Chereads / IDOLIZE / Chapter 30 - Bab 27: Undangan

Chapter 30 - Bab 27: Undangan

Pada ruang tunggu pengadilan yang penuh suasana tegang, Lea duduk dengan pandangan serius sambil merapikan dokumen-dokumen di tangannya. Hari ini, ia berada di sini untuk memastikan kasus stalker Dewi dan pengeroyokan terhadap Rian diproses secara hukum. Sambil menunggu, dirinya tidak bisa berhenti melirik jam tangan, berharap bahwa pengacara yang telah dipesannya bisa muncul dengan segera."Lama amat sih dia, padahal aku mau bahas ini itu..." gumam gadis tersebut kesal.Sedangkan di seberang, sang lawan telah siap dengan segala yang diperlukan. Pengacara mereka telah datang serta dibarengi dengan orang tuanya sebagai wali. Berbeda dengan Lea yang hanya datang sendirian tanpa didampingi seorang pun. Walau begitu, bagi dirinya yang telah sering menangani banyak kasus, hal seperti ini tidak menurunkan mental sekalipun."Sori sori, bikin kamu nungguin. Tadi keasyikan baca kasusnya, jadi bablas."Akhirnya, seorang pria dengan jas rapi dan koper kulit muncul dari pintu masuk. Begitu matanya tertuju pada Lea, ia segera menghampiri dengan senyum ramah."Justru aku yang harusnya ngomong sori. Harus bikin kamu repot-repot dateng buat bantuin, kali aja lagi banyak kasus yang harus ditangani sana sini kan...""Apa coba, justru aku bakal dateng kalau kamu yang minta. Karena tiap kali menyangkut Lea, selalu saja kasusnya menarik dan lebih penting lagi punya peluang menang tinggi." ujarnya sambil duduk di sebelah Lea, menerima dokumen yang ia sodorkan."Tanding aja belum, udah yakin menang aja. Kali ini cukup rumit loh kasusnya." Balas Lea sembari menjelaskan rinciannya.Pengacara itu mulai membaca dokumen-dokumen yang Lea berikan. Begitu melihat bahwa nama seseorang yang ia kenal muncul menjadi korban dari kasus tersebut, ia tak bisa menahan tawa kecil."Yang bener? Aku emang udah baca sebelumnya, tapi sumpah ini beneran? Dia jadi salah satu korban, mana pengeroyokan lagi." ujarnya sambil menggeleng heran."Bener kok. Emang nekat banget tu cowo. Bahkan di kasus ini, dia sengaja diam saat dikeroyok demi memperkuat bukti." Lea berbisik saat mengatakan hal tersebut kepada temannya.Pengacara tersebut tertawa kecil, berusaha menahan ekspresinya agar tetap profesional."Baiklah, seusai aku membaca semuanya lagi. Kurasa, bukti dan catatan kasus ini cukup kuat. Kuyakin pihak lawan bakal dibuat susah karenanya.""Kalo seorang Irwan Sitorus aja sampai bilang gitu, aku jadi agak tenang."Setelah menyelesaikan persiapan akhir, mereka berdua bangkit dan berjalan bersama menuju ruang sidang. Lea menatap ruang pengadilan di depan mereka, penuh keyakinan bahwa kali ini kasus ini akan menemukan keadilan yang pantas bagi mereka berdua.Setelah berminggu-minggu pengadilan yang melelahkan, kabar kemenangan akhirnya tiba. Lea berhasil membawa kasus ini menuju kemenangan penuh, memastikan bahwa pelaku mendapatkan hukuman penjara atas tindakannya yang mengancam dan melakukan pengeroyokan. Selain itu, pelaku diwajibkan membayar ganti rugi kepada Rian atas cedera yang dialaminya. Dalam proses panjang ini, baik Dewi maupun Rian turut hadir sebagai saksi, menghadapi masa-masa sulit namun berakhir dengan keadilan. Beruntung, kasus tersebut tak menarik banyak sorotan media, sehingga mereka dapat menyelesaikannya dengan lebih tenang."Memang benar, kalau Lea yang ngurusin bakal cepet kelar...""Setiap pertempuran didasarkan atas tipu daya. Aku cuma beruntung aja mereka bisa tertipu kok, terlebih lagi gara-gara tindakan sembronomu itu, jadi kita bisa punya peluang menang tinggi." Balas Lea kepada Rian sementara menikmati roti cubir yang menandakan kemenangan penuhnya."Anu... produser dan manajer yakin aku gak perlu ngasih apa-apa? Kalian dah direpotin banget sama kasusku loh...""Udah, ga perlu mikirin itu lagi. Kamu beliin aku kue cubir aja dah cukup kok. Atau kepikiran biaya pengacara? Ga usah, dia kan dapet duit juga dari ganti rugi kasus."Walau sudah diberitahukan hal tersebut Dewi berulang kali mengucapkan terima kasih kepada setiap staf yang membantunya, tetapi baik Rian, Lea, maupun staf lainnya menanggapinya dengan ringan, menyatakan bahwa keselamatan Dewi adalah prioritas utama mereka.Dari kasus ini, agensi RP710 menyadari pentingnya melindungi privasi setiap idol. Maka dari itu para staff segera memperkenalkan peraturan baru untuk semua idol dalam agensi. Salah satunya adalah batasan ketat terkait unggahan di media sosial, berupa setiap status atau