Setelah keputusan itu, suasana di alun-alun mulai berubah. Rasa takut yang semula menghantui wajah-wajah penduduk desa perlahan tergantikan dengan harapan. Irian merasakan beban di pundaknya mulai berkurang, meski rasa sakit akibat pengkhianatan masih menggores hatinya.
"Kita harus bersatu," Irian berkata, menatap Kira, Mira, dan Garron. "Jika kita ingin melindungi desa dari ancaman yang lebih besar, kita perlu belajar dari masa lalu. Kita harus mempercayai satu sama lain."
Kira mengangguk, matanya berbinar. "Kami siap untuk memperbaiki kesalahan kami, Irian. Apa pun yang kau butuhkan, kami akan melakukan yang terbaik."
Sementara itu, Irian menyadari bahwa kekuatan penjinaknya adalah aset berharga dalam pertarungan mendatang. Dia perlu memanfaatkan keahlian itu untuk melindungi desa dan membangun kembali hubungan yang telah hancur.
"Pertama, kita perlu meningkatkan kemampuan kita," kata Irian. "Mari kita latih kekuatan penjinak dan belajar tentang makhluk yang bisa kita jinakkan. Setiap monster memiliki potensi yang bisa kita gali."
Dengan semangat yang baru, mereka berempat memutuskan untuk kembali ke hutan Elara, tempat di mana Irian pertama kali menemukan Zareth. Di sana, Irian bisa berlatih dengan lebih baik dan mengenali monster-monster yang mungkin mereka temui. Mereka melakukan perjalanan sambil membahas strategi dan tujuan mereka.
Sesampainya di hutan, Irian mulai memanggil Zareth. Naga itu muncul dalam sekejap, siap untuk membantu. "Bagaimana kita bisa membangun kembali tim ini?" tanya Zareth.
"Kita harus menjinakkan monster-moster baru dan melatih kekuatan kita," jawab Irian. "Kita perlu belajar bagaimana menggunakan kekuatan ini untuk melindungi, bukan menghancurkan."
Selama beberapa hari berikutnya, mereka menghabiskan waktu di hutan, berlatih dan menjinakkan berbagai makhluk. Dari harimau bayangan hingga burung raksasa, setiap monster yang mereka jinakkan membawa pengalaman baru. Irian juga mengajarkan teknik-teknik baru kepada Kira dan yang lainnya, menjadikan mereka semakin kuat.
Di malam hari, saat mereka berkumpul di sekitar api unggun, Irian merasa lebih dekat dengan teman-temannya. Cerita-cerita dari masa lalu kembali menghangatkan suasana, dan tawa mulai mengisi kembali kekosongan yang pernah ada.
Namun, meskipun mereka merasa bersatu, Irian tahu ancaman yang lebih besar mengintai. Dengan kekuatan yang ia bangun, dia perlu bersiap menghadapi apa pun yang datang. Suatu malam, saat bulan purnama bersinar, Irian merasakan energi aneh mengalir melalui dirinya.
"Zareth," katanya, mengalihkan perhatiannya pada naga itu. "Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar monster biasa. Aku merasakan gelombang kekuatan yang kuat di luar sana."
Zareth mengangguk, "Ada kegelapan yang terus mengintai. Jika kita ingin melindungi desa, kita harus bersiap menghadapi ancaman itu."
Irian mengerti bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Dengan kekuatan yang semakin tumbuh, mereka harus mempersiapkan diri untuk tantangan yang lebih besar. Dia bertekad untuk menemukan sumber kekuatan itu dan menghadapi apa pun yang mengancam.
"Besok, kita akan melakukan perjalanan ke tepi hutan," Irian memutuskan. "Di sana, kita bisa menjelajahi lebih jauh dan mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi."
Kira, Mira, dan Garron setuju, semangat menyala di mata mereka. Dengan harapan baru dan tujuan yang jelas, mereka bersiap untuk menghadapi dunia yang penuh tantangan, membangun kembali ikatan yang sempat hilang dan menemukan kekuatan sejati yang akan membantu mereka dalam perjuangan mendatang.
Malam itu, saat mereka beristirahat, Irian berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak hanya menjadi penjinak monster, tetapi juga pelindung yang akan berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi semua orang. Dengan tekad yang bulat, mereka melangkah ke dalam kegelapan, siap untuk menemukan apa yang menunggu di depan.