Esoknya, Elmera terbangun dari ranjangnya yang kecil. Dia menguap lebar dan meregangkan tubuhnya. "Hm... Akhirnya pagi yang luar biasa..." Dia menatap dari jendela, melihat cahaya pagi yang sangat cerah.
Lalu, dia berjalan keluar dari kamar dan turun melewati tangga. Ketika dia melewati tangga, dia bisa mencium aroma sarapan yang sangat lezat dari dapur.
Awalnya dia bingung. Ketika perlahan mengintip, rupanya Axe memasak di dapur.
"Axe?" Elmera menatap sambil berjalan mendekat.
"Ah, Nona Elmera, bagaimana malammu? Kau tidur dengan baik?"
"Ah, yah... Begitulah. Bagaimana denganmu?" Elmera juga melirik ke sofa, di mana selimut dan bantal yang dipakai Axe sudah tertata rapi di sana, menandakan Axe sudah bangun lebih pagi.
"Kamu memasak?" tambah Elmera.
"Ya, sarapanlah selagi hangat..." Axe menyiapkan piring terakhir. Lalu ia mengambil ponsel dari sakunya. Ketika Elmera akan duduk, dia melihat Axe akan pergi. "Hei, kemana kau akan pergi? Kau tidak sarapan?"
"Maafkan aku, ada panggilan sebentar. Aku akan keluar..." Axe menunjukkan ponselnya sambil berjalan pergi keluar.
Elmera hanya terdiam menggeleng dan memakan makanannya, tapi ponselnya berbunyi, membuatnya harus melihatnya yang rupanya itu dari Gavin.
"Oh, halo Gavin? Kenapa?" tanya Elmera yang langsung mengangkat panggilannya.
Lalu terdengar suara dari Gavin. "Hei Elmera, bagaimana kabarmu? Aku dengar ada yang dibawa polisi? Apakah itu orang yang kita kenal?" tanya Gavin.
Elmera terdiam bingung, ia tak tahu harus menjelaskan apa, jadi dia berlagak tidak tahu. "Ha? Siapa? Aku bahkan tidak tahu orang di sekitar sini, jangan bercanda... Lain kali jangan menceritakan orang sini padaku, aku kan belum kenal..."
"Oh, benar juga..." Gavin juga percaya. "Ah, ngomong-ngomong, aku sudah membeli van kedai-ku sendiri, jualan kebab!!" Dia mengatakannya dengan semangat.
Elmera pun juga senang. "Wahhh.... Itu hebat sekali.... Aku turut senang.... Apakah akan mulai nanti malam?"
"Ya, jika Elmera mau membantu, aku izinkan nanti malam... Karena kebetulan, aku harus mengurus sesuatu nanti malam..."
"Ah, itu tak masalah, aku akan melakukannya..." balas Elmera. Mereka berbincang sangat lama hingga Axe yang ada di luar kembali masuk ke dalam setelah mengangkat ponselnya.
"Nona Elmera," dia memanggil Elmera yang juga selesai dengan ponselnya. Dia terlihat masih sarapan, dan dia menatap Axe begitu Axe tadi memanggilnya. Bahkan dia menatap Axe dengan pipi besar yang mengunyah makanan.
"Nona Elmera, maafkan aku, sepertinya aku harus ke tempat terdekat di sini. Ada pengiriman yang harus aku urus yang berkaitan dengan pekerjaan Tuan Nikov, jadi nanti malam aku akan kembali lagi..." kata Axe.
"Hm..." Elmera mencoba menelan cepat lalu membalas. "Jika kau kembali nanti malam, kau hanya harus ke arah kedai di dekat ladang jagung, hanya berjarak beberapa kilometer dari halte bus di ladang jagung. Aku nanti malam akan ke sana... Jika mencariku saja, jika kau tidak mencariku, cukup tunggu di sini saja... Atau kau pulang saja, aku tahu pamanku juga membutuhkanmu," kata Elmera.
"Meskipun beliau membutuhkanku, tapi dia mengizinkanku untuk menjagamu, jadi ini baik-baik saja..." kata Axe. Elmera hanya mengangkat kedua bahunya bermaksud mengatakan, "Baiklah, terserah..."
Hingga malam pun tiba, dan Elmera tampak akan bersiap untuk menjaga toko kebab baru milik Gavin, siapa lagi jika bukan temannya yang baru saja keluar dari pekerjaannya sebagai penjual burger. Gavin, yang merasa lelah dengan pekerjaan lamanya, memutuskan membuka usaha kebab sendiri di sebuah van yang posisinya agak terpencil. Dari toko kebab itu, Elmera bisa melihat toko burger tempat Gavin dulu bekerja, yang sekarang tampak suram dan sepi.
