Di waktu yang sekarang, Kage terdiam dingin pada Hikari yang juga menatapnya dengan kesal.
Awalnya mereka hanya terdiam dan sama sama melemparkan tatapan tajam karena Hikari sangat kesal dan Kage sangat ingin dia berhasil mendapatkan Hikari.
"Kenapa? Kau masih ingat aku, kan, Hikari? Kita bertemu setelah empat tahun, lalu kau pergi begitu saja dan menghilang selama beberapa hari..." Kage menatap sombong sambil mendekat.
"Maaf, Tuan Besar, tapi kita tidak pernah bertemu dan tak akan pernah." Hikari mencoba menghindar dan mundur selangkah, mencoba menggunakan nada suara yang sangat tajam.
"Kenapa? Apa hanya karena kau sudah lama tak menghubungiku dan menemuiku... Kau pikir hidupku akan jadi lebih bahagia? Karena kau melihat wanita yang mengaku sebagai pasangan ku?" tatap Kage tajam.
"Aku sama sekali tak melakukan apa pun selain menjalani kehidupanku," Hikari membalas dengan perasaan ingin balas dendam.
"Kau mencoba menutupi ini dengan sifatmu. Diam-diam menikahi seorang pria karena aku meninggalkanmu menikahi wanita lain... Kau pikir aku mau meninggalkanmu begitu saja?"
"HENTIKAN!" Hikari menyela sambil berteriak. "Apa kau tidak pernah puas mengatakan itu padaku? Aku ingin bilang padamu, JANGAN GANGGU KEHIDUPAN BAIKKU!" ia menambahkan sambil mendadak saja langsung meneteskan air mata. Tanpa diduga, dia menangis begitu saja.
Tapi Kage juga menambah dengan cepat. "Aku bercerai!" kata Kage begitu saja, dan itu langsung membuat Hikari sedikit terkejut.
Suasana terdiam, bahkan Hikari menatap tak percaya hingga Kage menambahkan perkataannya. "Chichi memisahkan Lily dariku, dia wanita tidak berguna, kini semua tahu, bahwa apa yang ingin aku katakan memanglah benar..." Kage menambahkan.
"(Jadi... Dia sudah tidak bersamanya lagi... Apa ini yang artinya pembalasan.... Mas Kage benar benar bisa melakukan sebuah pembalasan... Tapi... )" Hikari masih menatap tak percaya, dia hanya bisa menggigit bibirnya.
"Aku juga tidak bisa mengambilmu karena kau sudah memiliki keluarga."
"Keluarga? Apa maksudmu?" Hikari menatap bingung.
"Lelaki itu dan bayi itu, semua milikmu, bukan?"
"(Hah? Apa... apa yang dia maksudkan... Mas Shiba dan Nian? Dia menganggap mereka adalah keluargaku! Bukanlah mereka bukan siapa siapa. Tapi jika aku bilang bukan, dia akan mengejarku... Apa yang harus aku lakukan?!... Lebih baik aku tidak ikut dengannya dulu,)" Hikari terkaku.
Karena dia hanya diam, Kage berjalan mendekat dengan langkah kaki nya yang besar membuat Hikari terkejut tak bisa berpikir banyak. "(A... Apa yang mau dia lakukan?!)"
Tak di sanga sangka Kage mendekatkan wajahnya sangat dekat dan memegang pinggang Hikari untuk mendekat membuat Hikari terdiam merasakan itu. "(Ini.... Dia... Dia menyentuh ku? Kenapa rasanya, aku seperti ingat pada masa lalu....?)" pikir nya dengan wajah ragu.
Lalu Kage berbisik. "Hikari, aku benar benar minta maaf...."
Hikari yang mendengar itu tentu saja terkejut sekaligus kesal, dengan cepat dia memberontak dan mundur membuat Kage melepaskan nya. "Kenapa kau terus minta maaf!!!" teriaknya. "Tidak kah ada hal lain selain kau mengatakan minta maaf!!! Apa kau tak bisa melakukan segalanya!!! Kau benar benar lemah dimataku!!" teriaknya sekali lagi.
Kage yang mendengar itu menjadi mengepalkan tangan. "Aku akan berusaha!" dia membela. "Aku sudah berusaha melakukan ini semua, aku hanya ingin mengatakan padamu saat itu untuk sabar dan menungguku... Sekarang aku sudah bercerai dengan Lily, aku hanya ingin kau Hikari....!" tatapnya.
