"Em, aku.... Aku hanya khawatir...." kata Mehzid dengan tak nyaman membuat Elmera terdiam curiga, tapi ia mencoba menyembunyikan kecurigaan nya.
"Jadi, tidak ada monster?" tanya Elmera.
"Elmera, monster? Perasaan aku tidak cerita ada monster, aku hanya cerita lelaki yang meninggal itu, tidak mungkin monster ada hubungan nya, apa kau lelah?"
"Ti... Tida... Maksudku, mungkin begitu... (Aku yakin itu tadi monster, tapi jika monster tidak berkaitan, apa monster itu mencoba memberitahuku melalui pandangan tak jelas? Lagipun aku masih bertanya tanya soal Mehzid yang kemari...?)" ia tampak bingung.
Tapi kemudian Mehzid mengatakan sesuatu. "Maaf ya mengganggu mu, sebaiknya istirahat, atau jika tak nyaman, kau bisa ke tempatku--
"Ah tak perlu..." Elmera menggeleng dengan tak nyaman. "Aku berterima kasih atas kekhawatiran mu, jadi, sampai jumpa..." Elmera menutup pintu perlahan lalu menghela napas panjang. "(Aku malah curiga pada lelaki itu...)" pikirnya memikirkan Mehzid, memang sangat aneh jika Mehzid datang begitu padahal Elmera tadi tidak berteriak atau meminta bantuan nya.
"Sebaiknya aku istirahat...." ia langsung terbaring di sofa dan kali ini untung nya dia berhasil terlelap.
Tapi kejadian aneh terjadi lagi, tapi kali ini dia tidur dengan tak nyaman karena terus beberapa kali menggaruk tubuhnya dengan gatal. Hal itu membuatnya bangun. "Adduuuuhh.... Aku belum mandi dari berangkat ke sini.... Rasanya gatel... Kenapa tidak dari tadi saja sih.... Aku harus mandi..." dia memutuskan untuk berdiri dan berjalan ke pintu kamar mandi.
Ketika sudah ada di dalam dan menutup pintu, dia perlahan melepas bajunya, tapi sebelum telanjang, dia menyalakan kran air di atas bak mandi.
Tapi ada suara muncul yang sangat aneh. Suara dari pintu kamar mandi, tepatnya dari luar. Elmera terdiam bingung, dia posisinya tidak menatap ke arah kaca.
Karena mencoba melupakan itu, dia akan masuk ke dalam bak mandi dan mulai berendam dengan tubuh yang sudah telanjang. "Huf.... Tak masalah mandi menggunakan air hangat atau dingin, kebersihan tubuh memang nomor satu...." gumam nya sambil menggosok badan menggunakan sabun.
Tapi tiba tiba saja pintu terbuka perlahan membuat Elmera terkejut. "Shit, siapa itu! Pengintip!!" Elmera menatap waspada, tapi ketika pintu mekang terbuka sedikit, ada memperlihatkan monster itu yang mengintipnya bahkan tiba tiba saja pintu terbuka cepat memunculkan monster itu yang mengaum padanya sangat dekat.
"Akhhh--!!!!!!!" Elmera terkejut bahkan menyiram air pada monster itu, namun monster itu menghilang dengan pintu yang masih terbuka.
Elmera bernapas cepat tak percaya. "Apa... Apa yang terjadi?! Kenapa ini mengerikan!!" Dia panik yang akhirnya langsung membilas diri dan keluar dari kamar mandi. Tapi ada hal yang tidak dia ketahui, di cermin kamar mandi itu, ada sebuah tangan yang akan keluar dari kaca itu, tapi tak jadi karena Elmera keluar dari kamar mandi. Sepertinya memang ada yang aneh di sana.
Esoknya, Elmera terbangun dengan perasaan yang aneh. Tubuhnya terasa begitu nyaman, seolah semua yang terjadi semalam hanyalah mimpi buruk yang tak nyata. Ia membuka matanya perlahan, dan mendapati dirinya masih berada di sofa ruang tamu.
"Aku… tidur di sini?" pikirnya, bingung. Ia mengerutkan kening, mencoba mengingat kembali kejadian semalam—monster yang mengerikan, suara-suara aneh, bahkan Mehzid yang datang menyelamatkannya. Namun, semuanya terasa kabur.
"Kenapa aku bisa tidur dengan nyaman setelah itu? Ini benar benar sungguh sangat aneh, aku bahkan tak ingat bagaimana caraku tertidur di sini," bisiknya dalam hati, berusaha menenangkan pikiran. "Mungkin aku terlalu lelah dan akhirnya tertidur tanpa sadar."
