Chereads / Greend-Eye Monster / Chapter 21 - Chapter 21: Burger

Chapter 21 - Chapter 21: Burger

Elmera akhirnya sampai di depan rumah yang sangat kecil. Dia menghentikan mobilnya di depan halaman rumah kecil itu, lalu keluar.

Sambil melihat ponselnya, ia menengadah dan menatap rumah itu dari atas hingga ke sekelilingnya. "Rumah ini kecil? Apakah di dalamnya berantakan? Aku yakin Gavin mengirimkan alamat yang benar, kan?" Ia melihat ke ponselnya lagi, lalu memutuskan untuk berjalan ke depan pintu dan mengetuk.

Tak lama kemudian, pintu terbuka dan menampilkan seorang lelaki sederhana yang menatap Elmera. "Elmera," ia menyapa dengan senang.

"Gavin? Itukah kamu?" Elmera memasang wajah aneh, melihat Gavin dari atas sampai bawah. Lelaki itu terlihat seperti kehilangan banyak nutrisi.

"Hei... Um... Yeah, ini aku, siapa lagi memangnya?" Gavin tampak tak nyaman.

"Oh shit, man, kau benar-benar berbeda dari dulu. Padahal dulu kau cukup nutrisi...."

"Elmera, aku berakhir dimakan kemiskinan, jadi aku seperti ini... Ibuku juga masih di rumah sakit, dia sakit dan tidak sembuh-sembuh... Dokter bilang dia hampir terkena kanker stadium akhir... Aku tak ada biaya untuk operasi...."

"Astaga, Gavin... Apa aku harus membantumu? Aku bisa memberikan uang."

"Tidak perlu, Elmera, ini semua sudah takdir yang dijanjikan. Aku percaya bahwa ini adalah takdir yang baik untukku. Lagipula, aku mengundangmu ke sini hanya untuk bertemu. Sudah lama aku tidak melihat Elmera yang dulu suka sekali memuji masakanku...."

"Hahaha... Bicara apa kau ini? Aku memang suka masakanmu yang enak itu...."

"Kalau begitu, masuklah. Mari kita makan dulu... Dan beristirahat di sini. Tapi saat malam hari, aku harus bekerja...."

"Bekerja? Lalu kau tidak menunggu ibumu yang ada di rumah sakit?"

"Aku yakin dia akan baik-baik saja...." Gavin membalas dengan optimis, membuat Elmera tak nyaman, lalu masuk ke dalam.

Gavin tinggal sendirian, tapi Elmera sangat suka masakan Gavin yang kelihatan enak. Pastinya sebelum Elmera datang, Gavin sudah membuatkannya makanan.

Tapi di tengah mereka sedang makan, ponsel Gavin berbunyi, membuatnya harus beranjak dan mengangkatnya. "Ya, halo?"

Elmera hanya diam menikmati makanannya. "(Makanan yang enak....)"

Gavin yang sedang mengobrol berjalan ke arah lain mengambil sesuatu, lalu memberikan kebab yang tampak enak kepada Elmera.

"Gavin?" Elmera tampak bingung.

"Itu untukmu... Ini adalah resepku, pasti enak," kata Gavin sambil tetap fokus pada ponselnya.

Elmera terdiam, lalu mengambil kebab itu dan memakannya sesuap. "Hm..." Dia langsung menjilat bibirnya yang terkena saus. "Ini enak sekali... Oh, Axe pasti suka....(Axe pernah mengatakan padaku bahwa dia suka kebab... Pasti dia akan menyukainya....)"

Namun, tiba-tiba terdengar Gavin berteriak terkejut. "Apa?! Kenapa harus malam ini... Huf... Baiklah, aku akan memikirkannya nanti.... Aku pastikan, ya...." Lalu dia menutup ponselnya, membuat Elmera penasaran. "Ada apa?"

"Haiz... Pihak rumah sakit bilang bahwa malam ini ibuku harus diawasi... Tapi aku jelas tak bisa, karena aku harus bekerja...."

"Sebenarnya kau bekerja sebagai apa?"

"Aku bekerja sebagai penjual burger untuk atasan," balasnya.

"Oh, penjual burger? Eh, sebentar, lalu kenapa kau memberiku kebab?" Elmera menatapnya bingung.

"Oh, aku berencana membuka usaha kebab sendiri. Ketika tabunganku sudah cukup, aku akan membuka kedai kebab. Pasti menyenangkan membuka kedai sendiri... Sayangnya, aku masih harus fokus pada ibuku," kata Gavin.