"(Ck, dia terus saja mengincar ku.... Di pikir aku tidak akan dikata katain yang buruk pada Chichi... Ini soal harga diriku, lebih baik aku tidak memilihnya dari pada harus tertekan....) Kau tadi bertanya apakah pria itu dan bayi itu, adalah milik ku?" tatap Hikari membuat Kage terdiam menungunya.
Lalu Hikari menambah. "Ya, mereka keluargaku," ia menambahkan.
Kage yang mendengar itu menghela napas, ia menatap Hikari dengan mata tajam sambil memegang hatinya yang putus asa. "(Aku seharusnya tahu itu.... Waktu empat tahun bukanlah waktu yang cepat... Dia sudah menemukan kehidupan nya yang lebih baik...) Kupikir, aku tidak akan terlambat..." Kata Kage dengan wajah penuh penyesalan, kemudian berbalik dan berjalan keluar.
Hikari yang melihat itu merasa bersalah atas apa yang ia katakan tadi. "(Apa tadi? Aku melihat wajahnya yang begitu kecewa dan sungguh tak bisa tertolong. Aku... aku merasa bersalah...)"
"A... Mas... Kage..." Hikari ingin menyusul, tapi ia tak punya niat dan memutuskan untuk berhenti. Namun hatinya menjadi tak tenang sama sekali.
Hingga membiarkan Kage berjalan keluar dan melihat Chen.
"Bagaimana, Kage?" Chen menatap Kage yang keluar dari pintu.
"Pulangkan dia, aku tidak mau mengganggunya, lagi," kata Kage sambil melewatinya begitu saja.
"(A... apa?)" Chen terkejut mendengarnya. Lalu ia berjalan ke arah Hikari yang tampak panik dan cemas.
"Mas Chen!" Hikari menatap khawatir. Lalu Chen menoleh dengan bingung.
"Mas Chen, tolong panggilkan Tuan Kage lagi."
"Apa maksudmu?"
"Aku ingin mengatakan yang sebenarnya."
"... Maaf, Hikari, tapi Kage sudah tidak mau mengganggumu, dan kau bukan lagi urusan kami," kata Chen, lalu berusaha menyuntiknya dengan obat bius. Hikari yang melihat itu menjadi terkejut.
"Apa... apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak akan menyakitimu, hanya saja kamu harus tertidur, dan ketika bangun kamu sudah ada di tempatmu, jadi jangan khawatir..." Chen mendekat, memegang tangan Hikari, dan bersiap menyuntikkan obat itu.
"Menjauh dariku!!" Hikari yang mulai sangat kesal menendang Chen. "Uakh!" hingga Chen terlempar.
Hikari segera melepaskan ikatan tangannya dengan pisau yang jatuh dari tubuh Chen tadi, lalu berlari keluar.
"Hikari, tunggu! Aku akan dimarahi Kage!!" Chen berdiri dan mengejar. Para penjaga di depan pintu tadi ikut mengejar.
Hikari yang berlari di lorong dengan ketakutan tak tahu harus keluar dari mana. Lalu ia menemukan ruangan pribadi Kage. Ia segera masuk dan mengunci pintunya dari dalam. Setelah mengunci, ia menoleh dan rupanya melihat Kage yang memandangnya sambil duduk di meja.
"Kenapa kau ke sini?" Kage berdiri dari kursi dan berjalan mendekat.
"Aku... aku, BERBOHONG!" teriak Hikari, membuat Kage terdiam. Di saat itu juga, Hikari memeluknya dan langsung menangis. "Hiks... aku takut..."
Kage terkejut saat Hikari memeluknya, apalagi mendengar rintihannya.
Tapi Kage memegang kedua bahunya dan mendorong Hikari untuk menjauh membuat Hikari terkejut, tatapan Kage sangat tajam. Dia meremas baju Hikari dengan rasa kesal membuat Hikari terkejut.
Dengan gertakan gigi beberapa kali, dia menyampaikan bagaimana dia cukup menghadapi alasan Hikari. "Cukup Hikari, cukup.... Jika kau tak mau aku mengganggu mu, maka pergilah, tinggalkan aku... Dari pada aku harus menyakitimu...." tatapnya.
Mendengar itu Hikari benar benar terdiam dengan air mata yang mengalir membuat Kage terdiam menatap air mata itu.
Lalu Kage menambah. "Jika kau tak mau aku mengganggumu lagi, kau tak harus memancing ku begini..." dia membuang wajah.
