Chereads / A Mercenary Who Captures Time / Chapter 2 - Terulang Lagi

Chapter 2 - Terulang Lagi

"Huff.. Huff..." Nafas ku berat, tubuh ku mengeluarkan keringat dingin dari kepala sampai kaki, mengingat kembali insiden itu membuat diriku sangat tidak terkendali.

"Mimpi buruk itu lagi.." Keluh ku dengan suara jengkel, "Huff.. Harus sampai kapan.." Aku perlahan menangis, sudah lebih dari 20 tahun berlalu semenjak orang tua ku terbunuh di kebakaran desa itu, kini aku berumur 32 tahun, aku tidak tau apa yang terjadi pada saat itu, namun setelah kesadaran ku hilang, tau tau saja aku sudah berada di sebuah rumah perawatan di kota terdekat, para dokter tidak mau memberi tahu ku apa yang sebenarnya terjadi, namun aku pun tidak terlalu ingin mengetahuinya.

Setelah menenangkan diri dan menghilangkan semua ingatan buruk itu, aku bangun dari kasur dan mengambil pedang yang ada di meja disamping, aku pun keluar dari kamar dan menuju ke tangga untuk turun, di lantai bawah aku melihat banyak orang sedang minum dan makan, tempat ini adalah sebuah penginapan, dan mereka menyediakan makanan dan minuman serta kamar untuk menginap selama berapa banyak kau dapat membayar.

Suasana di dalam penginapan itu sangatlah meriah di pagi hari, bukan hanya aku saja namun ada beberapa orang lain yang menginap juga, walaupun kebanyakan adalah orang luar yang datang kesini untuk makan dan minum, itu tidaklah penting.

"Ah, Flint! sudah bangun? Apa yang kau inginkan?" Ucap pemilik penginapan ini, namanya Gorod, dia ini lelaki yang cukup mudah untuk diajak bicara, yah itu memang jelas jika dia bekerja sebagai pemilik dari sebuah penginapan, "Satu daging rusa rumput dan bir" Balas ku.

"Diterima" Ucap Gorod sebelum dia mulai memasak.

Kursi di penginapan ini cukup banyak, namun aku memutuskan untuk duduk di depan meja layanan, aku dapat berbicara lebih mudah ke Gorod, 'Ah, semalam itu hari terakhir penginapan ku..' Pikir ku, 'Haaahh, aku sebaiknya mulai bersiap siap untuk tidur diluar'

.

.

Setelah aku mengisi perut, aku pun menyampaikan salam perpisahan kepada Gorod dan pergi dari penginapan itu, saat ini aku sedang berada di desa yang bernama Terric, kenapa aku ada disini, itu karna satu hal.

"Yo! Flint! Disini disini!" Seseorang memanggil ku dari samping, aku menengok dan melihat teman teman ku sedang berjalan kesini.

.

.

Setelah aku selamat dari insiden kebakaran desa ku, aku tidak punya tujuan hidup lagi, saat itu aku berpikir, 'Lebih baik aku mati saja', karena latar belakang ku sebagai warga desa rendahan, tidak ada seorang pun di kota yang ingin mengadopsi ku, aku yang berumur 9 tahun itu pun harus berjuang mati matian agar tidak kelaparan dan kedinginan, sedikit demi sedikit rasa putus asa dan kegelisahan menghantui perasaan ku tanpa henti, ingin rasa aku mati saja, diam tak bergerak, menunggu ajal menjemput, tanpa ditemani siapapun, namun aku ingat.

"Flint sayang, kita mungkin bukanlah keluarga yang terhebat, ada kalanya nanti kita akan merasakan susah dan putus asa" Kata kata ibu ku tiba tiba saja terlintas dipikiran ku, "Jika itu terjadi, maka Flint harus lah jadi seseorang yang kuat ya, ibu tau kamu itu berbeda dari yang lain, umur mu memang lah kecil, tapi jiwa mu itu sangatlah besar, ingat itu baik baik ya."

"Hiks..", apakah kehidupan memang sesulit ini, jika iya, lebih baik aku tidak ingin mengalaminya.

Aku memutuskan untuk terus hidup dan bertahan, tahun demi tahun ku terus melakukan semua yang kubisa, aku mencuri, aku mengendap-endap ke tempat pribadi untuk mencari kehangatan, aku mencoba bekerja, itu semua kulakukan, sampai pada akhirnya aku menyentuh umur 16 dimana disitulah aku pun memulai hidup ku sebagai Mercenary, yaitu orang kuat yang dibayar untuk memenuhi sebuah permintaan seperti membasmi monster, mengawal, dan lain lain.

Selama menjadi mercenary, aku bertemu dengan banyak orang, aku menerima berbagai misi sendirian atau bersama rekan sesama mercenary, pada saat itu juga aku pun menemukan beberapa rekan yang nantinya akan menjadi teman baik ku sampai sekarang, mereka adalah remaja yang mempunyai masa kecil yang tidak jauh beda dariku, Dain si ahli pedang dan yang dianggap sebagai pemimpin grup kami, Ela si penyihir dengan tongkat sihir besarnya, Winsen si kekar dan sedikit maniak bertarung, Argo yang disebut kembaran Dain, dan Sieste si penyembuh kami, mereka semua memiliki keunikannya masing masing, kami saling melindungi, saling berbagi, dan saling mengisi satu sama lain, aku benar benar beruntung dapat bertemu dengan mereka.

