Chereads / Mimpi Remaja : White Princess / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Beberapa jam telah berlalu, Silva dan Silvi telah pulang mendahului Ruby dan Alifia.

"(Bahasa Isyarat) kamu mau mengantarku sampai rumah?" Tanya Alifia pada Ruby, Ruby menjawab dengan bahasa isyarat bahwa dirinya tentu akan mengantar Alifia sampai bertemu dengan orang tuanya.

Alifia tersenyum dan kembali berjalan untuk pulang dan tentu saja diikuti oleh Ruby, sesaat ketika mereka berdua berjalan di trotoar, seseorang lewat mengendarai motor sport type Panigale v4.

Mengenakan baju serba putih dengan corak garis berwarna merah, orang tersebut berhenti dan turun dari motornya.

Saat membuka helmnya ternyata seorang laki-laki remaja, "Mau gua antar?" Tanya laki-laki tersebut. Ruby langsung mengeluarkan ponselnya dan menelfon seseorang yang bernama Tante.

"Halo tante, Afra naik motor om ga ijin lagi." Ucap Ruby. Afra langsung berlari mencoba untuk mengambil ponsel Ruby, namun Ruby berhasil memukul kepalanya hingga Afra kesakitan.

"Lu gaada kapok-kapoknya kena marah mama lu, ya?" Ucap Ruby. Alifia pun bertanya apakah Afra kenalan Ruby, Ruby menjawab bahwa Afra adalah sepupunya.

Afra kesal dan menarik kerah baju Ruby dan kemudian memarahinya. "Kenapa lu mukul gua terus sih tiap ketemu? Lu ada masalah sama gua?" Tanya Afra. Ruby menjawab jika dirinya kesal karena Afra menawari boncengan, padahal motornya single seat.

Afra menyadari hal tersebut dan kemudian melepas Ruby, Afra kemudian memperkenalkan diri pada Alifia.

"Aku Afra, kakak sepupunya si gadis tengil ini." Ucapnya sembari memegang kepala Ruby. Ruby terlihat hanya menunjukkan ekspresi datar, dan seakan tak peduli.

Alifia tersenyum dan mengatakan dalam bahasa isyarat, "(bahasa isyarat) salam kenal juga." Jawab Alifia. Karena Afra tidak mengerti bahasa isyarat, dirinya kemudian menawari ponselnya untuk mengatakan apa yang sebelumnya dikatakan oleh Alifia di ponselnya.

Ruby kemudian menyingkir dari Afra dan berkata pada Afra, "Lu bego ya? Itu artinya *salam kenal juga* tolol!" Ucap Ruby. Afra menoleh pada Ruby dan bertanya bagaimana bisa Ruby bisa mengerti bahasa isyarat, Ruby menjawab bahwa dirinya tentu saja belajar.

"(Bahasa isyarat) dia anak pamanku, dia baik kok. Tapi kalo misal nanti dia macem-macem ke kamu, telfon aja aku, kuhabisin dia." Ucap Ruby pada Alifia. Afra bertanya apa arti bahasa isyarat yang Ruby katakan pada Alifia, ruby menjawab jika Afra hanya sepupu saja.

Ruby kemudian memperkenalkan Alifia pada Afra, yang kemudian Afra pun pamit untuk segera pulang karena dirinya merasa akan datang waktu untuk ibunya marah-marah.

Singkat cerita, Ruby sampai di depan rumah Alifia. Alifia menawari Ruby untuk masuk namun Ruby menolaknya. Alifia berterimakasih dan dirinya pun masuk kedalam rumah, Ruby pun kemudian lanjut untuk segera pulang.

Sesampainya dirumah...

Baru saja masuk rumah, Silva dan Silvi kejar-kejaran dan terlihat memperebutkan sesuatu. "Balikin Silva! Aku beli komik itu pake duit papa!" Ucap Silvi sembari mengejar Silva.

Rumah yang begitu besar dan ditinggali lebih dari 5 orang, sesaat pembantu rumah datang untuk mengucapkan selamat datang pada Ruby. "Nona, selamat datang. Nona berantem lagi ya?" Tanya art tersebut.

Ruby menjawab, "kan udah biasa, bi. Mama udah pulang?" Art tersebut menjawab bahwa nyonya besar berada di kamarnya sedang istirahat.

Saat Ruby berjalan menuju kamarnya, terlihat di ruang tamu terpampang jelas foto keluarga lengkap. 2 orang di foro yang tak terlihat asing.

Seseorang keluar dari kamar, ibu Ruby segera menemui Ruby. "Udah pulang kamu, Ruby?" Tanya ibunya. Ruby tak menjawab, dan bergegas lari menuju kamarnya.

Saat akan menutup pintu kamarnya, ibunya menghentikannya dengan melempat baju dan menahan pintu kamar Ruby saat akan tertutup.

"Buka pintunya, Ruby." Ibu Ruby terlihat marah, hingga Ruby pun pasrah dan membiarkan ibunya membuka pintu kamarnya.

Ibu Ruby adalah... Dian.

Ruby terlihat panik dan Dian pun memarahi Ruby karena tanpa ijin bersekolah di SMA 17, bahkan dengan kedua adik kembarnya. "Kamu kok ga bilang ke mama kalo kamu bakal sekolah di sana? Disana kan sekolahnya murid nakal?" Tanya Dian. Ruby menjawab jika dirinya ingin mengikuti jejak ayahnya.

Dian menghela nafas, dan kembali bertanya pada Ruby. "Pengen ikut jejak ayah? Ruby... Ayahmu dan papamu dulu satu sekolah, bahkan mereka berdua itu sahabat. Mama cuma ga pengen kamu kenapa-napa." Ucap Dian.

Ruby terdiam, dan seketika seorang pria datang dan berkata... "Emangnya kenapa kalo putriku sekolah disana? Kan artinya dia pengen jadi top kayak aku dulu." Jawab Rio... Suami Dian.

"Kamu diem aja deh, malah tambah runyam kalo kamu ikut-ikutan." Ucap Dian sembari menatap tajam Rio, Dan Rio pun terdiam seketika.

Dian kemudian memeluk Ruby sembari berkata bahwa dirinya begitu menyayangi Ruby dan kedua adiknya, melebihi apapun itu yang ada di dunia ini.

Dian bahkan berkata jika dirinya tak ingin Ruby mengalami hal buruk, Ruby kemudian memeluk Dian dan dirinya meminta maaf pada Dian karena merahasiakan alasan dirinya bersekolah di SMA 17.

Rio pun berkata, "Ruby, jika kamu memang ingin tetap bersekolah di SMA 17, kamu tau syaratnya kan?" Ruby pun menjawab...

"Menjadi yang terkuat, meski tanpa pertarungan." Jawab Ruby.

SMA 17 adalah sekolah para siswa broken yang bodoh dalam berpikir, namun pintar dalam bertarung. Buktinya adalah.. Selama sekolah itu berdiri, SMA 17 belum sekalipun dikalahkan bahkan dalam kekompakan atau kecerdasan.

Belasan tahun yang lalu, SMA 17 pernah menjadi tempat dimana murid berbakat bersekolah. Namun kembali menjadi sekolah broken setelah perang besar 17 tahun yang lalu di alun-alun kota.

SMA 17 adalah sekolah yang beberapa muridnya memiliki siswa terkuat, sejak era david, Andrius, hingga akhirnya laki-laki itu.

Perjalanan Ruby masih panjang untuk mencapai impiannya.

TO BE CONTINUED.