Chereads / Greend-Eye Monster / Chapter 22 - Chapter 22: accidentally

Chapter 22 - Chapter 22: accidentally

"Um... Tuan, apa kamu baik-baik saja?" tanya Elmera, suaranya pelan namun bergetar sedikit. Pria di depannya, dengan tatapan kosong dan napas berat, hanya menghela napas panjang.

"Haaa... Kenapa dunia ini tidak adil..." ucapnya, suaranya serak, seolah berjuang untuk tidak pecah. "Aku bekerja keras siang dan malam hanya untuk istriku, dan ternyata... Ketika aku pulang tadi, istriku selingkuh dengan teman kantorku... Sungguh sial, apalagi mereka sudah menjalin hubungan yang sudah lama, bahkan sebelum aku menikah dengan istriku... Sial... Aku harap mereka bahagia saja..."

Udara di dalam ruangan itu terasa menebal. Elmera hanya bisa terdiam, merasakan hawa dingin menjalari punggungnya. Pria itu tampak tenggelam dalam pikirannya yang gelap, seolah mengutuk setiap detik dari kehidupan yang sedang dijalaninya. Elmera menggigit bibirnya, lalu dengan hati-hati mencoba bicara. "Um... Kenapa kamu tidak mengetahui dari awal?"

Tatapan pria itu berubah menjadi lebih suram, matanya tampak berkilat seperti bara api yang hampir padam. "Aku tidak tahu bahwa mereka punya hubungan... bahkan hubungan yang gelap. Selama ini aku hanya... bodoh... Sudahlah... Aku tak mau membahasnya lagi." Dia terdiam sejenak, kemudian dengan suara lebih berat, dia berkata, "Berikan aku 3 botol alkohol, aku ingin mabuk... hilang dalam kegelapan ini."

Elmera tersentak mendengar permintaan itu. Dia tahu ini salah, tetapi tatapan pria itu... tatapan penuh kesakitan, membuatnya ragu. "Um, tapi kau tak boleh begitu, kau harus tetap semangat... (Eh, bentar, sejak kapan aku harus peduli pada orang asing...) ehem... Baiklah..." Suaranya bergetar, dan dengan perasaan tak nyaman, ia berjalan ke lemari es. Bunyi pintu lemari es yang berderit menambah kesan sepi dalam ruangan itu. Tiga botol alkohol dingin berpindah ke tangan pria itu, yang menatap botol-botol itu seolah itu adalah kunci menuju pelarian dari rasa sakit yang mengekangnya.

"Terima kasih," ucapnya pelan. "Setelah ini... aku mau keluar dari pekerjaanku saja." Tanpa menunggu jawaban, dia berjalan pergi, membawa botol-botol itu, dengan langkah yang berat dan beban yang tak kasat mata. Suara derap kakinya yang berlalu seolah meninggalkan bayangan kegelapan yang membekas di ruangan itu.

Elmera memandang ke pintu yang baru saja tertutup. Hening. Terlalu hening. Hawa di ruangan itu terasa semakin dingin, seolah sesuatu yang tak terlihat sedang mengintai. Tiba-tiba, listrik padam. "Akhh!! Shit!!" Seruan Elmera pecah di udara, memecahkan keheningan yang menakutkan. Ia terkejut setengah mati, matanya menatap liar ke sekeliling, mencari sumber masalah. Wajahnya langsung memucat dalam kegelapan, rasa takut mulai merayap. "Sial... Siapa sih yang iseng... Apa memang begini? Tapi sebelumnya Gavin tidak pernah mengatakan listrik akan selalu mati..." gumamnya, mencoba berpikir jernih meski rasa takut mulai menggerogotinya.

Dengan langkah yang terasa berat, Elmera berjalan ke arah gudang untuk menyalakan listrik kembali. Suara langkah kakinya bergema di lantai, setiap derit terasa lebih keras dalam keheningan itu. Ketika akhirnya listrik menyala, kilatan cahaya dari bohlam yang hidup kembali hanya menambah nuansa suram di tempat itu. Namun, saat dia keluar dari gudang, pemandangan yang lebih menyeramkan menunggunya.

Tepat ketika dia akan melewati panggangan, dari langit-langit yang gelap, sesosok makhluk hitam, berbentuk manusia, jatuh tepat ke atas panggangan. "Akh!!!" Elmera menjerit, tubuhnya mundur dengan gemetar, matanya membelalak lebar. Bayangan itu... tidak memiliki detail jelas, hanya sekadar bentuk hitam yang melayang, menari di atas panggangan daging sebelum menghilang seperti asap yang tersapu angin. Jantung Elmera berdegup kencang, tangannya memegang dadanya, tubuhnya terasa lumpuh sejenak. "(Apa... apa ini tanda?)" pikirnya, mulutnya terasa kering.