.

.

"Seperti biasa, kau selalu jadi orang terakhir saat kita ingin berkumpul" Ucap Argo, "Iya tuh, kami sampai harus keliling desa untuk ngilangin rasa bosan" Ela membalas dengan wajah cemberutnya.

"Ela bohong, jangan diambil ke hati ya" Dain pun ikut berbicara, melihat mereka membuatku sedikit senang, "Iya iya" Balas ku ke mereka semua, beberapa saat kemudian aku pun bergabung dengan teman teman ku dan kami lanjut berjalan.

Seorang mercenary biasanya tidak memiliki rumah atau tempat untuk berteduh, mereka kebanyakan adalah seseorang yang selalu berpindah tempat, mencari misi dari satu tempat ke tempat lain, itulah kenapa para mercenary dibiasakan untuk tau caranya berburu, bertahan sendirian, dan skill darurat yang lain.

Alasan kami datang ke desa ini sudah jelas adalah untuk menerima misi, pada awalnya kami diminta untuk membasmi beberapa monster dan binatang ganas yang berkeliaran terlalu dekat dengan desa, butuh beberapa hari untuk menyelesaikan misi ini, dimana hampir 80% nya adalah karena kami tidak bisa menemukan apa apa, namun sekarang, setelah kami menyelesaikannya dan dibayar, kami tidak memiliki alasan lain untuk menetap di desa ini, jadi kami pun memutuskan untuk pergi ke tempat lain.

"Jadi? Ingin kemana kita sekarang?" Winsen memulai percakapan, lalu dibalas oleh Dain "Hmm, aku pun kurang tau, untuk sekarang lebih baik kita ke kota dulu"

"Kota terdekat membutuhkan sekitar 1 minggu dengan berjalan, bagaimana kalau kita menyewa karavan?" Ucap Sieste, "Yaahh.. kalo dihitung dengan upah bayaran dari misi yang kita dapat kali ini, kurasa akan cukup, bagaimana dengan kalian?" Balas Dain.

"Aku ikut saja" Ucap Argo, diikuti dengan aku dan Ela yang sama sama terserah, pada akhirnya kami pun menyewa karavan untuk mengantar kami ke kota terdekat.

Saat di tempat pangkalan karavan, "G- Gerobak karavan ini biasanya digunakan untuk mengantar gandum dan bahan pangan lainnya, jadi tidak punya atap, a- apa kalian tidak masalah?" Sang pemilik karavan berkata, dia sepertinya sedikit tidak enakan.

"Tidak masalah, asalkan gerobaknya cukup untuk membawa 6 orang dan dalam kondisi baik, kami tidak keberatan" Dain meyakinkan sang pemilik karavan.

"B- Baiklah kalau begitu, kita bisa berangkat sekarang, uhh.. Ayo naik"

Disaat kami ingin menaiki karavannya, Winsen tiba tiba saja memanggil kami semua dan menyuruh untuk melihat kebelakang, kami menoleh dan apa yang kami lihat adalah sebuah cahaya kuning benderang yang ada di kejauhan, itu bukanlah matahari.

"A- apa itu-" Ucap Ela sebelum dipotong oleh suara ledakan besar dari arah cahaya kuning itu, angin kencang pun menghembus wajah kami, "Kughh"

"H- HEY!! ADA LEDAKAN!! APA YANG TERJADI?!" Ucap seorang warga desa yang berada di dekat kami, kami semua membeku melihat ledakan besar itu, ukuran dari ledakannya membuat kami beranggapan kalau setengah area desa baru saja hilang dan hangus terbakar.

"CIH.. AYO KESANA!" Teriak Dain, menyuruh kami semua untuk pergi mendekat, sebagai mercenary, kami tidak lah diwajibkan untuk ikut campur kedalam konflik atau situasi berbahaya, karena pada akhirnya, kami semua hanyalah manusia yang tidak punya tempat kembali, kenapa kami harus meresikokan nyawa kami dengan konflik yang tidak ada untungnya, itulah pikir ku, akan tetapi, Dain ini berbeda, dia selalu membantu siapapun bahkan walaupun dia tidak dibayar, aku sering melihatnya memberi beberapa koin yang kami dapat dari menyelesaikan misi untuk para pengemis dijalanan.

Selagi aku berlari mengikutinya, bersama dengan yang lain, aku berpikir, 'Kenapa kau seperti ini Dain, kenapa kau selalu ingin membantu, kita ini sudahlah kesusahan untuk bertahan hidup saja, kenapa kau masih saja menyempatkan untuk memikirkan orang lain yang tidak kau kenal..'

Sesampainya kami di lokasi ledakan, aku melihat sesuatu, sesuatu yang tidak asing, bahkan situasi ini, semua api di sekeliling ku, ini tidak asing.

'L- logo itu!'