Setelah berbincang panjang dan saling mengenal, Elmera mulai merasa anehnya dirinya nyaman berada di dekat monster yang kini duduk di sebelahnya. Ada keheningan canggung sebelum Elmera akhirnya mengajukan tawaran yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Ayo menonton film bersama saja," katanya dengan senyum kecil. Monster itu menatapnya, lalu mengangguk pelan, menunjukkan persetujuannya.
Mereka duduk di sofa, dan Elmera memutuskan untuk memutar film acak yang muncul di layar. Mereka berdua terdiam ketika judul film *Sadako* muncul. Meski terkejut, Elmera mencoba untuk tetap tenang. Monster di sebelahnya hanya menonton dengan tenang, tampak tidak terusik dengan pilihan film itu.
"Aku akan membuat popcorn lagi," ujar Elmera, mencoba mencairkan suasana. Ia bergegas ke dapur, membiarkan film mulai diputar. Bunyi kernel jagung meletup di dalam microwave terdengar keras di tengah kesunyian. Ada sedikit perasaan gelisah yang mulai merayap di hati Elmera, meski ia tak tahu pasti alasannya.
Saat popcorn selesai, Elmera kembali ke ruang televisi. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan yang tidak terduga.
Monster itu tidak ada.
Di tempat di mana ia duduk sebelumnya, ada noda darah mengerikan yang menetes di lantai, membentuk sebuah tulisan kasar: "Aku akan pergi keluar sebentar..."
Napas Elmera terhenti. "(Apa yang terjadi? Mengapa ada darah?)" tapi dia mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan bahwa monster itu tak berniat jahat. Namun, bayangan darah itu terus menghantui pikirannya.
Meski hatinya mulai dikuasai rasa takut, Elmera tetap duduk dan melanjutkan menonton film. "(Monster itu mungkin hanya pergi sebentar,)" pikirnya. Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan popcorn di tangannya, tapi dia berpikir sesuatu sambil melihat ke arah rak di dekat televisi. "(Oh iya, aku selalu penasaran apa yang ada di dalam rak itu, aku belum mengecek nya...)" dia akhirnya membuka rak itu.
Dan rupanya dia menemukan sebuah tape video. Satu tape yang cocok di lubang tape televisi. "Oh, ada tape, apakah ini milik penghuni sebelumnya?" ia bingung tapi di sana tertulis sesuatu yang kecil dan berlumur darah.
Tapi Elmera tidak menyadari itu adalah darah, dia hanya membaca tulisan kecil itu. "My Like?" ia bingung dengan bahasa tulisan itu setelah membacanya.
Karena tak mau memusingkan nya, dia juga sedang penasaran, jadi dia memasukan tape itu dan mulai menonton layar yang tak di sangka sangka kini menampilkan sebuah sumur tua di tengah hutan.
Elmera terkejut bahkan hampir beranjak dari sofa. "(Tunggu! Aku seperti kenal?!)" dia berpikir dengan gemetar.
Dan siapa sangka, ada sosok wanita yang mengerikan, rambut hitam panjang dan baju putih lusuh yang mulai merangkak keluar dari sumur dalam film. Itu seperti sadako atau mungkin di film "The Ring"
Namun, tiba-tiba, layar televisi bergetar, suaranya mendesis keras. Elmera mengerutkan dahi. Gambar di layar menjadi semakin nyata, terlalu jelas, seakan film itu hidup. Dan, dengan ngeri, ia menyadari bahwa sosok Sadako dalam film mulai keluar dari layar, merayap ke lantai ruang tamunya dengan gerakan menyeramkan. Mata Elmera melebar, dan mangkuk popcorn jatuh dari tangannya.
Sadako benar-benar keluar dari televisi.
Tubuhnya yang kurus dan pucat merangkak mendekati Elmera, rambut hitamnya yang panjang menutupi wajahnya yang tak terlihat. Elmera bangkit dengan panik, berlari secepat yang ia bisa menuju kamarnya, membanting pintu keras-keras. Napasnya terengah-engah, tubuhnya gemetar ketakutan.
Namun, sebelum ia bisa menenangkan dirinya, televisi di kamar menyala dengan sendirinya. Elmera berdiri terpaku di tempat, tubuhnya membeku dalam ketakutan. Layar televisi di kamar juga mulai retak, dan Sadako lain keluar dari layar, kali ini bergerak lebih lambat namun tak kalah mengerikan. Sekarang, Elmera dikepung oleh dua Sadako—yang satu merayap cepat di lantai, dan yang satu berjalan perlahan, menyeret kakinya dengan gerakan lamban namun penuh dendam.
