Chereads / Who's the Villain? / Chapter 3 - Bagian 3

Chapter 3 - Bagian 3

"Apakah aku boleh tau nama mu siapa?" Wanita itu bertanya pada gadis di depannya yang sedang menampilkan raut kebingungan sedari tadi saat setelah dia berada di kereta kuda milik wanita tersebut.

Perempuan itu yang merasa di tanya oleh orang didepannya pun menatap wanita itu dan tersenyum tipis. "Saya Erianthe Arawinda Valerie," ucapnya.

"Salam kenal Nona Valerie, nama mu cantik sekali seperti orangnya," ucapnya tersenyum pada Erianthe. "Perkenal kan aku Marchioness Liliyana, Liliyana Eudora Ivanov," lanjutnya dengan tersenyum tipis.

•••

Selama di perjalanan dengan kereta kuda Erianthe selalu melihat keluar jendela, dia memikirkan segala kemungkinan yang sedang dia alami.

Jika benar ini adalah lokasi syuting tapi kenapa orang-orang disini sangat profesional sekali, bukankah dia ini orang asing yang tidak ada di bagian scriptnya. Tapi kenapa mereka seperti sangat alami saat dia tiba di sana. Apa mereka menganggap dia ini bagian dari artis sama seperti meraka, walaupun tanpa briefing? Waah keren sekali, mereka harus mendapatkan pesangon yang sepadan walaupun hanya figuran. Yaa! dia akan memberitahu sutradaranya nanti.

Tapi muka mereka asing di kalangan artis, apa mereka semua artis baru? Artis seprofesional seperti ini masa dia tidak tahu, dia saja model terkenal pasti kalangan artis kelas atas seharusnya dia tahu, sepertinya mereka memang artis baru. Pasti mereka sebentar lagi akan memenangkan piagam artis baru yang profesional.

Setelah perjalanan yang tidak terlalu lama, hanya 30 menit. Mereka akhirnya sampai di kediaman yang mengaku memperkenalkan dirinya dengan sebutan Marchioness Liliyana tersebut.

Marchioness Liliyana tersebut mengajak Erianthe untuk turun dari kereta kuda tersebut dan mengajaknya masuk ke kediamannya yang sangat mewah.

Tapi ngomong-ngomong bukankah sangat aneh bangunan di depannya ini? Kenapa seperti istana sungguhan. Waah ini benar-benar gila, sampai propertinya saja sangat menjiwai sekali dan oh ya satu lagi, nama wanita itu saja saat memperkenalkan dirinya masi memperkenalkan dengan nama peran yang dia bawakan, bukankah sangat menjiwai sekali? Benar-benar ini bukan profesional lagi namanya!

Mereka berjalan memasuki halaman kediaman Marchioness Liliyana dengan beberapa prajurit? Yang sedang menyambut mereka. Astaga tunggu? Apakah benar ini mereka sedang syuting projek film, tapi kenapa...Ah sudahlah aku sangat pusing.

Marchioness Liliyana mempersilahkan Erianthe duduk ketika mereka sampai di ruang tamu sebelum dia pamit untuk pergi sebentar. Erianthe yang melihat kepergian Marchioness Liliyana langsung mengedarkan pandangannya ke ruangan yang dia tempati. Bahkan dalamnya saja sangat antik.

Tapi jika ini syuting sedari tadi dia tidak melihat sebuah kamera? Apa sekarang lagi trend membuat film dengan kamera tersembunyi?

"Sekarang jam berapa, aku harus cepet pulang dan berbicara sama kakak. Oh iya! Manajerku juga, aku ga sempet ngasih tau. Pasti mereka khawatir, sialan gara-gara pria itu aku jadi begini! Ck, ponselku juga hilang. Arghh aku pengen cepet-cepet memenjarakan mereka!" Ucapnya kesal dengan suara pelan.

Erianthe melihat ke sekeliling lagi mencari keberadaan jam dinding, "bahkan disini tidak ada jam dinding, bagaimana melihat waktu di sini, astaga!"

