"Apa aku boleh bertanya?" Ucapnya menjeda pertanyaannya dan ketika melihat Erianthe mengangguk mengiyakan dia melanjutkan ucapannya, "apa ibumu masi ada? Ah bukan maksud apa-apa hanya saja rindu yang kau utarakan dari sorot matamu terlihat merindukan seseorang yang sudah tidak ada, bukan seseorang yang masih ada." Ucapnya menjelaskan panjang lebar.
Lumayan pintar juga dia ternyata, keren sekali bukan? Hanya melihat sorot mata saja dia bisa menebaknya dengan benar. "Iya kedua orang tua saya sudah meninggal karena kecelakaan dan sekarang saya tinggal sendiri," ucap Erianthe.
Wanita di sampingnya yang mendengar jawaban Erianthe itu langsung menampilkan raut sedih. Lagi-lagi, kenapa dengan raut itu bukankah dia sangat berlebihan! Kan yang mengalami itu Erianthe bukan dia kenapa dia seolah-oleh adalah orang terdekat Erianthe padahal mereka saja asing.
"Apa kau tidak memiliki kerabat atau orang terdekat?" Ucapnya dengan menatap Erianthe tanpa menghilangkan raut sedihnya. Erianthe yang melihat itu bergidik ngeri, apa sekarang wanita itu iba padanya dan tidak jadi menumbalkannya? Benar aku harus berakting seolah orang paling menyedihkan. Tapi tunggu, bukankah ini sedang syuting? Kenapa aku bisa terpikir ditumbalkan? Ah sudahlah kita lanjutkan aktingnya saja.
"Saya anak tunggal, tapi saya mempunyai kakak tiri karena ayah kandung saya membawa istri keduanya kerumah dan ternyata dia memiliki anak haram lebih tua dari saya." Ucap Erianthe dengan raut wajah sedih, "tapi sayangnya saya tidak akrab dengan ibu tiri saya, apalagi ibu tiri saya itu selalu menyiksa saya ketika ayah dan ibu kandung saya pergi keluar, apalagi setelah kakak tiri saya menikah dan tinggal bersama suaminya saya menjadi sendiri, biasanya saya akan diajak pergi oleh kakak tiri saya agar tidak di marahi ibu tiri saya. Saya hanya akrab dengan kakak tiri saya saja dia sangat baik pada saya. Apalagi setelah kejadian ayah dan ibu kandung saya meninggal akibat kecelakaan yang mereka alami, saya benar-benar sendiri setiap hari saya di siksa oleh ibu tiri saya sebelum akhirnya ibu tiri saya pergi mencari pria hidung belang yang lain dan sekarang mereka sudah bahagia meninggalkan saya dan anak kandungnya sendiri. Sekarang saya hanya sendiri di rumah itu tapi terkadang juga saya akan berkunjung kerumah kakak tiri saya." Ucap Erianthe panjang lebar. Yaa memang dia tidak membual tentang itu karena hidupnya memang sangat tragis sebelum menjadi model terkenal.
Tapi untuk bagian ibu tirinya sekarang berbahagia dengan pria hidung belang itu adalah bualan, yang sebenarnya adalah setelah ibu tirinya mencari pria hidung belang dia tertabrak truk besar dan akhirnya ibu tiri Erianthe dan pria hidung belang itu pun meninggal di tempat. Bukankan itu karma mereka, setelah mereka nunu nana di klub dan pulangnya mereka kecelakaan. Astaga semoga dosanya mereka tidak terlalu besar, bukankah aku anak baik kerana mendoakan mereka?
Wanita di samping Erianthe itu pun langsung mengelus punggung Erianthe dengan lembut dan dia langsung memeluk Erianthe ketika gadis itu meneteskan air matanya. Bukankah aku pandai berakting? Tapi sungguh ketika wanita itu mengelus punggungku itu sangat mirip seperti saat ibu menenangkanku dulu dan itu membuat air mataku turun tanpa izin.
"Tidak apa-apa sekarang kau tidak sendiri, sekarang ada aku di sisimu. Sebenarnya kau mirip dengan anakku jadi itulah mengapa aku membawamu kesini." ucapnya menjelaskan alasan kenapa dia membawa Erianthe ke kediamannya.