foto kegiatan di suatu tempat hanya boleh diunggah setelah kegiatan tersebut selesai. Selain itu, idol diharuskan membatasi konten pribadi, hanya dibagikan dengan orang-orang terdekat, guna menjaga keamanan."What?! Dibatesin?! Jadi gue harus nge-post abis selese main gitu? Gak asik banget ah..."Tentu saja yang beberapa bentuk penolakan mereka dapati, terutama bagi setiap gadis-gadis yang memang hidupnya bergantung dari media sosial seperti Valentin dan Istar."Aku juga paham mengenai penolakan kalian kok. Tapi inget lagi, apa yang baru saja terjadi sama Dewi. Kami, para staff agensi, gak mau kalau kalian terkena bahaya karena resiko tersebut.""Tapi...""Maaf ya semuanya... gara-gara aku..." Dewi menunduk penuh bersalah."Engga, engga. Bukan lu yang salah kok Dewi... duh, ah, bingung jadinya gue..."Akhirnya mereka mau menerima peraturan tersebut selepas Lea menjelaskan risiko yang Dewi alami dan bagaimana ancaman seperti ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa pandang bulu. Aturan keamanan juga mencakup langkah-langkah tambahan seperti, setiap member harus segera melapor jika melihat atau mengalami tindakan mencurigakan dari orang asing, termasuk tanda-tanda perilaku seorang stalker."Agak bahaya ternyata stalker itu, kupikir cuma orang gabut yang suka liatin profil orang.""Jadi kaya penguntit ya? Atau emang penguntit masuknya.""Udah masuk kriteria penguntit sih itu, jadi takut kalo beneran diikutin kaya Dewi."Para gadis lain seperti Yuna, Lily, serta Cia tengah membahas mengenai penjelasan yang baru saja selesai tadi."Napa pada takut gitu sih, kalo ada yang ikutin ya tinggal lawan aja! Gebuk!""Buat Wulan sih emang bisa ya, tapi kalo cewek kaya kita sih mustahil." Balas Rain menunjukkan wajah penuh pasrahnya."Hah? Aku cewek kok! Sama, bisa-bisanya produser bisa kena keroyok begitu.""Bener, seharusnya produser tuh bisa jadi pelindung buat kita. Tapi malah keok."Gadis-gadis muda tersebut kini mengalihkan pandangan kepada produser mereka yang masih terdapat beberapa perban bekas lukanya. Mendapati tengah dipandang begitu tajam, Rian berbalik ke arah mereka dan segera memahami bahwa pandangan mereka soal dirinya telah menurun."Produser lemah.""Cupu.""Ga bisa diarepin.""Payah."Secara berurutan ucapan penuh hinaan ia terima dari mereka semua membuat Rian segera terkena damage begitu besar. Ia sama sekali tidak bisa membalas dan hanya bisa menunduk lemas, sementara Dewi berusaha menenangkan sang produser yang telah benar-benar kalah telak."Tapi produser dikeroyok loh? Aku kalo dikeroyok juga ga bakal bisa menang." ujar Wulan yang ingin membela sang produser."Udah Wulan ga usah ikut-ikutan !" balas Lily yang terlanjur kesal kepada produsernya, sehingga Wulan sampai kena semprot."Aku ngelakuin itu buat bikin kasusnya menang loh... huhu..." ucap Rian berusaha menyemangati dirinya sendiri.xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxBeberapa hari setelah kondisinya dinyatakan pulih, Rian datang ke kantor penerbit majalah dengan perasaan penuh harap dan ketegangan. Kali ini, pergi bersama Isla, Yuna, dan Istar yang kini menunggu dengan rasa penasaran di luar ruangan. Sementara sang produser menyiapkan mentalnya sebaik mungkin saat menunggu giliran bertemu editor, mengingat pentingnya kesempatan ini bagi Spica. RP710 baru saja menerima tawaran untuk majalah edisi online ini, penerbit menginginkan model yang masih muda dan berpenampilan menarik untuk menarik minat pembaca."Permisi, saya Produser Rian dari agensi RP710.""Ah, Spica ya? Silahkan duduk, silahkan."Rian masuk ke ruang pertemuan, menyapa editor dengan profesional. Begitu pertemuan dimulai, Rian langsung mempromosikan potensi masing-masing gadis yang ia bawa. Pertama, ia menjelaskan keunikan Isla, dengan tubuh mungil dan wajah imut yang cocok untuk konsep apa pun yang berfokus pada gaya manis dan youthful."Setelah mendengar tawaran dari bapak, saya telah membawa beberapa gadis yang cocok bagi pemotretan tersebut. Berikut lampirannya, yang pertama adalah Isla, gadis tersebut memiliki pesona misterius namun imut yang cukup digemari fans belakang ini."Selanjutnya, Rian beralih ke Yuna. Dengan ketenangan penuh, ia menyoroti sisi pendiam dan karismatik dari Yuna, yang membuatnya terlihat begitu cool dan misterius."Kemudian Yuna, ia tepat untuk memberikan kesan cool beauty, cocok bagi jenis pemotretan yang menampilkan keindahan." ujarnya sambil menunjukkan beberapa foto konsep yang memaksimalkan gaya Yuna.Terakhir, Rian