"Akhhh!!!" dia panik.
Hatinya berdebar keras, ketakutan mulai menguasai pikirannya. Dia mencoba mencari cara untuk melawan, tetapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu. Kedua Sadako itu semakin dekat, merentangkan tangan kurus mereka untuk meraih Elmera.
Namun, sebelum Sadako sempat menyentuhnya, pintu kamarnya terbuka lebar, dan suara berat yang akrab memenuhi ruangan.
"Tunggu!"
Monster itu kembali, melangkah cepat ke kamar. Dengan satu sapuan tangan, dia menyerang salah satu Sadako yang sedang merayap. Sosok hantu itu terlempar mundur, menghilang dalam kepulan asap hitam. Sadako yang satu lagi berhenti sejenak, seolah ragu. Monster itu menatap Elmera dan berkata dengan suara lembut, "Jangan takut. Aku di sini."
Elmera menatapnya, jantungnya masih berdebar, tapi sedikit rasa lega mulai merambat ke dalam dirinya. Monster itu berjalan mendekati Sadako yang tersisa, mengulurkan tangannya, dan tiba-tiba ruangan itu terasa lebih dingin. Sebuah kilatan cahaya memenuhi kamar, dan Sadako terakhir itu menghilang, tersedot kembali ke televisi.
Hening menyelimuti ruangan. Monster itu berbalik menatap Elmera, senyum kecil terlihat di wajahnya yang aneh. "Maafkan aku karena pergi. Aku pikir kau baik-baik saja dengan menonton film ini sendirian."
Elmera masih gemetar, tapi ia tertawa kecil. "Kau tahu, aku pikir kau yang membuat mereka datang."
Monster itu menggeleng, menatap televisi dengan pandangan tajam. "Tidak, itu bukan aku. Sadako memang terhubung dengan dunia yang lebih gelap. Saat filmnya diputar, ada kemungkinan dia bisa melewati batas antara dunia manusia dan dunia lain."
Elmera menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Aku benar-benar berpikir aku akan mati... Terima kasih, kau menyelamatkanku."
Monster itu mengangguk pelan. "Aku bilang, aku adalah temanmu sekarang. Aku tidak akan membiarkan apa pun menyakitimu." Dia lalu menambahkan, "Tapi, sebaiknya kita hindari film-film seperti itu lain kali."
Mereka berdua tertawa kecil, ketegangan mulai mereda, meski bekas ketakutan masih terasa di udara. Monster itu, dengan cara yang tak terduga, telah menjadi pelindung Elmera.
Namun, sebelum mereka sempat beristirahat, suara aneh mulai terdengar dari luar kamar. Ketukan pelan dan suara berdesis menggema dari arah dapur. Elmera dan monster itu saling berpandangan. "Apa itu?" bisik Elmera, napasnya tercekat lagi.
"Kita harus melihatnya," balas monster itu dengan tenang, meski sorot matanya serius.
Elmera menelan ludah. Mereka berdua berjalan perlahan menuju dapur, setiap langkah diiringi dengan ketakutan bahwa sesuatu yang lebih mengerikan sedang menanti mereka. Ketika mereka sampai di dapur, mereka melihat sesuatu yang tak pernah mereka duga.
Di jendela, ada sosok lain, siluet samar seseorang yang terlihat lebih besar memukul kaca dengan pelan, mencoba masuk.
Elmera gemetar. "Apakah itu... Sadako lagi?"
Monster itu menatapnya dengan tatapan serius. "Tidak... ini sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih tua dan lebih kuat."
Ruangan kembali diliputi kegelapan, dan kengerian yang mereka kira telah berakhir, ternyata baru saja dimulai.
Tapi siapa yang menyangka, ada teriakan memanggil. "Nona Elmera!!" teriaknya, membuat Elmera tersadar bahwa itu Axe.
"Apa!! Axe!!"
"Siapa itu? Kenapa auranya kuat sekali?" Monster itu bertanya-tanya.
"Sebaiknya kamu bersembunyi, mari bahas tape itu lain kali. Axe adalah asistenku, dia pasti ingin memeriksa kondisiku," kata Elmera. Dengan hening, monster itu hanya diam lalu berjalan pergi bersembunyi di tembok.