Semua kejadian yang dia alami sangat tidak masuk akal, cahaya hitam, masuk hutan, bertemu kerumunan dan ternyata disana adalah pasar, pakaian yang aneh, orang yang aneh, naik kereta kuda, dibawa oleh wanita yeng katanya adalah Marchioness, di bawa kekediaman bak istana, ada perajut dan pelayan? Tidak ada jam dinding bahkan kalender pun tidak ada, tidak mungkinkan dia terlempar ke sebuah wilayah yang jauh dari negaranya? Yaa, tidak mungkin...

Tapi ini sangat aneh, dia harus bertanya jam dan tanggal berapa ke wanita tadi! Ah dia sangat lama sekali, pergi kemana saja wanita itu tadi sudah hampir 20 menit dia menunggu.

Baru saja Erianthe memikirkan wanita itu dan sekarang wanita itu sedang berjalan kearahnya dengan membawa nampan yang berisikan sepiring kue kering dan dua cangkir minuman serta satu teko. Wanita itu panjang umur sekali!

"Maaf menunggu lama, aku membuatkan ini khusus untukmu. Aku sendiri yang membuatkannya, silahkan dimakan. Semoga enak ya!" ucapnya dengan ceria.

Erianthe yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan mengucapkan terimakasih dengan canggung, dia pun mengambil satu buah kue kering di depannya dan mulai memakannya.

"Eum ini enak. Sama seperti buatan ibuku." Ucap Erianthe jujur. Dia menatap kearah wanita yang sekarang duduk di sampingnya dan sedang tersenyum. Apakah dia tidak lelah sedari tadi tersenyum terus, aku saja lelah?

"Senang mendengarnya Nona, kalau boleh tahu apa kau tidak mempunyai tempat tinggal sekarang?" Bukan kah tadi Erianthe sudah menjawab jika dia tersesat dan pastinya dia tidak memiliki tempat tinggal sekarang. Apakah wanita ini... Maaf, bodoh?

"Iya saya sedang tersesat dan sekarang tidak memiliki tempat tinggal," ucapnya dengan tersenyum manis.

Wanita tadi yang memperkenalkan dirinya sebagai Marchioness itu pun tersenyum senang saat mendengar jawaban Erianthe. Erianthe yang melihat senyuman itu pun bergidik ngeri, apakah dia akan menjadi tumbal? Apakah wanita ini menginginkan jiwanya, pantas saja sedari tadi dia di perlakukan baik.

Huh dia sangat sial sekali, setelah tertangkap pria bajingan itu sekarang dia dengan sendirinya masuk ke akhir hayatnya sendiri. Bahkan dengan senang hati dia mempersilahkan dirinya menjadi santapan iblis! Dia akan ditumbalkan!

Wanita itu yang melihat Erianthe terdiam langsung menepuk bahu Erianthe pelan, "apa kau baik baik saja?" Tidak bagaimana aku baik-baik saja saat dirinya dikejar-kejar oleh kematian!

Tidak-tidak, tidak mungkin Erianthe akan berbicara seperti itu, dia akan di penggal di tempat sebelum dijadikan tumbal malah. Lihat saja prajurit yang berjaga didepan pintu itu dia menatap Erianthe dengan tajam, badannya kekar dan membawa pedang di samping pinggangnya, ugh pasti sangat tajam. Erianthe yang membayangkan itupun bergidik ngeri, hanya membayangkan saja bulu kuduknya sudah merinding.

"Iya saya baik-baik saja, hanya saja teringat oleh ayah dan ibu saya," dia masi ingin hidup, lagipula dia tidak membual setelah memakan kue kering itu dia jadi teringat oleh ibunya.

Wanita di sampingnya yang mendengar Erianthe mengatakan itu pun langsung menampilkan raut sedih. Kenapa dengan raut wajahnya, bukankah dia berlebihan sekali?

"Apa kau rindu ibumu?" Tentu saja bodoh, aku kan sudah mengatakan teringat oleh mereka berdua yang pastinya aku rindu! "Iya saya rindu mereka," ucap Erianthe dengan tersenyum manis, tidak mungkin bukan dia akan mengatakan apa yang ada di pikirannya. Itu sama saja menyerahkan diri ini untuk bertemu ajalnya dengan cepat.

Huh ternyata syuting seperti ini melelahkan yaa...

Ya Tuhan, aku ingin pulang!