Elmera mengusap wajahnya dan bangkit dari sofa. Matahari pagi menerobos masuk dari sela-sela tirai, memberikan sedikit ketenangan pada suasana yang sempat mencekam semalam. Namun, rasa tenang itu tak bertahan lama ketika ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.
Ketika ia tiba di depan pintu kamar mandi, pandangannya langsung tertuju pada selembar kertas kecil yang ditempel di pintu. Tulisan dengan huruf besar dan mencolok terlihat jelas: "Don't in."
Elmera berhenti sejenak, jantungnya berdetak lebih cepat. "Apa ini? Siapa yang menulis ini?" pikirnya. Perasaan tidak enak kembali muncul di dadanya. "Jangan masuk? Kenapa tidak boleh masuk? Siapa yang mencoba memperingatkanku?"
Ia menelan ludah, memandang pintu kamar mandi dengan ngeri. Rasa takut mulai merayap, tapi ia berusaha keras untuk menenangkan diri. "Mungkin ini hanya ulah seseorang yang ingin mengerjaiku… Mehzid? Tidak mungkin dia yang menulis ini. Atau mungkin penghuni sebelumnya?"
Pikirannya berputar-putar, tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengabaikan kertas itu. "Ini konyol," gumamnya pelan. "Aku butuh mandi, aku tidak bisa terus-terusan merasa takut di rumahku sendiri."
Dengan napas panjang, ia meraih gagang pintu dan memutarnya perlahan. Kamar mandi itu tampak biasa saja saat ia masuk—tidak ada yang aneh. Ruangan itu bahkan terasa hangat dan tenang, seolah tidak ada apa pun yang terjadi di dalamnya. Elmera menghembuskan napas lega, sejenak merasa bodoh karena membiarkan dirinya ketakutan hanya karena sebuah kertas kecil.
"Lihat? Tidak ada apa-apa," ia berbicara kepada dirinya sendiri, mencoba menguatkan hati.
Ia berjalan mendekati wastafel, menyalakan keran air hangat, dan mulai mencuci muka. Ketika air menyentuh kulitnya, perasaan segar menyelimuti wajahnya. Namun, seketika itu juga, lampu di atasnya berkelip-kelip.
"Ah, sial, lampunya mati lagi..." keluh Elmera sambil mengusap wajahnya. Ia mengangkat wajah, melihat bayangannya di cermin. Namun, tiba-tiba, keran di sebelahnya menyala dengan sendirinya, memuntahkan air dingin.
Elmera tersentak mundur. "Apa-apaan ini?!"
Dia mematikan keran itu dengan cepat, tapi sesaat kemudian lampu kembali berkelip, lebih intens. Ruangan terasa semakin gelap, dan lampu di atasnya tiba-tiba mati total.
"Tidak, tidak, tidak… Kenapa lagi sekarang?" Napas Elmera mulai terengah-engah. Jantungnya berdegup kencang, membuat kepalanya berdenyut-denyut. "Ini hanya gangguan listrik. Hanya masalah teknis. Tidak ada yang perlu ditakutkan…"
Namun, suara gemericik air dari keran yang menyala sendiri lagi membuatnya semakin panik. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya kebetulan, tapi pikirannya terus terjerat oleh rasa takut. "Ini tidak masuk akal… Rumah ini benar-benar aneh..."
Elmera berusaha menenangkan diri, mengalihkan pikirannya dari hal-hal aneh yang terus terjadi. Tapi ketika ia mengangkat wajah lagi untuk melihat cermin, darahnya seakan membeku.
Di pantulan kaca, berdiri seorang lelaki. Sosoknya mengerikan—wajahnya penuh bekas luka, dengan kulit yang sobek di beberapa bagian tubuhnya, menampakkan jaringan otot yang rusak. Matanya yang gelap menatap langsung ke arah Elmera, tanpa ekspresi. Tubuhnya yang terkoyak membuatnya tampak seperti sesuatu yang tidak seharusnya berada di dunia nyata.
Elmera terdiam kaku. "Tidak… Ini tidak mungkin… Ini pasti… Ini pasti tidak nyata!"
