Hembusan angin menerpa kulit seorang gadis di sana, suasana malam yang menenangkan bagi gadis itu. Dia menghirup udara malam dengan memejamkan mata. Anak rambut yang tidak terkena kucirannya bergerak mengikuti arah hembusan angin.
Suara hewan dan serangga malam memenuhi indra pendengarannya. Dia memejamkan mata menikmati suasana alam yang sangat sulit dia dapatkan di hidupnya dulu. Dia membuka matanya melihat ke sekeliling, tidak banyak pencahayaan di tempatnya sekarang.
Apalagi dia melihatnya di atas balkon kamar. Lihat itu, di depan sana gelap sekali. Bukankah akan ada banyak hantu di sana. Astaga ini menyeramkan, mungkin nanti dia akan bicara pada ayahnya agar menaruh lampu di depan sana.
Erianthe menatap lurus kedepannya. Dia memikirkan banyak hal yang terjadi padanya seminggu ini. Kenapa Marchioness dengan mudahnya ingin dia menjadi anaknya? Bukankah aneh, apalagi dia hanya orang asing. Bahkan dengan mudah dia bisa menjadi anak mereka.
Bukankah ini sangat sangat mulus bagi dia yang bukan dari zaman ini. Apalagi saat masuk ke zaman ini Erianthe hanya terlempar lalu mendarat dan tibalah di zaman aneh ini. Biasanya kan kalau di novel novel yang pernah dia baca pasti namanya trasmigrasi atau ga reinkarnasi.
Tapi keduanya kan kalau si manusia tersebut sudah mati?! Tapi Erianthe tidak mati. Bahkan di novel yang mengalami kejadian itu masuk ke dalam tubuh orang lain, tapi dia tidak. Erianthe tetap di tubuhnya sendiri dan lukanya juga sama persis saat dia di tangkap di goa dulu.
Apa benar dia sudah mati di duaninya dulu? Lalu bagaimana tubuhnya tetap utuh? Apakah sekarang ini dia berada di dunia lain 'mistis'. Heii tidak mungkin... Benar, ini tidak mungkin! Akan dia pikirkan nanti untuk kedepannya. Baiklah misinya kali ini mencarai tahu bagaimana dia bisa berpindah ke sini dan kenapa ini bisa terjadi!
Erianthe yang sedang melamun memikirkan kemungkinanan yang terjadi pun tidak sadar dengan suara yang memanggil namanya. Dia pun tersentak kaget saat sudah menyadari ada yang memanggil namanya.
"Err~"
"Eria~"
Kalian dengar itu? bukankah ada yang memanggilnya. Erianthe melihat ke sekeliling yang minim pencahayaan tersebut, mencari asal dari bunyi itu. "Apa ada yang memanggilku?" Gumamnya.
"Err!~"
"Apa kau mendengarku!~"
Erianthe yang mendengar suara itu lagi menengok kanan dan kiri dengan gelisah, "apa itu hantu?" Ucapnya cemas. Tidak dia tidak ingin mati muda!
"Err~"
Erianthe berjengkit kaget ketika mendengar suara itu lagi. Dia dengan waspada melihat kanan dan kiri sebelum berucap. "T-tuan hantu... Apa kau marah padaku, m-maafkan aku bila aku banyak salah tolong jangan makan aku, a-aku tidak ingin mati mudaa!" Ucap Erianthe dengan gemetar. Dia bahkan sudah membuat suara seolah sedang menangis. Yaa itu hanya akting saja agar tuan hantu bersimpati padanya, bisa saja bukan?
"Apa yang kau bicarakan, aku di bawah sini bodoh!" Ucap suara itu lagi dengan sedikit keras.
Erianthe yang mendengar itu pun sontak menatap ke bawah nya. Dia bisa melihat seorang pria berjubah hitam sedang mendongak ke balkonnya. Erianthe mengernyit ketika orang itu membuka tudung jubahnya dan menampilkan seorang pria tampan tapi menyebalkan yang sudah seminggu ini membuat dirinya naik darah. Yaa! Siapa lagi jika bukan Zoi.
Erianthe memperhatikan gerak gerik Zoi dari atas, dia bisa melihat dengan jelas Zoi yang sedang menaik ke atas dahan pohon dan....
*Brukk
Yaa tepat sekali! Dia melompat dan sekarang tepat berada di hadapan Erianthe dengan menampilkan senyum jahilnya. Erianthe yang melihat itu memutar bola matanya malas, apakah tidak bisa sehari saja dia tidak mengganggu ketenangan Erianthe! Astaga dia benar-benar akan mati muda karena darah tinggi.
Erianthe menatap malas ke arah Zoi yang sekarang sedang tertawa seperti orang bodoh. Kalian Lihat bukan, tangan kanan seorang Marquess bertingkah konyol di hadapannya sekarang. Katanya dia adalah tangan kanan dan ksatria yang di segani karena mampu mengalahkan musuh dengan mumpuni. Tapi ini? Yang ada di hadapannya tidak mencerminkan kalau dia benar-benar mumpuni. Apakah itu hanya rumor bodong?
"Seoarang Err takut dengan hantu? Sungguh?! Hahaha konyol sekali, apa tadi kau bilang 'dimakan hantu'? Bhahaha kau konyol sekali Err." Ucap Zio masih dengan sisa tawanya, tangan kirinya memegang perutnya yang sakit dan sebelah tanganya menghapus air mata di sudut matanya.
