Keesokan harinya...
Markas Organisasi Aka, Pempinan tertinggi Mafia dan beberapa bawahannya berkumpul di satu ruangan.
Menejer Pimpinan, Rio. Sekretaris 1, Ciel. Sekretaris 2, Natasya. Kepala cabang timur, Akio. Kepala cabang barat, Zain. Dan Kepala cabang Selatan, Leon.
Wakil Pimpinan, Akio. Dan yang terakhir... Pimpinan Tertinggi, David.
"Banyak yang tidak hadir di pertemuan kali ini, setidaknya informasi yang akan saya sampaikan bisa di berikan pada rekan yang tidak bisa hadir pada pertemuan kali ini."
"Pada pertemuan kali ini, saya selaku wakil pimpinan mendapat kabar dari X bahwa buronan berada di brazil. Diperkirakan tujuannya kali ini masih sama, yaitu menghancurkan beberapa mafia besar disana."
"X dan Z masih berada di Meksiko untuk mengurus kekacauan yang ditimbulkan dari buronan kita, namun salah satu intelejen dari rekan X berhasil mengikuti jejak Buronan. Maka dari itu, X dan Z akan menangkap buronan di Brazil." Ujar Akio.
David kemudian memberikan perintah pada Akio untuk menunda operasi penangkapan buronan, karena Brazil bukanlah negara yang lemah pada pihak mafia atau warganya.
David juga berkata bahwa di Brazil, tingkat kriminalitas nya cukup tinggi hingga setiap tahunnya hampir 1000 orang tewas karena kasus penembakan.
Karena jika dilakukan di brazil, maka ditakutkan pihak organisasi nya yang akan kehilangan pasukan intelejen pada pihak Organisasi Aka karena berselisih dengan para mafia di brazil.
Semua yang berada di ruangan tersebut terdiam setelah mendengar dampak yang akan terjadi jika berhadapan dengan mafia brazil, mereka semua berpikir tentang cara yang lebih efektif lainnya.
Tiba-tiba suara sirine atau alarm berbunyi dengan sangat keras, tak hanya di ruangan tersebut, tapi di seluruh kota juga berbunyi.
David menerima telfon dari bawahannya bahwa kode SSS telah di bunyikan, "Bagaimana mungkin? Dia kan berada di brazil?" Ucap David.
Rio dengan cepat menghubungi Dian, "Dian, kamu denger suara itu kan? Cepet sembunyiin itu!" Ucap Rio.
"Ayo kejar dia!! Rio, kau pergi ke tempat istrimu." Ucap David, tanpa pikir panjang Rio langsung berlari keluar dari ruangan bersama dengan rekannya yang lain.
Di perbatasan utara... Gerbang yang dijaga oleh beberapa aparat dan anggota mafia berhasil di jebol, bahkan penjaga gerbang juga berhasil di lumpuhkan.
Para aparat dan anggota mafia mulai berdatangan ke gerbang perbatasan utara, seseorang berjalan kearah mereka dan hanya seorang diri.
Pihak aparat dan anggota mafia menodongkan senjata api pada pria tersebut, namun pria itu tetap berjalan tanpa mempedulikan mereka.
Di rumah Rio...
"Kamu tetep di kamar ya, apapun yang terjadi." Ucap Dian pada Ruby. Ruby kebingungan dengan apa yang telah terjadi, karena melihat Dian yang panik ruby juga ikut panik.
"Apa yang terjadi? Suara sirine juga masih bunyi dari tadi." Ucap Ruby. Silvi kemudian menjawab bahwa seorang buronan paling berbahaya telah tiba di kota Rayakarta, Ruby kemudian bertanya siapakah buronan tersebut.
"Aku gak tau, tapi katanya bahaya banget kalo misal kita ketemu sama dia." Jawab Silvi.
Si Gerbang perbatasan utara...
David dan yang lainnya pun tiba di gerbang perbatasan utara, "Kau!! Mana bocah itu?" Tanya David.
Pria tersebut tersenyum dan menjawab... "Lu udah makin tua aja, David. Bukannya lu udah tau bocah itu ada dimana, ngapain masih tanya." Jawab pria itu.
"Apa tujuanmu balik ke kota ini, RAN!!!" Tanya David. Ran menjawab jika dirinya ingin tau kabar dari dari permata merah yang dijaga David, dan Ran juga berkata bahwa dirinya ingin melihat sendiri kondisi permata merah milik bocah yang dimaksud oleh David.
