Chereads / Kāten no mukō no kage / Chapter 2 - Chapter 1 - Api Balas Dendam

Chapter 2 - Chapter 1 - Api Balas Dendam

Suara raungan Zareth menggema di antara pepohonan saat Irian berdiri di tengah alun-alun, mengawasi wajah-wajah ketakutan yang menghadapnya. Dia merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya; setiap detak jantung menambah semangatnya. Rasa sakit dan pengkhianatan yang pernah dia alami kini bertransformasi menjadi kekuatan yang menggerakkannya maju.

Kira, yang terpaku di tempatnya, terlihat cemas. "Irian, ini semua salah paham! Kami tidak bermaksud membuangmu!" suaranya bergetar, mencoba mempertahankan harapan.

"Salah paham?" Irian mendengus, tidak bisa menahan amarahnya. "Kau tidak mengerti apa yang aku alami! Kau meninggalkanku untuk mati!" Dia melangkah maju, menggerakkan tangannya untuk memanggil monster-monster lain. "Kau ingin tahu siapa monster sebenarnya? Lihatlah sekelilingmu."

Dengan perintah singkat, Irian menggerakkan makhluk-makhluk yang telah ia jinakkan. Serigala bayangan melompat ke depan, menggonggong dengan garang, sementara burung raksasa terbang rendah, menciptakan angin kencang yang menerbangkan daun-daun kering. Keberanian penduduk desa mulai memudar saat mereka menyaksikan pemandangan menakutkan di depan mata mereka.

"Irian, tolong! Kami semua melakukan ini karena takut!" teriak Garron, anggota tim yang lain, mencengkeram pedangnya dengan gemetar. "Kami tidak ingin ada yang terluka!"

Irian tertawa sinis, menatap Garron dengan tatapan tajam. "Dan apa yang kau lakukan saat aku berjuang untuk melindungi kalian? Semua ini hanya untuk kepentingan kalian sendiri!"

Dia melanjutkan, "Kini saatnya aku menjadi penguasa di dunia ini. Aku tidak akan lagi dipandang rendah!" Dengan semangat membara, Irian memanggil kekuatan Zareth. Naga itu mengeluarkan api yang menyala-nyala, menciptakan bola api besar yang meluncur ke arah kerumunan.

Dalam sekejap, suara jeritan mengisi udara. Kira dan yang lainnya berusaha menghindar, tetapi beberapa di antara mereka terjebak dalam kepanikan. Irian merasa lega melihat rasa takut yang terpantul di wajah mereka. Ini adalah pembalasan yang selama ini ia nantikan.

Namun, saat semua itu terjadi, suara lembut muncul dari belakangnya. "Irian, jangan!" Suara itu adalah Mira, si penyihir, yang muncul dari kerumunan dengan tatapan penuh harapan. "Kau tidak harus melakukan ini! Masih ada cara untuk memperbaiki semuanya."

Irian terdiam sejenak, terjebak antara amarah dan kenangan akan persahabatan mereka. Mira adalah satu-satunya yang selalu percaya padanya. Namun, pengkhianatan itu terlalu dalam. "Apa yang bisa kau tawarkan, Mira?" tanyanya, suaranya serak. "Kau sudah memilih untuk mempercayai mereka, bukan aku."

"Aku tahu," jawab Mira, menahan air mata. "Tapi kami semua masih peduli padamu. Jika kau membiarkan kemarahan menguasaimu, itu hanya akan menghancurkanmu lebih dalam."

Kata-kata Mira mengusik hatinya. Irian merasa ada sedikit keraguan muncul dalam jiwanya, tetapi amarahnya mendominasi. "Aku sudah terlanjur memilih jalanku," katanya dengan tegas, berbalik untuk melanjutkan serangan. "Saat ini, aku hanya ingin melihat kalian merasakan penderitaanku!"

Tetapi saat Irian mengangkat tangan untuk memanggil monster-monster itu lagi, Zareth tiba-tiba bersuara. "Irian, ingat siapa dirimu! Kau adalah penjinak monster, bukan pembawa kematian!"

Irian terhenti. Dalam kekacauan emosinya, dia mendengar suara Zareth. "Kau memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, bukan menghancurkannya. Pilihanmu ada di tanganmu."

Kata-kata itu mengguncang keyakinannya. Dia melihat ke arah Kira dan anggota timnya yang ketakutan, dan di tengah kepanikan itu, dia merasa berat di dadanya. Dalam sekejap, rasa sakit yang mendalam dan keinginan untuk membalas dendam bercampur dengan harapan akan masa depan.

"Jadi, ini pilihan yang harus aku buat," Irian berbisik, berjuang dengan dirinya sendiri. Apakah dia akan melanjutkan jalan kegelapan, ataukah dia akan menemukan kembali cahaya yang pernah ada?

Satu hal pasti: malam ini, segalanya akan berubah.