Elmera segera membuka kaca dan rupanya benar, di malam itu Axe, dengan kedinginan, menatap Elmera dari luar kaca. "Nona... Aku senang kamu baik--
"Apa yang kau lakukan!!" Elmera tiba-tiba berteriak kesal, membuat Axe menatap tak percaya. Padahal dia baru saja ingin tersenyum senang, tapi kini senyumnya turun.
"Nona, aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja, apalagi kau memberitahuku soal di telepon itu, jadi aku khawatir..." Axe menatap memelas.
"Cih, aku tak butuh, sekarang pergilah!" Elmera malah mengusir.
Seketika Axe memasang wajah memelas. "Nona, aku mohon, aku datang dari jauh. Aku dari tadi mengetuk pintu, tapi aku hanya mendengar teriakanmu beberapa kali. Apalagi lampu di dalam mati... Aku tambah khawatir, jadi aku memutuskan akan memecahkan kaca ini untuk masuk..."
"Kau apa!? Haiz... Aku benar-benar tak tahan lagi... Ck, sudahlah masuklah lewat pintu, aku akan membukanya... Tapi sebelumnya, bisa kau perbaiki lampunya? Listrik di sini mati karena ada sesuatu, aku akan menceritakannya nanti..." kata Elmera, membuat Axe mengangguk.
Tak lama kemudian, Elmera memberikan teh hangat untuk Axe yang duduk di sofa. Lampu juga telah menyala dengan baik. Tapi Axe terdiam dan menolak.
"Ti... Tidak perlu..."
"Haiz... Aku anggap kamu tamu di sini... Jadi terima saja atau kau akan aku usir..." tatap Elmera. Karena ancaman itu, Axe menerimanya dan Elmera mulai bercerita bagaimana dia mengenal monster itu, juga bagaimana dia mengalami teriakan itu karena Sadako.
Di akhir ceritanya, dia menunjukkan tape yang tadi di depan Axe yang menerimanya perlahan.
"Ini seperti tape biasa... Tapi, aku curiga... Bisa jadi monster itu yang tahu hal ini..." kata Axe.
"Jadi, itu pendapatmu?" tatap Elmera.
"Tidak yakin, Nona, apalagi yang kau bicarakan. Aku memang tidak paham, tapi aku tahu aku harus terpaksa paham. Tape ini pasti terkutuk dan pasti ada sesuatu yang diketahui monster itu. Dia mungkin menggunakanmu untuk memancing hantu Sadako keluar..." kata Axe, membuat Elmera juga curiga dengan monster itu.
Tapi kemudian monster itu muncul dari sana, tepatnya dari tembok, membuat Elmera terkejut, apalagi Axe. Axe bisa melihat monster itu karena dia ada di dekat Elmera.
"Itu yang kau maksud, Nona?" tanya Axe.
"Tunggu, aku bisa jelaskan, Elmera," monster itu tampak ragu.
Tapi Elmera memasang wajah kesal. "Tak ada yang perlu dijelaskan, aku tahu kau sengaja membawa tape itu, kan? Coba jujur padaku!"
"I... iya, aku yang membawa tape itu, tapi tolong dengarkan aku dulu..."
"Nona Elmera, sebaiknya kita dengar dulu," Axe masih bisa tenang, membuat Elmera terdiam menahan kekesalannya.
"Sebenarnya, aku yang membawa tape itu. Aku tahu bahwa hantu seperti itu sangat sukses membuat orang takut, jadi aku iri. Aku sangat iri pada hantu itu yang bisa membuat orang takut, sementara harga diriku tak ada. Jadi, aku membawa rekaman asli milik kaset hantu terkutuk itu dan berharap dia bisa keluar dari televisi. Tapi ketika aku yang memutarnya, tape itu hanya memutar film biasa. Aku sadar bahwa orang seperti Elmera bisa sukses membuat hantu itu keluar. Tanpa sadar, kau membebaskan mereka keluar dari tape. Karena mereka sudah keluar, aku ingin menghabisi mereka. Karena aku sangat benci pada sesuatu yang disebut roh, makhluk halus, bahkan setan, aku ingin memakan mereka. Itu juga termasuk makanan ku selama beberapa tahun ini," kata monster itu, membuat Elmera dan Axe mulai mengerti.
"Jadi, itu alasan mu memakan roh dari kaca kamar mandi itu?" tanya Elmera.
"Ya, tapi aku memiliki fakta lain..." kata Monster itu membuat Elmera dan Axe terkejut.