"Lagian salahmu sendiri, kenapa harus berbisik kau bisa saja berbicara sedikit keras! Apalagi kau memanggil orang yang berada di atas balkon!"
"Haha astagaa, kau yang biasanya sok hebat itu ternyata takut hantu yaa..." Ucap Zoi yang masih meredakan sisa tawanya.
Erianthe yang melihat itu malas menatap wajah Zoi, dia berjalan menuju kursi yang ada di depan balkonnya itu. "Kau mengganggu ketenanganku Zoi!" Ucap Erianthe dengan menatap Zoi malas.
Zoi yang melihat itu, mendekat ke arah Erianthe dan mendudukan dirinya di kursi yang berada di sebelah Erianthe. "Baiklah maafkan aku. Sebagai permintaan maafku, aku ingin mengajak mu untuk pergi ke pameran lentara malam ini. Apa kau mau?" Ucap Zoi, dia menatap Erianthe yang ternyata sedang menatap kearahnya juga. Zoi tersenyum ketika tidak mendapat jawaban dari Erianthe.
Erianthe membuang muka menatap kearah lain, dia melihat kearah langit yang menampilkan ribuan bintang diatas sana. Malam ini sangat cerah. Dia kemudian menatap kearah Zoi yang sedang melihat kearah yang dia lihat tadi.
"Aku mau jika ayah dan ibu sudah memberikan izin," ucap Erianthe setelah terdiam cukup lama.
Zoi yang mendengar itu tersenyum tipis, dia kemudian mengangguk, "aku sudah meminta izin pada Tuan Marquess dan dia memperbolehkannya," Erianthe menatap Zoi menelisik, pria ini tidak mengerjainya bukan?
"Aku sungguh sudah meminta izin, bahkan kereta kudanya sudah siap. Makanya aku datang ke sini ingin menjemput mu!" Ucap Zoi menjelaskan ketika paham maksud tatapan Erianthe.
"Lalu kenapa kau malah lewat balkon, kau bisa saja lewat pintu kamarku, dasar aneh!" Erianthe mendengus ketika mengingat Zoi adalah dalang dari suara yang dia kira hantu dan yang ingin menangkapnya.
"Bukankah cara yang ekstrim lebih mempesona," ucapnya dengan mengedipkan sebelah matanya kepada Erianthe. Erianthe yang melihat itu bergidik ngeri, sepertinya dia memang bertemu hantu!
•••
Setelah perdebatan yang terjadi diantara Zoi dan Erianthe sekarang keduanya sudah berada di halaman kediaman Marquess. Ternyata Zoi tidak membual dia memang sudah izin pada ayahnya dan sudah menyiapkan kereta kuda untuknya. Bukankah sekarang dia terlihat seperti pria baik?
"Ayo berangkat!" Ajaknya menyeret tanganku untuk segera menaiki kereta kuda.
"Kau akan naik apa?" Ucap Erianthe ketika tidak melihat kuda yang biasa Zoi tunggangi. Zoi yang mendengar itu menatap Erianthe dengan tatapan konyolnya. "Tentu saja ikut masuk kedalam denganmu! Aku di suruh ayahmu untuk selalu mengawasimu jadi jika ingin mudah mengawasi bukankah harus dari jarak dekat? Jadi jarak paling dekat dan tepat adalah ikut bersamamu masuk kedalam kereta kuda bukan?" Ucapnya panjang lebar dengan menaik turunkan alisnya.
Erianthe yang sudah lelah dengan Zoi pun segera masuk kedalam kereta kuda, "Terserah mau mu saja lah Zoi, aku sudah lelah!" Zoi yang melihat Erianthe sudah masuk segera mengikuti gadis itu masuk dan duduk di hadapannya. Dia tersenyum ke arah Erianthe yang menampilkan raut wajah kesal.
"Berangkat!" Teriak Zoi tegas ke kusir yang mengendarai kereta kuda tersebut. Dia kemudian menatap ke arah Erianthe yang sedang melihat keluar jendela. Dia harus waspada dengan sesuatu yang membahayakan Erianthe jika gadis itu sedikit saja tergores, di pastikan kepala dia akan terpisah dari badannya.
Zoi yang teringat dengan ancaman Tuannya tersebut langsung bergidik ngeri, dia dengan refleks memegang lehernya yang tidak kenapa-napa. Erianthe yang tidak sengaja melihat tingkah Zoi pun menggelengkan kepalanya. "Pria aneh," gumamnya pelan dan kembali menatap keluar jendela.
Zoi yang mendengar seperti suara Erianthe pun menatap gadis itu dan menaikan sebelah alisnya, "apa kau bilang sesuatu?" Erianthe melirik sekilas ke Zoi, sebelum kembali menatap keluar jendela lagi dia berucap, "tidak, aku tidak bilang apa-apa."
Zoi menganggukan kepalanya paham dia masi menatap Erianthe, sepertinya gadis itu masi ingin berbicara lagi. "Pendengaranmu ternyata cukup tajam!" Gumam Erianthe yang sekarang dapat didengar Zoi.
Zoi yang mendengar itu tersenyum bangga, "tentu saja, kan aku adalah orang yang hebat! Haha..." Erianthe yang mendengar itu mendengus malas, seharusnya dia tidak mengucapkan itu. Lihat, hanya di puji seperti itu saja sudah besar kepala bagaimana jika lebih. Ck ck ck...