Erianthe menatap Marquess dan Marchioness bergantian, dia harus menunjukan wajah santai dan tidak boleh mencurigakan. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut dia tersenyum manis dan mulai menjelaskan bahwa dia bukan buronan!
"Ah tidak saya sungguh berasal dari sana, tapi saya tiba-tiba saja tersesat. Entah mengapa saya bisa sampai ke sini, saya tidak terlalu ingat. Saya hanya ingat nama dan tempat tinggal saya entah itu benar atau tidak tempat tinggal saya karena saya sedikit lupa," Erianthe mengambil nafas sebentar sebelum melanjutkan ceritanya lagi.
"Saya juga teringat terakhir kali saya menutup mata sebelum akhirnya berada di sini. Sebelum saya sampai di sini, saya terjatuh di tebing karena mengejar hewan buruan yang akan saya tangkap, tapi sialnya saya malah tergelincir dan terjatuh. Untung saja tebing itu tidak terlalu tinggi jadi saya hanya tergelincir dan akhirnya saya tidak sadarkan diri. Tapi saya tidak ingat mengapa bisa sampai di tengah hutan." Lanjutnya.
Marquess yang mendengar itu pun mencari luka yang ada di sekitar kepala dan beberappa tubuh Erianthe. Memang benar ada beberapa luka benturan di kepalanya dan juga di tangan nya ada goresan seperti terkena ranting. Jadi benar dia bukan mata-mata?
Erianthe yang melihat Marquess menelisik di bagian tubuhnya menghela nafas tenang, untung saja ada bekas benturan di kepalanya ulah pria bajingan itu. Jadi aku harus berterima kasih kah ke pria itu karena sudah membantu dia berakting? Yaa mungkin...
"Tapi kau bilang hilang ingatan, kenapa kau bisa mengingat kejadian kau saat masi bersama keluargamu?" Sial aku lupa akan hal itu, seharusnya aku tidak menceritakan kisah itu padanya. Pasti dia sudah membicarakannya dengan suaminya. Marquess dan Marchioness menatap Erianthe dengan raut wajah yang berbeda, Marquess menatapnya seperti tatapan awal saat bertemu dengannya dan Marchioness menatapnya dengan raut sedih? Bukankah dia terlalu baik kepada orang asing, huh...
Oke Erianthe, kau harus tenang!
"Aah kenapa saya bisa ingat kejadian itu? karena itu terlalu membekas di ingatan saya mungkin itulah mengapa saya tidak bisa melupakannya. Itu adalah masa-masa yang suram dan juga hanya nama daerah saya dan beberapa ingatan yang mungkin saya lupakan. Tapi tidak semua." Ucap Erianthe dengan raut sedih dan tidak lupa senyuman yang seolah sedang tersenyum paksa menutupi kesedihannya. Bukankah dia pandai berakting, seharusnya dia jadi artis saja dibanding menjadi seorang model.
Marchioness yang melihat itu langsung menggenggam sebelah tangannya dan mengelus pelan punggung tangan Erianthe, sedangkan Marquess? Dia menatap Erianthe dengan tatapan yang sedikit mencair tidak mengintimidasi lagi. Huh sepertinya kali ini sudah aman! Erianthe harus berhati-hati...
Marquess berdehem mencairkan suasana yang sedikit sedih itu, aah tidak tidak, ini bukan apa yang Erianthe rasakan itu hanya mereka saja yang terlalu berlebihan.
"Istriku benar, ternyata kau mirip sekali dengan anak kita dulu. Hanya saja yang membedakannya warna mata. Dia memiliki warna bola mata coklat sedangkan kau berwarna ungu." Ucapnya tersenyum tipis sangat tipis, Erianthe saja bahkan tidak sadar akan hal itu.
Memang benar warna matanya berwarna ungu, kata ibunya dulu si dia mendapatkan warna mata itu karena nenek moyangnya ada yang memiliki warna bola mata yang langka ini. Untung saja itu benar karena ada neneknya yang memiliki bola mata berwarna ungu, dia melihat di album keluarganya. Hampir saja dia berprasangka bahwa dia anak haram dari pria lain! Tidak tidak ibuku tidak sebejad ayahku itu!
"Istriku ingin meminta untuk kau menjadi anak angkat kita, untuk hal itu aku tidak masalah setelah melihatmu. Sepertinya kau juga tidak memiliki niat jahat, bukan?" Erianthe yang mendengar itu dengan cepat mengangguk mengiyakan bahwa dia bukan berniat jahat. Yaa walaupun dia berniat memanfaatkan gelar Marquess dan Marchioness ini, tapi itu tidak dipakai hal yang buruk kan? Dia hanya ingin menjadi kaya dengan jalur orang dalam, bukankah akan sangat mudah dan cepat. Itu juga bukan suatu niat yang jahat, dia adalah wanita berhati malaikat mana mungkin dia dapat berniat jahat, hohoho!
"Kalau begitu cepat kamu buat surat-surat kepengurusannya suamiku dan untuk mu Erianthe panggil kami Ayah dan ibunda saja jangan terlalu formal!" Ucap Marchioness menatap Marquess dan Erianthe bergantian. Marquess yang mendengar itu mengangguk menyetujui ucapan istrinya.
'Apa aku sedari tadi berbicara dengan formal? Aku rasa ucapanku sedari tadi tidak terlalu formal,' pikir Erianthe.
"Kalau begitu aku akan mengurus secepatnya. Sebelum itu umur mu berapa?" Tanya Marquess pada Erianthe.
"Saya 19 tahun Yang Mu..." Ucapan Erianthe terpotong ketika Marchioness berkata untuk menyuruhnya tidak berbicara formal. "Usiaku 19 tahun," ucap Erianthe melanjutkan.
"Kalau begitu aku akan mengadakan pesta debut mu dan memberitahukan ke semua orang bahwa kamu sekarang menjadi bagian dari kita, namamu sekarang bukan lagi Erianthe Arawinda Valerie tapi Erianthe Arawinda Ivanov."
Erianthe yang mendengar itu terkejut, apa semudah itu mengangkat seorang anak di zaman yang belum modern ini? Waah mereka benar-benar sangat kaya!