Dia sekarang sudah berjalan dan sampai di depan tempatnya. Gavin bisa melihat Elmera datang dari jendela pemesanan. "Oh, Elmera... Kemarilah..." Dia langsung senang, lalu Elmera masuk lewat pintu belakang.
"Hei, apakah aku terlambat untuk hal barunya?" Elmera bertanya.
"Tidak kok, apakah kau siap?"
"Tentu, kawan..." balasnya, lalu Gavin mulai melakukan kewajibannya untuk mengajari Elmera.
"Daging itu terus berputar dan kamu hanya harus mengiris tipis-tipis jika ingin mengambil dagingnya, kemudian sebelum digulung, harus diberikan beberapa teman untuk dagingnya, seperti selada, kubis, dan bahkan masih banyak lagi. Juga jangan lupa sausnya...." Dia menjelaskan dengan baik bahkan mempraktikkannya.
Untuk hasil akhirnya, dia memberikan kebab itu untuk Elmera yang senang dan langsung mengambilnya. "Umh..... Enak sekali... Penjelasanmu juga enak kok heheh..." katanya.
Gavin hanya tersenyum menggeleng. "Baiklah, aku akan pergi sebentar. Hanya malam ini saja aku berlagak penting, jadi tak apa jika kamu bisa mengatasinya... Semangat, Elmera!" Dia langsung perlahan berjalan pergi membuat Elmera melambai sambil memakan kebabnya.
"Rasanya sungguh sangat enak... Pembuatannya pun gampang, bahkan ini hampir mirip seperti menjual burger.... Di seberang sana...." gumamnya sambil dengan wajah suram melihat kedai burger tempat Gavin dulu bekerja ada di bagian lain, tapi masih bisa dilihat dari lokasi milik Elmera. "(Aku penasaran, apakah tempat itu akan tersaingi...?)" pikirnya dengan khawatir.
Ketika dia berpikir, ada pelanggan yang muncul membuat Elmera terkejut. "Ah, oh halo, apa kau ingin memesan?" Dia mencoba bersikap ramah.
"Oh, ternyata ada kedai kebab di sini, bosan juga makan burger setiap hari.... Tolong buatkan kebab satu.... Aku ingin mencobanya, jika enak, aku akan menjadi pelanggan di sini..." kata pelanggan itu.
"Tentu!" Elmera membalas lalu mulai membuat.
"(Oke, pasti kamu bisa... Hanya perlu iris dagingnya tipis-tipis, lalu tambahkan beberapa teman makanan di dalam selimut kebabnya, kemudian gulung dan tak lupa kasih saus dan mayones.... Hm... Terlihat enak....)" pikirnya hingga ia selesai dan menyerahkannya.
Pelanggan itu langsung memakannya. Bahkan dia langsung menyukainya. "Hm.... Ini enak juga.... Aku akan jadi pelanggan tetap di sini!" Dia tampak sangat senang, membuat Elmera senang juga.
Setelah itu, banyak pelanggan di malam itu ingin mencoba kebab di sana, karena mungkin makanan seperti kebab memang sangat jarang, jadi mereka ingin memakannya, dan jika rasanya enak bagi mereka, mereka tentu saja rela bolak-balik untuk makan hal itu.
Malam itu, setelah beberapa pelanggan selesai membeli kebab, suasana di sekitar toko mulai sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas, dan angin malam meniupkan dingin ke dalam ruko kecil itu. Elmera memperhatikan sekitar, merasakan sepinya malam yang hanya ditemani oleh suara dengungan kulkas dan mesin pendingin.
Elmera menghela napas panjang dan beristirahat sejenak. "(Fyuh, sepertinya usaha Gavin memang lancar, bahkan pelanggan tak ada habis-habisnya, tapi untungnya sekarang sudah tidak ada, aku jadi bisa istirahat sebentar... Ini benar-benar melelahkan, tapi aku jadi tahu apa pekerjaan Gavin, tapi bukankah bekerja di sini itu masih kurang jauh dari orang-orang. Apalagi dekat ladang jagung, mungkin aku bisa usulkan Gavin untuk membuka kedai di kota saja, itu juga akan enak...)" pikirnya, lalu dia mengisi waktu luang dengan bermain ponselnya. Dia membaca artikel-artikel yang dia lewatkan.