Pikirannya berputar-putar, mencari penjelasan yang masuk akal, tapi tidak ada yang terasa logis. Tubuhnya gemetar hebat, tapi ia tak mampu mengalihkan pandangannya dari sosok mengerikan itu. "Siapa dia? Apakah ini… lelaki yang mati di kamar mandi ini? Apakah ini… penghuni sebelumnya?"
Dia menelan ludah, mulutnya kering, dan ketakutan semakin membelitnya. "Apa yang harus aku lakukan? Apa dia akan menyakitiku?"
Lelaki itu tidak bergerak, hanya terus menatap dengan tatapan kosong yang penuh kegelapan. Elmera ingin lari, tapi kakinya terasa seperti ditanam di lantai. Ia tak bisa bergerak, seolah tubuhnya dikendalikan oleh ketakutannya sendiri.
"Jangan panik, Elmera… Jangan panik…" bisiknya kepada dirinya sendiri, mencoba meraih kendali atas situasi yang semakin menakutkan.
Namun, bayangan di cermin itu mulai bergerak perlahan, seolah ingin mendekat padanya. Elmera tersentak mundur, mencoba menjauh dari wastafel, tapi sosok itu semakin mendekat di cermin, wajahnya tampak lebih jelas—bekas luka yang menganga, darah kering yang menempel, dan senyuman miring yang membuat bulu kuduk Elmera semakin berdiri.
"Sial… Aku harus keluar dari sini!" pikir Elmera, akhirnya berhasil menggerakkan tubuhnya. Namun, saat ia berbalik untuk lari, pintu kamar mandi menutup dengan keras, mengurungnya di dalam.
Teriakannya tercekat di tenggorokan. "Tolong...! Seseorang...!" bisiknya, tapi ia tahu tidak ada yang bisa mendengarnya. Ia sendirian, terjebak bersama makhluk mengerikan yang muncul dari pantulan kaca.
Lelaki itu semakin mendekat di cermin, dan kini ia bisa mendengar suaranya—bisikan yang dalam dan kasar, seolah datang dari kedalaman kegelapan. "Jangan di sini... Jangan tinggalkan aku..."
Elmera menutup telinganya, berusaha mengusir suara itu, tapi bisikan itu semakin keras, memenuhi kepalanya.
Dia tahu dia harus keluar. Harus keluar sekarang juga, ketika lelaki itu akan meraihnya dengan tangan mengerikan nya. Sesosok monster itu muncul tepat di depan nya dan mengaum sangat keras bahkan menyerang lelaki itu hingga menggigit tubuhnya bahkan memakan nya membuat cipratan darah kemana mana bahkan Elmera terkena darah itu.
Apalagi Elmera menatap bagaimana monster itu menyantap lelaki itu dengan sangat lahap di bawah lantai.
Elmera bernapas sangat cepat bahkan masih menyudutkan tubuhnya di pintu kamar mandi itu. "(Apa yang terjadi... Apa.... Apa....)" ia tampak gemetar, tapi setelah monster itu memakan habis dan hanya menyisakan darah di lantai.
Tapi kemudian dia menatap ke arah Elmera yang langsung tersentak terkejut. Dia berpikir monster itu akan memakan nya, tapi rupanya tidak. Monster itu menghilang bahkan bersama dengan darah dan lelaki tadi.
"Apa... Itu... Tadi?" Seolah tak terjadi apapun di sana. Bahkan dia menatap tak percaya, tak menyisakan apapun. Dengan masih gemetar, dia membuka pintu kamar mandi dan keluar dari sana, dia segera merapikan dirinya dan keluar dari rumah untuk ke rumah di samping nya yakni rumah milik Mehzid, dia mengetuk pintu rumah itu. "Permisi! Permisi!!" teriaknya dengan tak sabar. Tapi tak ada jawaban sama sekali membuatnya berpikir bahwa Mehzid pergi bekerja.
"Oh, benar...." dia baru ingat, alhasil dia memutuskan untuk menghubungi Gavin.
Saat ini Gavin ada di rumahnya, dia tengah memasak menggunakan apron nya, begitu mendengar suara ponsel berbunyi, dia langsung berjalan mendekat dan mengambilnya, menyadari bahwa yang menghubungi adalah Elmera, dia langsung mengangkatnya. "Ya Elmera, ada apa?"
"Gavin!! Bisa kamu kemari!! Aku ingin kamu kemari!!" teriak Elmera membuat Gavin terkejut mendengarnya.
Dengan segera, Gavin bersiap dan berlari keluar untuk ke rumah Elmera, dia tahu rumah Elmera karena Elmera sudah mengirim map nya.