"Kalo gua nolak kasih tau kondisinya, kau mau apa?" Tanya David. Ran menjawab bahwa ia akan membunuh orang yang mengejar bocah itu, dan akan membawa mayatnya me hadapan David.
"Oke gua kalah, tapi dengan 1 syarat. Lu cuma bisa dapet kabarnya, tapi gak boleh liat kondisinya." Ucap David. Ran menyetujui tawaran David dengan memberikan persyaratan dari dirinya sendiri, yaitu Ran tidak akan bertanggung jawab jika orang yang mengejarnya ada apa-apa di negara yang di hampiri oleh Ran dan bocah itu.
David pun setuju dengan syarat Ran dan David pun memberitahu Ran tentang kabar dari Permata merah milik Bocah itu, Ran tertawa dan langsung berbalik badan untuk meninggalkan kota Rayakarta.
"Suatu hari bakal ada orang yang bunuh elu, Ran." Ucap David.
"Hidup dan matiku hanya kehendak tuhan yang mengaturnya, bukan kau..." Jawab Ran sembari berjalan meninggalkan gerbang perbatasan utara. Bawahan David pun mencoba untuk mengejar Ran tapi dihentikan oleh David karena hal itu percuma saja, mengingat David adalah saksi yang melihat keabadian Ran.
Kembali ke rumah Dian....
Rio dan Dian menerima telfon bahwa objek dengan kode SSS telah meninggalkan north gate/gerbang perbatasan utara, Rio dan Dian pun bernafas lega dan langsung menuju ke kamar Ruby.
Saat membuka pintu kamar Ruby, terlihat Ruby dan kedua adik kembarnya tertidur pulas di satu ranjang. Melihat hal tersebut Rio dan Dian pun tersenyum melibat kedekatan mereka bertiga.
"Rio, apa dia bakal balik ke kota ini? Aku gak mau kembaliin apa yang sudah dia buang, Ruby satu-satunya peninggalan terakhir Ana. Dan aku gak mau dia rebut Ruby dariku. Ucap Dian yang menangis sembari memeluk Rio.
"Tenang aja, kalo dia coba buat rebut Ruby... Ku pastikan kepalanya terpenggal dengan tanganku sendiri." Jawab Rio.
Keesokan harinya di SMA 17...
Semua siswa membicarakan tentang suara sirine yang berbunyi di seluruh kota, para orang tua siswa juga menyuruh mereka untuk bersembunyi karena buronan paling berbahaya muncul di North Gate.
Seluruh kota digemparkan oleh kabar tersebut, membuat para siswa penasaran dengan buronan tersebut.
Di atap sekolah, The Trinity berkumpul untuk kembali membahas tentang war yang akan segera di adakan minggu depan.
"Kayaknya aparat dan mafia udah ngurus si buronan itu, kita fokus buat war kita minggu depan. SMA 5 emang gak pernah menang, tapi tiap tahunnya pasti ada murid yang punya potensi kayak si arga." Ucap Noval.
"Bener sih, tapi untungnya kita kan juga punya siswa yang potensinya gede. Jadi kita bisa tenang dikit." Jawab Daniel. Noval pun bertanya apakah siswa yang berpotensi itu adalah 4 siswa yang menyerang siswa kelas 3 kemarin, dan Daniel pun mengiyakannya.
Di kelas Ruby...
Terlihat Silva dan Silvi sedang kejar-kejaran memperebutkan sesuatu, "Balikin Silva, lu jahil banget sih." Ucap Silvi yang mengejar Silva.
"Kayaknya gue bakal ikut war deh." Ucap Ruby. Virgo kaget dengan keputusan Ruby, Virgo bertanya apa alasan Ruby untuk ikut war melawan SMA 5. Ruby menjawab karena hal tersebut sepertinya akan mengasyikkan, dan akan menjadi pengalaman untuk Ruby agar bisa melawan The Trinity.
"Lu aneh, terus si kembar itu gimana?" Tanya Virgo. Silva dan Silvi spontan bersamaan menjawab bahwa mereka berdua akan ikut jika Ruby ikut, karena mereka akan selalu membantu Ruby untuk mencapai puncak.
Lalu Silva dan Silvi pun kembali kejar-kejaran, Virgo pun menghela nafasnya dan bersedia untuk ikut serta dalam war melawan SMA 5.
TOO BE CONTINUED.