Bahkan dia juga heboh sendiri ketika melihat artikel yang menurutnya tak masuk akal. "Sial, kenapa ada artikel yang membahas soal hilangnya wanita di dekat kota, bahkan kasus itu berkaitan dengan pemuja setan... Jika dipikir-pikir, pemuja setan itu... Seperti apa? Aku belum mengetahuinya lebih lanjut... Tapi jika berpikir soal setan... Aku sudah lama tidak ke gereja..." gumamnya sambil mengingat sesuatu. Layaknya dia pernah diajari keagamaan sejak kecil, tentu saja tidak, Elmera tidak pernah diajarkan hal seperti itu, karena itulah dia menganggap hal itu merupakan hal enteng dan tak termasuk dalam kehidupan yang membantunya.
"(Siapa yang berpikir bahwa itu semua benar, hidup memang butuh ajaran, tapi aku sudah terlalu jauh...)" pikirnya, dia terus mengingat kesalahannya dalam terlalu jauh untuk keyakinannya.
Tapi ia lalu menggeleng cepat. "Apa yang sedang aku bahas... Haiz... Jangan pikirkan lagi, sebaiknya aku membersihkan tempat ini... Daripada ngelamun tak jelas..." gumamnya sekali lagi.
Namun, tak lama kemudian, ketika Elmera hendak membersihkan bagian penerimaan pelanggan, ia tak sengaja menoleh ke jendela lain, dan siapa sangka, ada bayangan berbentuk orang di sana sangat dekat membuat Elmera terkejut.
"Akh!! Shit!" ia bahkan langsung mundur, tapi kemudian dia menyadari tak ada orang di sana.
"Sial.... Aku yakin aku salah lihat, mungkin aku hanya lelah..." Dia mencoba melupakan itu dan akan kembali membersihkan tempat penerima pelanggan, tapi ada kejadian lagi, lampu toko tiba-tiba padam, membuat seluruh ruangan tenggelam dalam kegelapan.
"Akh! Shit!" Dia berteriak dan kemudian menjadi diam sejenak. Keheningan itu terpecah oleh suara langkah Elmera yang panik mencari senter di ponselnya. Cahaya kecil itu menjadi satu-satunya sumber penerangan di tempat yang sekarang terasa jauh lebih asing dan mencekam.
Saat dia menyorotkan senter ke arah luar jendela, Elmera melihat sesuatu yang mengerikan: sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi menuju kedainya. Dalam detik-detik yang terasa seperti abadi, Elmera hanya bisa menatap kengerian itu, yakin bahwa kendaraan itu akan menghancurkan ruko kecil tempatnya berdiri.
"Akh!" Elmera bahkan terkejut ketika pandangannya mengejutkannya dengan hal itu.
Namun, entah bagaimana, mobil itu tiba-tiba berhenti mendadak, tepat sebelum menabrak dinding kaca depan toko. Elmera bisa mendengar suara ban berderit, dan jantungnya berdegup kencang, masih berusaha memahami apa yang baru saja terjadi.
"Astaga, shit man... Kenapa itu tadi sungguh mengerikan?! Apakah mobil itu tidak melihat ada kedai di pinggir jalan! Orang sialan!" Dia mencaci maki sendiri saat mobil itu pergi menjauh.
Setelah memastikan dirinya aman, Elmera memutuskan untuk mencari token listrik di bagian belakang toko, berharap bisa menyalakan lampu kembali.
"Sebaiknya aku lihat token listriknya, apakah ada orang usil..."
Namun, langkahnya terhenti ketika dia mendengar suara ketukan dari arah pintu depan. Suara itu terdengar pelan, tapi ada ketukan ritmis yang membuat bulu kuduknya meremang. Ketukan itu terdengar tidak sabar, semakin lama semakin keras, seakan ada seseorang yang sangat ingin masuk ke dalam.
Elmera terdiam, dia menjadi menyatukan diri di tembok dengan waspada. "(Sial... Itu tidak mungkin Gavin, dia pasti masuk... Tidak mungkin Axe juga, karena Axe pasti memanggil dulu... Hanya satu jawaban... Siapa, dan pasti orang asing...)"
Dengan tangan gemetar, Elmera mengintip dari balik tirai kecil di jendela, dan apa yang dilihatnya membuat darahnya membeku. Di depan pintu berdiri seorang pria dengan wajah yang tak jelas terlihat dalam gelap, tapi tangan kanannya memegang pisau panjang yang berkilauan dalam cahaya bulan. Pria itu menatap lurus ke arah toko, seakan tahu bahwa ada seseorang di dalamnya.
"(Sial.... Ternyata benar!)"