Belum selesai rasa takutnya, bayangan hitam lain muncul, kali ini berbentuk seperti seseorang yang sedang mengemudi. Sosok itu, dengan mimik menyeramkan, seolah mengarahkan mobilnya tepat ke dinding. Suara benturan imajiner menggema di telinganya, dan sekali lagi, listrik mati.

"Akh!!" Elmera tersentak mundur lagi, tubuhnya hampir jatuh. Suara jantungnya yang berdebar keras seperti satu-satunya suara yang tersisa dalam ruangan gelap itu. "(Apa yang sebenarnya terjadi? Itu benar-benar aneh... Sepertinya aku harus menyalakan listrik lagi...)" pikirnya panik. Dengan tangan gemetar, ia kembali ke gudang, menyalakan listrik sekali lagi, berharap semua akan berakhir.

Namun, begitu listrik menyala, bel di jendela penerimaan berbunyi. Elmera terperanjat, matanya menyipit. Siapa yang datang? Apa ini hanya kebetulan? Dia berusaha mengatur napasnya yang masih tersengal, mencoba bertingkah seolah tak ada yang terjadi. "Hai, mau pesan apa?" tanyanya dengan suara yang dipaksakan normal.

Seorang wanita berdiri di sana, wajahnya tampak tenang. "Aku ingin pesan satu burger..." katanya, seolah-olah tidak ada yang salah.

"Ah, baik, akan aku siapkan..." Elmera mulai bekerja, tapi pikirannya melayang. Perasaannya semakin tidak nyaman, dan setiap detik yang berlalu terasa seperti hukuman. Burger selesai, dan ia menyerahkan kepada wanita itu.

"Baiklah, terima kasih," kata wanita itu sambil tersenyum tipis. "Hei, apa kamu tahu berita yang baru saja? Katanya ada seorang pria yang meninggal di dalam mobil karena kecelakaan tunggal. Diduga dia mabuk, dan ditemukan 3 botol alkohol di mobilnya... Aku harap berita segera meliput hal ini... Jadi, sampai jumpa..."

Namun, kata-kata itu menghantam Elmera seperti palu. Wajahnya memucat. Pikirannya berputar-putar dengan cepat, hatinya terasa seperti diremas. Pria itu. Pria yang tadi membeli alkohol. Dia... dia telah meninggal?! Tiga botol alkohol...

"Tidaaaakkk!!!" teriak Elmera histeris, tangannya menekan kepalanya yang terasa berdenyut sakit. "Secara tidak langsung, aku membunuhnya!!"

Ketakutan mulai melingkupi dirinya, membekukan setiap inci tubuhnya. Elmera mulai menyadari, dengan sangat jelas, bahwa bayangan hitam yang dia lihat tadi bukan sekadar khayalan. Itu adalah peringatan. Peringatan tentang pria itu. Dan sekarang, kesalahan itu melekat padanya. Alkohol yang dia berikan telah menjadi senjata yang membunuh pria itu. Tanda-tanda yang diberikan oleh bayangan hitam... adalah peringatan keras akan dosa yang tak terlihat namun mematikan.

Suaranya bergetar, dan pikirannya mulai diselimuti kabut ketakutan. Elmera sadar, dia tidak hanya berhadapan dengan kematian, tetapi juga dengan bayangan kelam dari kesalahan yang tak terampuni.

"(Tidak, tidak, aku hanya harus bersikap ini semua tak terjadi, bukankah kemauan orang itu sendiri jika dia harus mabuk, aku hanya melayani... Tak mungkin aku salah...)" ia mencoba membela dirinya hingga tak lama kemudian, dia kembali tenang. Lalu terpikirkan sesuatu. "(Apa aku makan burger saja ya....)" pikirnya hingga ia mulai membuat burger yang spesial untuk dirinya dan tak lupa memberikan uang bayaran pada kasir.

"Baiklah, terlihat enak, ini pasti bisa membuatku menghilangkan kesalahanku tadi..." Ia membuka mulutnya untuk melahap itu, tapi mendadak pintu belakang terbuka, membuatnya tak jadi menggigit.

Ia melihat dengan hati-hati, dan rupanya itu adalah Gavin.

"Gavin?" Elmera menatap, tapi anehnya Gavin memasang wajah yang sangat suram, bahkan dia tampak sedih sambil melepas mantel hangatnya.