"Oh man... Kau benar-benar sangat aneh... Begini saja, aku akan membantumu. Aku akan menggantikanmu bekerja."

"Hah? Elmera, kau yakin? Bekerja malam hari itu biasanya ada hal-hal aneh...."

"Benarkah?" Elmera mendadak menciut nyalinya, tapi ia terkejut dan langsung menggeleng. "Tak masalah! Aku sudah berani... Asalkan kamu ajarkan aku bagaimana cara melayani orang," kata Elmera.

Gavin terdiam lalu tersenyum senang. "Terima kasih, Elmera," katanya dengan tulus, membuat Elmera tersenyum kecil menatapnya.

Hingga malam hari, Gavin mengunci pintu rumah dengan Elmera yang mengeluarkan kunci mobil dari sakunya, lalu menyalakan alarm untuk memanggil mobilnya.

Suara mewah itu membuat Gavin tampak ragu. "Um, Elmera... Sepertinya kita tak perlu menaiki mobilmu."

"Eh, kenapa?"

"Kita hanya perlu naik bus malam. Lihat, bus-nya hampir sampai karena di sana ada halte bus. Jangan khawatir, kita akan baik-baik saja. Tak apa, kan?" tatap Gavin dengan sedikit ragu.

"Haiz... Baiklah..." Elmera menyimpan kembali remote mobilnya, dan mereka berjalan ke halte bus. Tak lama kemudian, bus malam datang, dan mereka turun di sebuah ladang jagung yang sangat luas.

"Ladang jagung lagi?" Elmera tampak bingung.

"Kemarilah, sebentar lagi sampai..." kata Gavin yang berjalan duluan. Mereka memang melewati ladang jagung, tapi setelah itu ada tempat terpencil di mana terdapat kedai burger dengan tulisan merah yang sangat besar dan terang.

"Waw..." Elmera tampak terpesona, tapi sekitarnya gelap dan sangat mengerikan.

Lalu Gavin membuka pintu belakang. "Masuklah, aku akan mengajarkanmu," tatapnya, lalu Elmera mengikutinya.

Tempat itu memang agak kecil. Ada gudang di lorong kecil, di gudang juga ada token listrik. Kemudian ada area untuk melayani pelanggan, tempat kasir, bahkan ada alat pembuat kopi.

"Aku punya resepnya di sini. Tinggal dengarkan saja apa yang pelanggan minta, kemudian kamu bisa membuatnya dengan melihat bahan-bahan yang ada di dalam burger ketika pelanggan memesan," kata Gavin, menunjukkan buku resep pada Elmera yang mengangguk.

Setelah Gavin mengajarkan banyak hal tentang burger pada Elmera, ia bersiap untuk pergi. "Baiklah, Elmera, aku akan keluar. Aku akan pastikan kembali secepatnya setelah urusan dengan ibuku selesai... Aku harap kamu bisa melakukannya dengan baik," kata Gavin.

"Tentu, serahkan padaku," balas Elmera dengan semangat, lalu Gavin pergi, dan Elmera bisa menghela napas panjang.

"Huf... Ternyata tidak semudah yang dipikirkan... Meskipun aku menggantikan Gavin menjadi penjual burger, ini baik-baik saja selama aku bisa membantu Gavin," gumamnya.

Elmera menatap ke sekeliling kedai burger yang ternyata bukan sebuah toko besar dengan meja dan kursi, melainkan hanya sebuah mobil van yang sederhana. Van itu diparkir di area yang agak terpencil, dengan jendela kecil tempat pembeli bisa memesan. Tidak ada tempat duduk atau ruangan untuk makan di dalam; pelanggan hanya bisa berdiri di luar, memesan, dan langsung menerima pesanan mereka.

"Jadi... ini kedainya?" Elmera bergumam pelan sambil melihat sekeliling.

Ia berjalan mendekat ke jendela pelayanan, memperhatikan peralatan di dalam van yang terlihat rapi namun sederhana. Kompor kecil, tempat menyimpan bahan-bahan, serta papan menu sederhana yang digantung di sebelah jendela. Semua tampak sangat praktis dan efisien, cocok untuk penjual burger yang harus cepat melayani pelanggannya.

"Hm... sepertinya tak terlalu sulit," gumam Elmera mencoba menenangkan dirinya. Ia kembali mengingat instruksi Gavin tentang cara membuat burger dan melayani pelanggan.

Saat itu, terdengar suara langkah kaki di belakangnya. Seorang pelanggan pertama muncul, seorang pria muda yang tampak lelah, mungkin baru pulang dari kerja. Dia berdiri di depan van, sedikit ragu.