memperkenalkan Istar, yang punya gaya penuh tren dan energi khas remaja masa kini."Terakhir ialah Istar, ia selalu tampil kekinian dengan gaya busana yang menonjolkan tren terbaru, yang sempurna untuk remaja modern." jelasnya dengan yakin.Setelah menyimak setiap rincian yang dibawa oleh Rian, Direktur Editorial dan Redaktur Pelaksana melakukan evaluasi mendalam mengenai para kandidat dari Spica. Rian yang telah mengutrakan presentasi secara menyeluruh, merasa sedikit lega melihat tanda-tanda positif dari reaksi mereka. Namun ketika akhirnya para petinggi majalah tersebut menyatakan bahwa tawaran Spica akan ditangguhkan sementara, ia bingung bukan kepalang."Anu, maaf apabila saya kurang sopan saat menanyakan hal ini. Tetapi, apakah talenta dari agensi kami kurang memuaskan? Sehingga perlu ditangguhkan terlebih dahulu." Ucap Rian begitu pelan, berusaha tidak menyinggung pendapat yang telah diutarakan tadi."Kami berpikir jika gadis-gadis yang ditawarkan anda cukup menarik dan sesuai dari apa yang kami inginkan. Tetapi... perlu ditangguhkan sampai menerima keterangan lanjut dari agensi lain.""Agensi... lain?""Benar, kami perlu menunggu kedatangan dari agensi Sirius yang juga ikut serta menawarkan talent-nya."Mendengar nama Sirius diucapkan di hadapannya, pria tersebut langsung terdiam. Sirius adalah nama yang tak bisa diabaikan, sebagai grup idol terbesar di Indonesia dengan pengaruh kuat, kehadiran mereka tentu sangat diinginkan bagi berbagai media. Ia menyadari bahwa posisi Spica menjadi sangat sulit karena harus berkompetisi dengan Sirius."Kalau begitu... saya menunggu kabar baik dari anda, terimakasih banyak."Rian akhirnya menerima keputusan mereka dengan sedikit terpaksa. Sambil mengatur kembali dokumen-dokumen di tangannya, ia mencoba menyusun strategi baru dalam benak. Begitu keluar dari ruangan, wajahnya terlihat sedikit muram. Sedangkan Isla, Yuna, dan Istar yang sudah menunggu langsung menghampiri dengan penuh antusias, masing-masing berharap akan mendengar kabar baik."Bagaimana hasilnya, produser?" tanya Isla, matanya berbinar penuh harap."Ah... soal itu, mereka bilang kalau kalian memiliki kesempatan bagus. Hanya saja..." Rian menarik napas panjang, menahan sedikit perkataanya demi bisa menenangkan diri."Butuh sedikit waktu bagi mereka buat mempertimbangkan beberapa hal sebelum mutusin. Untuk sekarang, kita pulang dulu ke agensi, ya?"Ketiga gadis itu saling bertukar pandang, tampak bingung tetapi tetap mengangguk. Kemudian saat mereka hendak berbelok di koridor menuju pintu keluar, tiba-tiba tidak sengaja hampir menabrak sekelompok gadis-gadis. Mereka semua saling terdiam kaget karena hampir bertabrakan.Bahkan sebelum sempat Rian mengucapkan permintaan maaf, beberapa anggota Sirius menyapa mereka dengan ramah. Salah satu dari mereka tersenyum tipis dan berkata,"Maaf kami mengganggu jalan kalian.""Ah engga engga, kami juga meminta maaf karena menghalangi." Balas Rian sembari tersenyum penuh sopan, meskipun dirinya dipenuhi oleh rasa panik.Begitu Sirius berlalu, Istar menatap punggung mereka dengan ekspresi kagum."Gila... mereka kok kaya beda banget auranya ya. Siapa sih tadi?""Mereka kelihatan nggak asing. Seperti pernah lihat mereka di iklan atau... di acara-acara besar." Yuna ikut berbisik, suaranya lirih namun terdengar serius.Isla mengangguk pelan, sama terkesannya. "Kelihatan muda, tapi nampak berbeda. Sangat profesional sekali.""Barusan itu... generasi baru Sirius. Gadis-gadis tadi adalah debutan di generasi terbaru mereka, dapat dibilang... dari segi pengalaman dan umur seharusnya gak berbeda dari Spica." Balas sang produser.Mendengar penjelasan dari Rian, ekspresi ketiga gadis yang ada di depannya langsung berubah seketika. Mereka begitu terkejut, tidak percaya bahwa baru saja yang mereka lewati tadi adalah gadis-gadis dari rival terbesar mereka."Sumpah... itu dari Sirius? Seriously?""Kalau generasi barunya aja seperti tadi... berarti generasi di atasnya... pasti lebih jauh lagi ya."Pertanyaan itu membuat Rian ikut tertegun, kekhawatiran yang Yuna dan Istar alami merupakan hal yang teramat sangat wajar. Sirius adalah grup idol yang sudah lama dianggap sebagai standar tertinggi di industri ini. Masih sangat jauh bagi Spica untuk dapat menyamai kriteria grup tersebut. Walau begitu ia tidak ingin ketiga gadis itu larut dalam rasa kecil hati, mencoba membangun semangat mereka."Dengarkan aku. Sirius memang grup yang luar biasa, tapi setiap grup memiliki keunikan dan kekuatan