Tapi Hikari mencoba menjelaskan. "Maafkan aku!!! Aku benar benar minta maaf.... Aku tak bisa sepenuhnya percaya padamu, karena kupikir kau bisa menghadapi semua tanpa aku--
"Semua kau bilang?" Kage mendadak menyela. "Emosiku terus di permainkan sejak kau menganggap ku mengganggu kehidupan mu, berhentilah bersikap bahwa kau kuat atas segala hal.... Kau hanyalah gadis lemah, kau butuh aku, kau butuh seseorang, berhentilah menganggap ku pengganggu... Kondisi ku semakin memburuk karena terus menginginkan mu.... Tapi apa yang kudapatkan, gadis yang aku harapkan untuk kembali padaku, malah pergi dengan orang lain, meninggalkan ku dan menganggap bahwa kehidupan baik baik saja bersama orang lain juga... Dimana hatimu, dimana cahaya yang selalu kau berikan padaku dan dimana kepercayaan mu Hikari!" tatap Kage. Mereka terdengar berdebat hingga Hikari tak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa menangis.
"Hiks.... Bukan itu yang ku maksudkan... Hiks... Aku tak bermaksud melakukan semua itu, aku tak tahu seberapa besar rasa pedulimu.... Aku tak tahu apakah kau sungguh sungguh memberikan cinta mu padaku.... Aku hanya tak tahu.... Dan aku benar benar minta maaf..." tatap Hikari mencoba memohon.
Kage yang melihat itu menjadi terdiam, dia lalu mendekat dan memeluk Hikari yang masih menangis.
Lalu Kage mengatakan sesuatu. "Berhentilah menangis.... Aku tak menyakitimu di sini..." dia membelai kepala Hikari perlahan membuat Hikari benar benar merasakan kehangatan itu.
Kemudian terdengar Hikari mengatakan sesuatu. "Lelaki itu bukan suamiku. Dia hanya teman apartemen saja. Jangan menganggapku begitu, aku tak mau mengecewakanmu..." kata Hikari membuat Kage terkejut mendengarnya.
Tapi sebelum hal itu di jelaskan, para penjaga berhasil menerobos pintu Kage. Mereka melihat Hikari yang menempel pada Kage.
"Tuan Besar, kami akan menangani ini," kata mereka, hendak mengambil Hikari dari pelukan Kage. Tapi mendadak Kage menodongkan pistol, membuat mereka terkejut, langsung ketakutan, dan mundur.
Lalu Kage memegang bahu Hikari dan menatapnya. "Hikari, aku sudah bilang, aku tak mau mengganggumu. Aku tahu kau punya kehidupan lain—"
"Tidak! Dengarkan aku dulu... Hiks... Aku tidak pernah punya kehidupan baik setelah aku pergi meninggalkanmu. Kupikir kamu sudah baik-baik saja dengan pasanganmu itu, tapi, kenapa setiap hari, tidak satu menit pun kehidupan ini terasa bebas dari rasa bersalah?" kata Hikari.
Kage yang mendengar itu terdiam, lalu menatap wajah Hikari dengan dekat. "Ini semua adalah kesalahanku, maafkan aku, Hikari," katanya.
Namun, tiba-tiba Hikari mendorong Kage, membuat mereka terpisah dari pelukan itu. Hikari, dengan wajah masih berlinang air mata, terlihat sangat kesal. "Kau pikir itu mudah diterima? Aku tak akan pernah memaafkanmu! Cukup sampai di sini saja... Aku tak akan memaafkanmu!" kata Hikari sambil mengusap air matanya sendiri.
"Hikari, aku benar-benar minta maaf. Ini semua kesalahanku. Aku rela melakukan ini semua hanya demi mendengarkanmu. Ketika kau mengatakan bahwa kau benar-benar memiliki keluarga, tahukah kau betapa suramnya perasaanku? Tapi ketika kau mengakui bahwa kau baru saja berbohong, aku senang. Tapi kenapa sekarang kau tidak memaafkanku?" Kage menatapnya.
"Lupakan itu. Aku tak mau mengobrol denganmu lagi. Aku hanya ingin diantar pulang tanpa ada obat bius."
"Tadi kau memohon dan menangis, kemudian sekarang bersikap tak peduli.... Apa sebenarnya mau mu, Hikari..." Kage menatap tajam sambil menahan tangan Hikari untuk tetap menatap nya.
"Lepaskan aku, bayi kecil ku menunggu, jadi jangan menggangguku!" Hikari bersikap tampak berani.
Kage yang juga kesal menjadi mengatakan. "Aku akan mengantar mu...."