"Permisi... apakah sudah bisa pesan sekarang?" tanya pria itu dengan suara agak lemah.

Elmera tersentak, lalu tersenyum kaku. "Ah, iya, bisa! Silakan pesan," ucapnya dengan cepat sambil mencoba terlihat percaya diri. Ia segera mengambil buku catatan dan bersiap mendengarkan.

"Aku mau satu burger keju spesial, tolong," kata pria itu.

Elmera mengangguk. "Baik, satu burger keju spesial. Tunggu sebentar, ya!" Ia segera masuk ke dalam van dan mulai bekerja. Tangannya bergerak cepat, mencari roti, daging, keju, dan bahan-bahan lainnya sesuai instruksi yang diajarkan Gavin. Dalam hatinya, ia berdoa agar semuanya berjalan lancar.

Setelah beberapa menit, burger keju spesial itu selesai. Elmera membungkusnya dengan hati-hati, lalu kembali ke jendela. "Ini pesanan Anda. Terima kasih sudah menunggu."

Pria itu tersenyum lemah. "Terima kasih banyak," katanya sambil menerima burgernya. Setelah itu, ia pergi, dan Elmera menghela napas lega.

"Ternyata tidak sesulit yang aku kira," bisiknya pelan, sambil membersihkan sedikit meja kerja di dalam van.

Namun, tak lama kemudian, antrean mulai terbentuk. Beberapa orang lainnya mulai berdatangan, satu per satu berdiri di depan van. Elmera merasa sedikit gugup, tapi ia tahu bahwa ini adalah saatnya membuktikan bahwa ia bisa menggantikan Gavin malam ini.

Dengan cekatan, Elmera melayani pelanggan yang datang dengan berbagai pesanan. Beberapa ingin burger biasa, beberapa lainnya meminta tambahan bacon atau saus spesial. Meskipun tangannya mulai lelah, ia tetap berusaha tersenyum dan menyajikan pesanan sebaik mungkin.

Di tengah kesibukan, Elmera menyempatkan diri berpikir, "Kalau Gavin bisa menjalani ini setiap hari, pasti ia sudah sangat terbiasa. Aku harus bisa mengatasinya juga."

Lalu ada pelanggan lagi datang, seorang wanita. "Hei, oh, wanita? Biasanya lelaki?" ia menatap bingung.

"Ah, halo, aku hanya sementara menggantikannya..."

"Oh, begitu. Kalau begitu, aku pesan 3 botol alkohol..." wanita itu memesan dengan semangat.

Lalu Elmera pergi ke lemari pendingin dan memberikan 3 botol alkohol.

"Terima kasih. Oh, ngomong-ngomong, apa kau tidak takut berjualan di malam hari? Apalagi gadis seperti mu?" tanyanya.

Elmera terdiam, dia bahkan langsung mengusap leher belakangnya dengan tak nyaman. "Um... Aku, tidak tahu... Tapi aku yakin itu tidak ada kok."

"Baiklah, aku hanya memberi tahu saja. Sampai jumpa..." wanita itu lalu berjalan pergi.

Setelah itu Elmera menatap lemari pendingin yang kosong. "Hm... Aku akan mengisi ulang..." Dia berjalan ke gudang kecil.

Ketika mencari kardus yang bertuliskan alkohol, dia membutuhkan waktu hingga menemukannya, lalu mengambil beberapa botol dan keluar dari lorong gudang untuk meletakkan botol itu ke lemari es.

Tapi siapa sangka, lampu tiba-tiba mati membuat semuanya gelap dan Elmera terkejut. "Akh!! Shit!!" Dia sempat shock, lalu menghela napas untuk tetap tenang.

"Huf... Hanya perlu tenang, Elmera... Aku ingat apa yang dikatakan Gavin, bahwa tokennya ada di sana..." Dia harus kembali ke gudang dan meraba-raba token untuk menyalakannya. "(Aku tak tahu apakah ada yang sengaja... Aku hanya harus tak peduli...)" pikirnya. Lalu lampu kembali menyala dan dia bisa melanjutkan mengisi bahan-bahan dari gudang.

Setelah itu ada bunyi bel kasir yang membuat Elmera mendekat. "Hei, mau pesan apa?" tanyanya.

Rupanya seorang pria dengan wajah yang kusut, dia tampak lemas lalu menghela napas panjang, seolah tak punya harapan hidup.

Itu membuat Elmera tertarik untuk bertanya. "Um... Apa kamu baik-baik saja? (Ini bukan makhluk buruk, kan?)"