masing-masing. Kalian, Spica, punya sesuatu yang tidak dimiliki grup lain. Kalian masih di awal perjalanan, jalan kalian masih panjang, dan semua hal dapat dicapai di atas panggung!"Istar, yang dari tadi mendengarkan dengan cermat, akhirnya mengangguk pelan meski masih terlihat sedikit ragu."Iya sih... tapi susah rasanya nggak merasa kalah. Lihat aja mereka... datang sendirian tanpa staf, pede banget. Sementara kita...""Lah, betul... mereka datang nggak bareng sama siapapun." Rian baru disadarkan oleh ucapan Istar tadi."Hah... memang benar kalau di atas langit masih ada langit..." gumam Yuna memegangi kepalanya, merasa begitu pasrah.Suara sorakan penonton memenuhi aula kecil yang diselimuti gelap, sementara cahaya hanya datang dari puluhan lightstick yang berkelap-kelip, mengikuti irama musik. Lea berdiri tegap di belakang, menyilangkan tangan di dadanya sembari mengamati penampilan Spica. Dia mengangguk puas, memperhatikan setiap detail dan menyadari bahwa kelima gadis di atas panggung — Valentin, Lily, Rain, Celi, dan Dewi — menampilkan performa yang nyaris sempurna, tanpa ada kesalahan sedikit pun. Mereka berhasil tampil dengan maksimal meskipun menari di panggung yang lebih kecil daripada sebelumnya.Meskipun acara ini hanya undangan kecil-kecilan untuk meramaikan studio, suasana live justru terasa penuh energi. Para penonton tak henti-hentinya meneriakkan nama-nama para gadis Spica, sorakan dan tepuk tangan mereka bergema di seluruh ruangan."Bagus, mereka masih tetap bisa profesional walau di tempat kecil begini. Dan dah banyak penggemar yang kebentuk kah." gumamnya pelan, merasa sedikit terharu melihat betapa Spica sudah mulai membangun tempat mereka sendiri di hati para penggemar.Seseorang tiba-tiba muncul di dekat Lea, sosok wanita berambut kecokelatan panjang, mengenakan jas rapi yang memberikan kesan berwibawa dan penting. Didekati oleh orang asing tersebut Lea mengernyit sejenak, bertanya-tanya siapa wanita ini yang tampak sangat berbeda dari para penggemar atau kru biasa. Kemudian wanita itu berbicara dengan suara tegas, bertanya,"Maaf, apa anda produser dari Spica yang tengah tampil di panggung itu?""Sepertinya saya belum bisa menjawab pertanyaan tersebut, akan lebih baik jika anda memperkenalkan diri terlebih dahulu bukan." Jawab Lea dengan senyuman tipis.Wanita itu tampak sedikit terkejut, tapi kemudian mengangkat alis sambil tersenyum, menyadari bahwa di depannya berdiri seseorang yang sama-sama tegas sepertinya."Wah, tidak saya sangka anda rupanya cukup jeli juga. Saya Sarina, produser dari Girlish 10." Ujar wanita tersebut sembari mengulurkan tangan.Lea menyambut uluran tangan itu dengan sikap tenang, "Oh, Girlish 10? Jadi, Anda produser dari grup idol yang memenangkan Dreamy Festival tahun ini?""Betul sekali." jawab Sarina dengan nada bangga."Saya sudah mendengar tentang Spica. Grup Anda punya reputasi cukup kuat, terutama kehadirannya pada Dreamy Festival. Dapati diakui, bahwa saya sedikit kagum... sehingga ingin bertemu dengan produser yang bisa menciptakan grup seberbakat itu di industri yang penuh kompetisi ini." Lanjutnya kembali."Terimakasih atas pujiannya tersebut. Tetapi sayang sekali, saya hanya manajer mereka. Produser kami sedang sibuk mengurus hal lain sekarang." Tanpa menunggu lama Lea segera mengeluarkan kartu bisnis berisikan keterangan berupa namanya."Cukup disayangkan. Padahal, saya ingin bertemu langsung dengan orang di balik layar yang bisa menjadikan grupnya kuda hitam di Dreamy Festival." Sarina hanya dapat mengangguk, mengamati kartu bisnis tersebut dengan wajah kecewanya.Lea menatap Sarina dengan heran. 'Mengapa seorang produser dari Girlish 10, yang notabene juara pertama Dreamy Festival, repot-repot ingin bertemu dengan Spica?' pikirnya. Bukankah seharusnya mereka lebih tertarik mendekati Kawaii Sekai, yang peringkatnya tepat di bawah mereka? Namun sebelum sempat bertanya, Sarina melanjutkan pembicaraan."Sejujurnya, saya dan hampir semua orang di industri ini tidak pernah mendengar nama Spica sebelum Dreamy Festival. Saat mereka tiba-tiba muncul di Dreamy Festival, banyak dari kami yang terkejut. Bahkan, saya pribadi bertanya-tanya bagaimana grup seperti mereka bisa lolos dalam seleksi yang begitu ketat." Ujar Sarina sambil melipat tangan di dadanya.Lea terdiam sejenak, merasakan ketegangan di antara mereka berdua. Tidak menyangka bahwa sebegitu kecilnya nama Spica di antara agensi-agensi lain."Saat itu, mereka tidak mengenakan outfit