juga.
Kalau itu adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan mengorbankan nyawaku sendiri, aku akan melakukannya tanpa ragu-ragu.
Namun kesenjangan antara beban hidup seorang bangsawan dan rakyat jelata sangatlah lebar di dunia ini.
Kalau aku membunuh Ethan di sini, tidak aneh kalau semua karyawan di wilayah Blackwood kehilangan kepala mereka saat itu juga.
Jadi, aku tidak dapat memaksakan diri untuk mengambil keputusan akhir itu.
Bajingan malang ini menduduki jabatan yang terlalu tinggi bagiku untuk bertindak hanya berdasarkan amarah dan emosiku sendiri.
Aku hanyalah seorang pelayan yang menyedihkan, terlilit hutang, tanpa kekuatan apa pun.
"Huuuuuu, huuuuuaaaaa…"
"…Uhuk, p-pelayan?"
"Haaaaa, huuuuuuu…"
"Pelayan… *uhuk*, ke-kenapa k-kamu *uhuk* menangis?"
Tanpa sadar aku menempelkan tanganku ke wajahku saat bajingan yang berada di bawahku mengatakan sesuatu, hanya untuk mendapati air mata mengalir tanpa henti di pipiku begitu aku mulai menangis.
Karena tidak ingin memperlihatkan penampilanku yang tidak sedap dipandang kepada bajingan terkutuk ini, aku buru-buru memalingkan mukaku untuk menyembunyikan air mataku.
"P-Pelayan?"
"… Jangan bicara padaku, Ethan, kau dasar bajingan!"
"...!!"
Ethan menutup mulutnya karena terkejut, tampaknya tidak menduga akan ada umpatan dari bibirku.
Karena merasa saat ini adalah akhir hidupku, aku melampiaskan semua emosi yang terpendam terhadap bocah nakal yang berbaring di bawahku, tanpa menahan apa pun.
"Dasar keparat! Babi sialan!"
"..."
"Aku hanya bisa memaklumi kejahilan kekanak-kanakan beberapa kali. Melihat wajahmu saja membuatku muak, dasar sampah menjijikkan!"
"…Pelayan?"
"Sampah sepertimu terlahir sebagai bangsawan adalah aib terbesar di dunia ini. Bocah idiot, egois yang hanya mengandalkan kekuatan dari gelar bangsawan – fakta bahwa kau adalah pewaris keluarga Blackwood adalah aib terbesar di sejarah keluarga ini."
"P-Pelayan … Kenapa kau…"
"Jangan bicara padaku, dasar babi sialan! Menghirup udara yang sama denganmu saja sudah membuatku mual."
"…..'"
"Kau sungguh menjalani hidup sesukamu, dasar bajingan! Tidak pernah memikirkan perasaan orang lain atau apa pun; kau menjalani hidupmu tanpa menyadari apa pun seperti orang bodoh."
"P-Pelayan…"
"Kau menjalani hidupmu yang menyedihkan tanpa pernah menyadari betapa bodohnya dirimu sampai suatu hari kau ditusuk oleh pendekar pedang tepat di depan matamu."
"….."
"Dikubur dalam kuburan tak bertanda yang tak seorang pun mengunjunginya kecuali ayahmu, mati tanpa melakukan apa pun dan dilupakan selamanya, dasar bangsawan terkutuk!"
Kemarahan yang telah mendinginkan pikiranku berkobar lagi dalam semangat yang membara, menyebabkan rentetan kutukan yang terpendam keluar tak jelas.
Semua kebencian yang telah kutanggung akibat perilaku Ethan yang buruk, semua kutukan yang mengharapkan masa depan yang akan ia jalani.
Bocah setengah bodoh itu mungkin bahkan tidak bisa mengerti setengah dari apa yang aku katakan, tapi itu tidak masalah.
Hidupku yang memang ditakdirkan untuk hancur. Hanya dengan melampiaskan kekesalan terakhir sebelum akhir saja sudah cukup.
…Ah, aku hampir lupa satu hal penting.
"Hai, Ethan."
"Y-Ya…?!"
"Apa yang kulakukan barusan tadi. Aku melakukannya hanya karena kau benar-benar bajingan menyebalkan."
"…Apa maksudmu…"
"Aku tidak bersekongkol dengan siapa pun untuk mencoba membunuhmu. Aku hanya ingin membunuhmu sendiri, itu saja, dasar babi sialan!"
"...!"
"Jadi, jika kau akan mengadu pada ayahmu, katakan padanya ini. Bahwa pelayan eksklusifmu, Lilith, mencoba membunuhmu karena dia marah."
Aku tak tahu apakah bocah nakal ini akan mengulang kata-kataku sama persis, tetapi aku harus mengatakannya.
Setidaknya, untuk meminimalkan potensi bahaya pada Isabel atau Catherine.
Pada akhirnya, yang kulakukan hanya percobaan pembunuhan, bukan pembunuhan seorang bangsawan, jadi hukumannya mungkin akan sedikit dikurangi.
…Mungkin ini akan berakhir dengan hilangnya nyawaku saja.
Jika aku tidak bisa menahan diri dan akhirnya membunuh Ethan yang kotor ini, itu akan menjadi dosa yang tidak termaafkan terhadap Isabel dan Catherine.
"Tiga bulan yang kuhabiskan sebagai pelayan eksklusifmu benar-benar tak tertahankan."
"…..'"
"Dan hari ini menandai berakhirnya semua itu. Begitu ayahmu tahu aku mencoba membunuhmu, dia tidak akan melepaskanku begitu saja."
"P-Pelayan … Tunggu…!"
"Sungguh menyebalkan bersamamu, aku harap kita tidak pernah bertemu lagi."
BRAKKKK!
Aku tidak ingin lagi menatap wajah sampah itu sedetik pun dalam sisa waktuku sebagai Lilith.
Aku pun meninggalkan tugasku dan bergegas keluar dari kamar Ethan.
Aku bersandar ke dinding di luar pintu, sambil secara mental memikirkan tindakan yang baru saja kulakukan.
Percobaan pembunuhan seorang bangsawan.
Bukan, percobaan pembunuhan terhadap putra tunggal keluarga Blackwood.
Lebih mudah untuk menerima bahwa tidak ada cara untuk bertahan hidup setelah ini…
Aku hampir merasa bersyukur jika mereka mengeksekusiku dengan cepat, dengan cara dipenggal atau digantung – itu adalah kejahatan yang terbilang berat.
"Haah…"
Kalau saja aku tahu akan sampai pada titik ini, aku akan membuka mantra sihir apa pun yang kumau sebelum dipenggal.
Kalau dipikir-pikir seluruh hidupku dalam permainan favoritku dari inkarnasi sebelumnya tidak ada apa-apanya selain melayani Ethan selama setengah tahun.
Gagasan bahwa "Lilith si Gadis Bodoh" hanya bisa menjadi gadis bodoh, apa pun yang terjadi, sangat bergaung dalam benaknya.
"Sial… Haaa, sialan…"
Air mata yang telah lama kutahan mengalir deras tanpa henti.