Aah jadi itu alasannya, jadi aku bukan dijadikan tumbal kan? Erianthe hanya membalas dengan senyuman tipis sebelum melanjutkan ucapannya, "Maaf jika lancang, apa anak Marchioness Liliyana sudah..." Ucap Erianthe sengaja menggantungkan kalimatnya.
Marchioness Liliyana yang paham dengan yang Erianthe katakan pun mengangguk membenarkan, dia melepas pelukannya dan menatap Erianthe dengan serius. Dia kemudian tersenyum menatap Erianthe, "niatku saat pertama kali bertemu dengan mu aku ingin mengangkatmu sebagai anakku, apa kau mau?"
Tunggu sebentar, apa aku tidak salah dengar? Mengangkat aku menjadi anaknya? Sebenarnya ini drama kolosal seperti apa, aneh sekali aku bahkan tidak ada di scriptnya mereka. Oh iya tadi katanya aku mirip anaknya bukan. Apa aku mirip dengan tokoh yang seharusnya menjadi tokoh yang aku perankan? Ah iya tadi kan aku ingin menanyakan jam.
"Eum apa saya boleh tau sekarang jam berapa dan tahun berapa?" Tanya Erianthe dengan hati-hati.
Marchioness Liliyana yang mendengar itu merubah rautnya menjadi bingung, "Kau lupa sekarang tahun berapa? sekarang sudah memasuki abad ke-6 dan sekarang waktu sudah menunjukan pukul 5 sore hari." Ucapnya menjelaskan.
Haha, tunggu apa aku salah dengar? Abad ke-6? Haha ini gila apa mereka masih saja berakting? Tapi melihat raut wajahnya sepertinya tidak, jadi ini sungguhan? Bagaimana bisa, arghh!!
Marchioness Liliyana yang melihat keterdiaman Erianthe melanjutkan ucapannya, "apa kau hilang ingatan?" Ucapnya dengan hati-hati.
"Yah sepertinya atau mungkin aku gila, haha." Ucap Erianthe dengan lemas dan di akhiri tawa garingnya, meratapi nasibnya yang malang. Bukankah sangat malang? Dia bahkan teringat nasibnya di dunia asalnya, astaga karier modelnya baru saja melejit dan brand butik yang baru saja dibuatnya akan terkenal. Apalagi pria tampan yang baru saja menjadi kekasihnya sekarang harus ia tinggalkan juga? Kasihan sekali bukan pria itu akan gila karena dia sudah tidak bersamanya lagi? Semoga dia tidak akan menemukan perempuan seperti aku ini yang sangat sempurna, Amin!
"Kalau begitu apa kau ingin menjadi anak angkatku saja, Karena sekarang aku tidak bisa memiliki anak lagi. Jadi aku ingin mengangkatmu menjadi anakku, aku juga akan bilang pada suamiku. Pasti dia akan dengan senang hati menerimamu!" Ucap Marchioness Liliyana dengan senang. Erianthe hanya mengangguk pasrah, entah kenapa dia mengangguk dia juga tidak tahu. Sepertinya ini pilihan tepat dari pada dia menjadi gelandangan di tempat antah berantah ini. Tapi kanapa mulus sekali, aku bisa langsung diangkat menjadi anaknya. Ya sudahlah nanti saja aku pikirkan ini. Sekarang pikirkan kehidupan baru ini...
Ya benar, kehidupan baru! Dia akan menjalankan dengan senang hati dan juga mencari cara agar dapat kembali. Jadi rencana awal hanya tinggal membuat diri ini kaya dan pintar! Tapi aku sudah cukup pintar, jadi rencanya hanya menjadi kaya dan mencari cara untuk pergi dari sini. Hahaha!
Untung saja dia bertemu Marchioness dan bukan seorang buronan apalagi Madam penyewa pelacur. Jika dia bertemu mereka mungkin rencanya membuat dirinya kaya akan sirna. Sepertinya Marchioness ini juga cukup kaya. Haha...