yang layak untuk live bukan, hanya sekedar T-shirt belaka. Tapi walau begitu, tarian... hingga semangat mereka... jauh melampaui realita. Saya seperti menyaksikan hantu yang tiba-tiba muncul dan mengejutkan semua orang."Lea tidak bisa menyembunyikan sedikit senyum kebanggaan yang tumbuh di bibirnya. Tetapi ia tetap berusaha untuk menjaga profesionalitasnya."Saya rasa, mereka hanya melakukan hal yang wajar, untuk tetap profesional di atas panggung." jawab Lea tenang.Sarina mengangguk, tampak berpikir dalam-dalam."Mungkin, jika Spica mengenakan outfit yang mencerminkan idol... mereka bisa saja mencapai juara dua, atau bahkan lebih tinggi. Saya pikir, Spica mungkin saja akan menjadi lawan yang sepadan bagi Girlish 10."Setelah mengatakan hal tersebut, produser Girlish 10 melangkah pergi dan lenyap dalam keramaian, meninggalkan Lea dalam kebingungan.'Apa sebenarnya maksudnya mendekati Spica seperti ini?' gumam Lea dalam hati, mencoba mencari tahu alasan di balik pertemuan itu.Menyadari sudah lama terlarut dalam pikiran, Lea segera menoleh ke panggung—baru sadar bahwa penampilan Spica sudah selesai. Tanpa menunggu lagi, dia bergegas menuju tempat gadis-gadis itu berkumpul yang terlihat sudah menunggu dengan raut wajah bingung."Maaf, maaf! Jadi bikin kalian nungguin. Tadi keasyikan ngobrol sama orang jadi terlena." Ucap sang manajer tersipu malu."Ngobrol? Sama siapa, manajer?" Valentin sangat penasaran mengenai hal itu."Produser dari Girlish 10." jawab Lea, masih dengan nada santai. Mendengar itu, setiap gadis spontan terkejut dan mendekat."Girlish 10?! Mereka yang peringkat satu di Dreamy Festival kemarin kan?! Ngomongin apa, manajer?" balas Dewi tidak percaya."Tadi... dia cuma ngomentarin live kalian. Katanya, punya potensi besar. Bahkan, bilang sendiri andai kalian tampil dengan outfit lebih bagus aja, mungkin bisa bersaing sama idol peringkat atas. Dan di masa depan, kalian bakal jadi lawan sepadan bagi mereka."Celi menatap Lea dengan penuh spekulasi. "Masa sih, kali aja... mereka lagi men-scout kita? Atau diam-diam memata-matai buat nyari kelemahan? Bisa jadi, kan?"Lily memutar matanya mendengar spekulasi Celi. "Kamu kebanyakan nonton drama, deh kayanya." ujarnya sambil tertawa."Entahlah, tapi kali aja ya kan, mungkin saja ada maksud tertentu. Yah, daripada bingung mikirin hal yang belum tentu, mending kalian siap-siap. Setelah ini, kita langsung pulang ke agensi. Aku dah ngekontak produser juga." Lea terkekeh sembari mengangkat bahu.Para gadis mengangguk, semangat mereka kembali fokus pada tugas utama. Valentin menatap Lea penuh keyakinan dan berkata,"Kalau produser Girlish 10 saja sampai ngeliat langsung, itu artinya kita memang bikin mereka waspada, kan? Spica dah jadi gede ya."Lea mengangguk sambil tersenyum bangga. "Semoga aja. Makanya jangan pernah nyerah buat latihan. Aku tau kok suatu saat pasti Spica bakal jadi segede idol top lain." ujar Lea dengan nada penuh dorongan.Dengan itu, Lea dan para gadis Spica meninggalkan venue. Di balik kesibukan mereka, percakapan dengan produser Girlish 10 tadi tetap membekas di hati Lea—menjadi pengingat akan tantangan yang kian dekat dan juga kesempatan yang menanti mereka di masa depan.xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxSepulang dari latihan, para gadis Spica mendapati pemandangan tak terduga di kantor agensi. Seorang pria berjas rapi duduk santai di sofa, berbincang dengan Dara yang tampak serius."Loh, siapa tuh?" bisik Istar sambil memandangi pria tersebut dari jauh.Menyadari kehadiran mereka, Dara segera mengalihkan pandangan dan memanggil produser untuk segera mendekat ke sana."Produser, perkenalkan, beliau merupakan salah satu staff dari grup idol Sirius. Kedatangannya kemari untuk berbicara dengan anda." katanya dengan nada ramah, memperkenalkan pria berjas tersebut.Para gadis terkejut sekaligus penasaran. 'Sirius? Agensi idol terbesar itu?' gumam mereka dalam hati, bertukar pandangan seolah tak percaya."Jadi anda produser dari Spica, perkenalkan saya Andik." Sapa pria tersebut begitu tegas."Salam kenal, Pak Andik. Saya Rian, Produser dari Spica. Maaf membuat anda menunggu di ruangan yang penuh ini. Sebaiknya kita pindah ke ruangan yang lebih luang saja."Rian pun menyambut Andik dengan sopan dan membawanya ke salah satu ruangan untuk berdiskusi lebih lanjut. Tentu saja, rasa ingin tahu para gadis tak bisa dibendung. Mereka saling berpandangan dengan penuh arti, lalu bergerak mendekat dan berdiri di belakang pintu untuk menguping percakapan mereka.Di dalam ruangan setelah mereka duduk, Andik memperkenalkan diri dengan suara yang terdengar jelas ke luar ruangan, cukup untuk didengar oleh para gadis yang berdesakan di pintu."Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih karena sudah repot-repot datang ke agensi kami, Pak Andik.""Tidak mengapa, justru saya juga berterimakasih karena Pak Rian mau meluangkan waktunya. Maksud dari kedatangan saya kemari untuk menyampaikan undangan khusus dari kami." jelas Andik dengan nada tegas."Undangan... khusus?" tanya Rian penuh tertarik.Andik mengangguk dan melanjutkan,"Betul. Kami ingin mengundang Spica untuk tampil di acara Siapa Beranigameshow yang cukup terkenal di UTube. Acara ini menampilkan berbagai tantangan lucu dan menantang untuk para idol. Tim kami berpikir bahwa Spica akan menjadi tambahan yang menarik bagi episode mendatang."Di balik pintu, para gadis semakin semangat menguping. Rain berbisik,"Siapa Berani, aku kaya pernah denger? Bukannya itu yang banyak uji nyali, tantangan aneh, dan lainnya?""Iya, banyak artis, band, sampai idol terkenal pernah ikut di acara itu." Balas Cia begitu semangat.Begitu mendengar penjelasan dari Andik tentang popularitas acara Siapa Berani, Rian tidak bisa menahan keterkejutannya. Ia tahu acara tersebut adalah salah satu program hiburan daring terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 5 juta subscriber dan rata-rata setengah juta lebih penonton per episode."Jadi... Siapa Berani benar-benar ingin mengundang Spica untuk tampil bersama Sirius?"Dalam benaknya, ini bukan sekadar peluang kecil—acara sebesar itu akan memberi Spica sorotan nasional yang tak pernah ia bayangkan."Benar sekali, Pak Rian. Untuk segmen spesial akhir tahun, mereka ingin menghadirkan bintang tamu dari grup-grup idol. Karena Sirius memiliki hubungan baik dengan pihak produksi, mereka juga diminta merekomendasikan grup idol lainnya yang sekiranya mampu memeriahkan suasana. Spica termasuk dalam daftar undangan kami." Jawabnya tersenyum ringan."Dari Sirius sendiri merekomendasikan kami? Benar-benar tidak terduga, saya tidak bisa mengutarakan terimakasih yang begitu besar terhadap Sirius."Di balik pintu, para gadis semakin sulit menahan kegembiraan mereka. Istar yang sudah tersulut semangat, hampir saja berseru,"Kita bakal tampil di UTube bareng Sirius!"Valentin menepuk lengannya dengan cepat. "Shh! Jangan berisik!" bisiknya, meski dia sendiri pun menahan diri untuk tidak ikut berteriak bahagia.Rian yang menyadari bahwa para gadisnya sedang menguping berusaha untuk segera menutup kebisingan tadi dengan sebuah obrolan."Kami akan mempersiapkan semuanya. Apakah ada sesuatu yang spesifik yang perlu kami perhatikan untuk persiapan di acara ini?""Persiapan? Tidak ada persiapan khusus kok.""Jadi, tidak perlu persiapan khusus, ya, Pak?" tanya Rian, masih terdengar agak ragu."Iya, kehadiran Spica bisa dikatakan hanya untuk meramaikan saja, terutama mengenalkan grup-grup idol baru juga.""Kami... sangat menghargai undangan dari Sirius. Namun, saya tidak yakin apakah Spica cukup pantas untuk acara besar seperti itu. Apalagi, tamu utamanya adalah Sirius, idol nomor satu di Indonesia."Pak Andik tertawa kecil, mencoba meredakan kekhawatiran Rian. "Jangan khawatir, yang datang bukan hanya Spica saja, namun ada grup pendatang yang lain. Seperti Girlish 10 dan Kawaii Sekai."Mendengar kedua nama tersebut diucapkan oleh Pak Andik, rasa penuh ragu yang ada pada hati Rian kini sirna seketika. Padahal ia merasa begitu minder karena harus berhadapan langsung dengan Sirius setelah tadi di penerbit berjumpa dengan generasi baru mereka, tapi mendengar bahwa mereka juga akan mengundang rival lain, tentu Spica tidak bisa menolak.Di balik pintu, para gadis Spica semakin bersemangat mendengar hal tersebut. Mereka saling pandang dengan ekspresi antusias, membayangkan peluang besar ini. Menyaksikan kalau kehadiran gadis-gadis di depan pintu itu semakin menjadi-jadi, Lea segera turun tangan dan mendekat. Ia pun berbisik,"Udah kan ngupingnya, ga baik tau.""Tapi manajer, lagi rame ini obrolannya! Katanya Girlish 10 sama Kawaii Sekai bakal ikut juga." Ujar Wulan hati-hati menahan suaranya."Hah? Mereka diundang juga?!"Tetapi sebelum sempat mereka menguping lebih jauh, pintu terbuka dengan tiba-tiba. Semua gadis yang sedang menguping terkejut, dan dalam satu detik, beberapa di antaranya hilang keseimbangan dan terjatuh ke lantai dengan gaya yang canggung. Hanya ada