"Gavin? Kenapa?" Elmera menjadi khawatir hingga tiba-tiba saja Gavin memeluk Elmera, membuat Elmera terkejut.

Bahkan suara Gavin terdengar menangis. "Gavin? Kenapa? Jelaskan padaku?" Elmera bersikeras ingin tahu hingga Gavin mengatakan dengan terisak.

"Hiks... Ibuku... Ibuku, dia telah tiada...!!" teriaknya hingga Elmera terkejut.

"Oh, Gavin... Aku turut berduka..." Elmera juga memasang wajah sedih. Dengan Gavin yang masih memeluknya, Elmera membelai kepala Gavin perlahan untuk menenangkannya.

"Pihak rumah sakit ternyata sudah tahu ibu akan meninggal malam ini, jadi mereka memintaku untuk datang melihat ibuku menghembuskan napas terakhirnya... Bagaimana ini... Aku benar-benar tak tahu lagi harus apa, Elmera... Aku kehilangan ibuku... Bahkan aku tak memiliki siapa pun..."

"Oh, Gavin, tenanglah... Tenang dulu ya..." Elmera mendorong pelan Gavin untuk duduk dan memberikan burgernya. "Ini, aku membuat ini untukmu. (Yeah, meskipun itu tadi mau aku makan...)"

Gavin menerimanya dengan sedih dan mengunyahnya.

Elmera yang berlutut di depannya harus berpikir untuk membuat Gavin merasa lebih baik.

"Gavin, bukankah kamu sudah bilang bahwa ini semua adalah jalannya takdir? Kamu harusnya membuktikan perkataanmu itu... Bersikaplah menerima, ya. Aku tahu Gavin kuat..." tatap Elmera.

Gavin tampak merasa lebih baik meskipun wajahnya masih menunjukkan bahwa dia sedih, lalu dia menghela napas panjang. "Elmera... Terima kasih... Aku benar-benar tak tahu lagi harus apa... Jika tak ada kamu... Aku tak tahu..."

"Sudahlah... Oh, ngomong-ngomong, apakah pekerjaan ini sudah selesai?"

"Belum, aku akan meneruskan pekerjaan ini. Pulanglah ke rumahku..." Gavin memberikan kunci rumah.

"Ah, tidak, tidak perlu, sebenarnya asistenku sudah mencarikan aku rumah kecil di dekat rumahmu. Malam ini aku mau melihat-lihat dulu... Tapi, apakah ini baik-baik saja jika kamu meneruskan pekerjaanmu?"

"Ya, aku juga sekalian ingin bilang sesuatu pada manajer sekaligus pemilik tempat ini... Apa kamu juga baik-baik saja kembali sendirian? Jika naik bus, sepertinya sempat... Hanya perlu kembali ke halte bus di ladang jagung tadi..." kata Gavin.

"Ya, aku mengerti..." Elmera mengangguk lalu menepuk pelan bahu Gavin. "Aku akan pergi..." Dia berjalan keluar dari tempat itu sambil berpikir penasaran. "(Kira-kira apa yang dibicarakan Gavin ya?)"

Hingga ia berjalan ke halte bus di ladang jagung itu. Di sana sangatlah sepi, membuat Elmera harus waspada sambil menunggu duduk di halte bus yang sederhana itu.

"(Hanya perlu menunggu... Apa salahnya...)" pikirnya. Tapi tak lama kemudian ada suara dari arah lain, rupanya seorang pria yang kelihatan misterius berjalan ke Elmera, dia berdiri di samping halte bus, membuat Elmera tak nyaman.

Tapi ada suara dari pria itu. "Apakah baik jika seorang gadis berada di luar malam hari begini? Bagaimana jika ikut aku pesta di dekat sini, kau bisa menemukan banyak orang yang sesuai denganmu. Pastinya kau juga akan mendapatkan bayaran tinggi... Kualitasmu tak bisa disia-siakan..." kata pria itu.

"(Sudah kuduga... Dia hanyalah pria buruk...)" Elmera sudah sering melihat pria yang seperti itu hingga mendadak dia berdiri dan langsung menendang wajah pria itu hingga pria itu terpental ke semak-semak jagung.

"Akh, sial..." Teriak pria itu.

Tepat di saat itu juga bus datang. Elmera menepuk tangan, membersihkan debu. "Hmp... Begini saja dibilang bahaya untukku, aku bisa mengatasinya jelas..." Dia tampak berani hingga masuk ke dalam bus.