Lea dan Valentin saja yang masih berdiri tegak, sementara yang lain hanya tersenyum gugup ketika jatuh di lantai.Rian memandang mereka dengan wajah yang merah karena malu. "Maaf, Pak Andik, para gadis ini... sepertinya terlalu bersemangat."Pak Andik hanya tersenyum penuh pengertian, tampaknya tidak terganggu oleh kejadian tersebut."Tidak masalah, Pak Rian. Semangat mereka menunjukkan bahwa mereka memang memiliki keinginan kuat untuk ikut serta. Itu bagus," katanya sambil tersenyum.Para gadis buru-buru berdiri, berusaha merapikan diri. Dengan pipi yang memerah, mereka membungkuk dan meminta maaf. Lea menundukkan kepala sambil berbisik pelan pada anggota lainnya, "Kalian, kan, sudah aku bilang jangan terlalu dekat..."Setelah itu, Pak Andik berpamitan dan menepuk bahu Rian, tersenyum sambil berkata,"Saya tunggu kabar baiknya dari kalian, Spica."xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxSelepas kepergian Pak Andik, Rian mengumpulkan setiap orang. Ruangan tengah kantor dipenuhi oleh gadis-gadis Spica yang mengelilingi Rian dan Lea dengan tatapan penasaran sekaligus gugup. Rian memulai dengan penjelasan singkat karena meyakini bahwa mereka sudah cukup dapat banyak informasi dari menguping tadi."Jadi, Spica mendapat undangan dari Sirius untuk tampil di acara Siapa Berani. Kemudian acaranya dilaksanakan dua minggu lagi."Sejumlah gadis langsung bergumam skeptis. "Kenapa Sirius mau mengundang kita? Padahal mereka standarnya gak bisa terjangkau sama kita loh." ujar Valentin, mengernyit."Iya. Aku dah pernah liat video live dari generasi baru mereka. Sirius itu... kualitasnya luar biasa. Gaya mereka, stamina, dan suara—seakan nggak ada celah." Balas Lily makin menurunkan motivasi setiap gadis."Dari pemikiranku, ini bisa jadi cara Sirius untuk promosi generasi baru mereka, sambil mengingatkan publik bahwa, meski ada grup idol baru yang bermunculan, Sirius tetap di puncak. Jadi, mereka undang grup yang baru saja naik daun seperti kalian buat menonjolkan diri." Lea menyilangkan tangan di dada."Kalian kok pada negatif gitu sih, padahal ini peluang bagus Spica buat nunjukin muka di hadapan penonton loh. Kita bakal tampil di Siapa Berani, yang penontonnya aja bisa sampai 500 ribu orang loh!"Para gadis saling bertukar pandang, sedikit terhibur akan ucapan produser mereka walau masih menyimpan kegugupan. Tak lama ia kembali menyambung,"Oke, sekarang mari kita bahas siapa aja yang bakal tampil di acara itu. Karena Sirius adalah pusat perhatian, kalian harus siap secara mental dan fisik."Mendengar pembicaraan tentang anggota yang akan tampil, beberapa gadis mulai angkat tangan penuh semangat."Aku mau ikut!" seru Cia dengan mata berbinar."Sepertinya menarik, aku juga jadi tertarik ikut.""Kesempatan ini gak tau bakal keulang lagi atau engga. Ikut gak ya...""Bisa tampil di depan ratusan ribu orang, live lagi, kenapa engga?"Diantara antusiasme gadis lain, terdapat seseorang yang nampaknya hanya terdiam penuh keraguan. Ia mengangkat tangan, tetapi bukan menyatakan ingin bergabung namun lebih ke memastikan."Produser, beneran Girlish 10 sama Kawaii Sekai bakal ikut?" tanya Celi, memecah semangat mereka semua dengan ucapan tersebut."Ya, mereka bakal ikut."Sebenarnya Celi ingin ikut sebab terdapat Sirius di sana, ia ingin belajar lebih lanjut mengenai bagaimana Sirius bisa menjadi sebesar dan sehebat sekarang. Tetapi mendengar bahwa Girlish 10 dan Kawaii Sekai mungkin juga akan hadir, ia mengurungkan niatnya. Menghela nafas, matanya menunjukkan kegelisahan."Kalau gitu... mungkin aku enggak ikut, deh. Kemampuanku masih belum cukup buat ngimbangi mereka..."Istar menyenggol bahu Celi, berusaha menyemangatinya."Lu tuh hebat tau, Celi. Bukannya pas kan buat ikut, sekalian nunjukin kalo lu dah berkembang ke mereka?""Benar apa kata Istar. Spica sudah berkembang sejak Dreamy Festival, termasuk kamu, Celi. Coba pikirkan, berapa banyak idol yang bisa berhasil karena mengambil kesempatan langka seperti ini?" Yuna yang ada di sampingnya ikut mendorong Celi agar ikut serta.Celi terdiam sesaat, namun anggukan kecil tampak di wajahnya. "Iya, mungkin benar juga. Tapi tetap saja rasanya menakutkan. Sebaiknya yang lain saja."Di tengah antusiasme yang menyala-nyala, Lea teringat sesuatu kemudian mengangkat tangannya, menarik perhatian semua orang."Eh, tunggu dulu! Kita harus lihat jadwal kalian sebelum beneran netapin siapa yang bakal ikut.""Mengenai jadwal, biar saya tunjukkan. Isla, Yuna, dan Dewi, kalian sudah memiliki schedule untuk live studio pada hari itu." Dara segera membuka tablet yang terdapat pada tangannya, membacakan jadwal dari setiap gadis."Eeh... ga bisa diundur atau diganti jadwal lain kah...?" tanya Dewi berusaha untuk bernegosiasi.Maaf, Dewi. Acara itu sudah diset jauh-jauh hari. Pikirkan juga mengenai para penggemar yang ingin menantikan kehadiran kalian. Lalu, Lily dan Rain, kalian berdua ada audisi untuk serial internet yang nggak bisa ditunda.""Audisi? Aduh, kenapa harus di tanggal yang sama, sih? Kalau audisinya bisa di-reschedule pasti lebih enak." Lily mengerutkan alisnya, kecewa."Yah... padahal aku pengin ikut. Tapi gak mungkin juga kan mundurin jadwal audisi, mau gak mau terima aja, Lily." Balas Rain.Celi yang dari awal memang sudah ragu, menambahkan, "Kalau aku pass, nggak ada rencana buat ikut. Kalau bisa, fokusin jadwalku ke latihan aja.""Kalau begitu, kita tinggal punya Istar, Valentin, Wulan, dan Cia. Setidaknya kalian empat orang masih bisa ikut." Seru Rian selepas Dara selesai membacakan jadwalnya dari tablet.Keempat gadis yang disebutkan segera tampak semangat, tapi di sisi lain, yang lain menunjukkan wajah kecewa. Isla mendesah,"Aku sangat ingin ikut padahal..."Yuna mengangguk, terlihat kesal tapi berusaha tetap tenang. "Iya, padahal dah semangat banget mau tampil bareng idol gede. Tapi ya sudah, mungkin ada kesempatan lain."Valentin yang mendengar keluhan teman-temannya mencoba menghibur."Jangan kecewa! Kalau kita sukses tampil di sana, mungkin saja nama Spica jadi lebih besar, dan suatu hari nanti semua pasti kebagian gilirannya!"Cia, yang terlihat senang tapi juga memahami perasaan teman-temannya, ikut menyemangati. "Iya, bener. Kalian harus dukung kita dari sini, ya? Nanti kita cerita semua pengalaman seru yang kita alami!""Ah... satu lagi yang lupa kusampaikan. Acara itu cuma punya tiga slot bagi tiap grup. Sama yang terakhir, acaranya bakal diadakan di Bali.""Di Bali?!!" semua gadis serentak mengucapkan keterkejutannya, tidak mengira bahwa acara tersebut akan diadakan di tempat sebagus itu."Tiga slot... itu artinya..." Sedangkan keempat anggota yang luang kini saling bertukar pandang."Bali ya... pasti acaranya outdoor, banyak kegiatan fisik. Wulan cocok nih, tenaganya kuat dan larinya cepat." Saran Lea seketika."Aku?! Siap deh! Bakal kubawa kemenangan buat Spica di tu acara!" Wulan tersenyum puas, lalu memukul dadanya pelan.Rian melanjutkan, "Selain itu, acara seperti ini kadang ada segmen tes kepintaran juga. Sebenernya aku berniat buat bawa Isla atau Yuna, tapi karena mereka ada jadwal..."Valentin yang sejak tadi menyimak dengan seksama langsung menawarkan diri, "Bagian itu bisa aku tangani. Tenang saja, walau mungkin tidak sepintar mereka berdua, aku ini mahasiswi. Jadi masih terasah otaknya."Lea tersenyum pada Valentin, "Oke, kalau kamu sendiri yang bilang. Kita bisa bawa Valentin.""Yang terakhir..."Rian dan Lea sama-sama melirik kepada Cia dan Istar yang sama-sama penuh deg-degan. Kini hanya meyisakan satu slot saja, yang berarti salah satu dari mereka akan ditumbangkan. Istar yang dari tadi diam-diam berharap ikut segera berseri-seri, menatap Lea dengan harap-harap cemas. Sementara Rian tengah berbincang sejenak dengan Lea, Cia menggigiti jarinya sendiri penuh khawatir."Hmm... Siapa Berani tuh acara yang gede... dan pasti bakal banyak tampil di hadapan kamera. Jadi, anggota yang terakhir dan cocok... mungkin Istar. Kamu yang paling tahu cara menarik perhatian di hadapan lensa." Ucap Rian pelan.Istar tersenyum lebar, "Oh, don't worry! Gue janji bakal tampil maksimal di depan kamera!"Cia yang tadinya sudah penuh harapan tiba-tiba berubah kecewa. "Eh, serius? Aku nggak kepilih?""Waduh... sayang sekali. Padahal tadi dah pamer loh hahaha..." balas Wulan menggoda gadis tersebut.Celi tertawa kecil, menggoda Cia. "Hayo, jadi nggak jadi nih pergi ke Bali?" Cia tertawa sambil pura-pura manyun.Valentin menepuk bahu Cia. "Tenang aja, Cia! Nanti kita bakal cerita semuanya pas balik dari sana." Seakan menirukan ucapan yang tadi diucapkan olehnya."Kamu latihan aja bareng sama Celi, gimana?" tawar sang manajer demi membujuk dirinya."Oke deh, aku latihan yang rajin. Tapi sebagai gantinya. Kalian yang kepilih harus bikin Spica bangga, ya. Jangan malu-maluin." Cia tersenyum kembali, meskipun ada sedikit raut kekecewaan.Setiap gadis mengangguk setuju, lantas Rian pun merangkum keputusan."Baik, jadi tim kita untuk gameshow di Bali yaitu Wulan,Valentin, dan Istar!"