Sinar matahari pagi masuk dengan lembut, menyusup melalui celah-celah tirai dan perlahan membangunkan Valentin. Sayup-sayup, terdengar suara yang memanggil namanya terus menerus. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia mengintip dari balik selimut dan mendapati Wulan berdiri di samping tempat tidurnya dengan senyum lebar, memanggilnya berulang kali dengan penuh semangat.Valentin menghela napas, setengah tertawa melihat antusiasme Wulan yang tak pernah padam."Iya, iya, aku dah bangun kok, Wulan." katanya sambil meregangkan tubuh.Namun, kesadaran Valentin segera terpaku pada Istar yang masih pulas, memeluk bantal dengan erat sambil bergumam pelan,"Bentar..." Suara malasnya membuat Valentin menggelengkan kepala."Istar... bangun dong, nanti kita telat!!!" tetapi berulang kali Wulan memanggil, gadis tersebut justru semakin menutupi kupingnya dengan bantal empuk."Gimana nih...""Aku ada satu cara ampuh biar dia bangun." Valentin tersenyum nakal.Setelah mencuci muka agar lebih segar, Valentin mendekati Istar yang masih terlelap, lalu dengan hati-hati meneteskan sedikit air dingin di tengkuk lehernya."HWAA—!!!"Seketika, Istar melompat dari tidurnya dengan mata terbelalak. Ia tampak bingung dan memegang lehernya, mencari tahu asal sensasi dingin tersebut.Melihat Istar yang terbangun dengan wajah kaget, Wulan menahan tawanya. Menyadari hanya ada satu orang di dekatnya, ia langsung memelototi Wulan, menuduh dia sebagai sang pelaku. Tetapi cepat-cepat mengangkat tangan."Bu-Bukan aku! Itu idenya Valentin!"Istar menoleh dengan cepat ke arah Valentin, namun gadis itu sudah melesat ke kamar mandi sambil berteriak dari dalam, "Kamar mandinya kupake dulu!"Selesai mandi dan bersiap, ketiganya berkumpul di kantin hotel untuk sarapan. Istar masih memandang Valentin dengan wajah setengah kesal, mengingat cara gadis itu membangunkannya dengan tetesan air dingin yang menyusup di tengkuk leher. Sementara itu, Wulan sudah duduk dengan ceria, menikmati segelas jus jeruk dan sarapan paginya, tampak tak sabar untuk memulai acara hari itu."Ngapain sih pagi-pagi gini bangun..." ujar Istar penuh geram.Rian, sang produser, duduk di ujung meja mereka, tersenyum mendengar obrolan riuh para gadis. Ia menjelaskan,"Kita harus bangun pagi gara-gara perjalanan dari sini ke lokasi pertama agak jauh. Jadi, mau gimana lagi... ahaha..."Wulan menoleh ke arah Istar dan Valentin yang terlihat masih agak mengantuk, terutama Istar yang terus mengusap-usap matanya."Ih, kenapa sih kalian berdua susah banget dibangunin pagi-pagi? Padahal seharusnya kan orang itu bangunnya pagi.""Wulan, nggak semua orang kayak kamu yang selalu segar bugar setiap pagi, ya. Apalagi kalau sudah jadi mahasiswa. Kita itu tiap malem sering begadang buat ngerjain tugas, bangun pagi bagai misi yang mustahil."Istar mengangguk, setuju dengan penjelasan Valentin sambil bergumam, "Correct. Gue juga bukan tipe morning person...""Justru sia-sia banget kalo gak bisa nikmatin sinar mentari pagi..." Wulan mengerutkan dahi, masih bingung.Rian hanya bisa tersenyum, menikmati keakraban mereka yang menghangatkan suasana pagi itu. Pembicaraan mereka membuatnya merasa seolah memiliki tiga adik yang selalu membuatnya tertawa. Di tengah kesibukan mereka sebagai idol, obrolan ringan seperti ini seakan menjadi pengingat betapa mereka tetap memiliki sisi remaja yang polos dan apa adanya.xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxPerjalanan pun dimulai dengan para grup idol menaiki mikrobus menuju lokasi syuting. Hiruk pikuk kota yang penuh oleh turis, mulai tergantikan oleh pemandangan yang berubah drastis menjadi hutan lebat dengan pepohonan tinggi menjulang, memberikan suasana asri sekaligus misterius. Ketiga gadis dari Spica—Wulan, Valentin, dan Istar—takjub melihat rimbunnya pohon yang seakan melingkupi mereka dari segala arah. Wahana rintangan tinggi yang terpasang di antara pepohonan pun semakin membuat mereka penasaran tentang tantangan apa yang akan mereka hadapi.Begitu mereka turun, kru dan staf acara sudah bergerak sigap, menurunkan perlengkapan dengan cekatan. Kamera-kamera dipasang di sudut-sudut yang menjanjikan pengambilan gambar terbaik, sementara panitia berkoordinasi dengan pemilik lokasi untuk memastikan keamanan dan kelancaran acara. Setiap produser, termasuk Rian, membagikan briefing terakhir kepada para idolnya.Rian menyampaikan beberapa pesan singkat kepada Wulan, Valentin, dan Istar."Kalian tetap ingat karakter masing-masing, ya. Lakukan yang terbaik dan saling bantu. Tantangannya mungkin cukup sulit, tapi ini kesempatan buat tunjukin kekompakan Spica.""Siap, Produser!" jawab Wulan penuh semangat. Istar dan Valentin saling pandang, masing-masing mengangguk. Walau tak ada yang tahu tantangan seperti apa yang akan datang, tetapi mereka siap melaluinya bersama.Acara dibuka dengan sesi perkenalan yang disiarkan langsung di UTube, sehingga para penonton bisa langsung mengikuti. Grup pertama yang tampil adalah Sirius. Ketiga gadis dari Sirius tampil anggun dan profesional, dengan pose yang memancarkan kepercayaan diri tinggi. Mereka menyapa penonton dengan gaya khas mereka yang elegan dan tenang, membuat semua orang terpukau.Selanjutnya, Girlish 10 yang dikenal dengan gaya ceria dan penuh imut, membawakan perkenalan mereka dengan tawa riang dan energi yang mengundang senyum. Mereka memperkenalkan diri dengan penuh semangat, menunjukkan sisi keakraban antar anggota yang membuat penonton ikut merasa dekat.Ketiga ialah Kawaii Sekai yang tampil dengan gaya cool dan penuh percaya diri. Setiap anggotanya tak segan menunjukkan aura persaingan yang kuat, menekankan karakter mereka sebagai gadis-gadis yang tak mau kalah. Mereka membawa suasana yang tegas namun memikat, meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton.Terakhir, giliran Spica yang memperkenalkan diri. Tidak seperti grup lain yang tampak seragam dalam karakter masing-masing, keunikan Spica justru ada pada perbedaan dan dinamika mereka. Wulan yang enerjik, Valentin yang classy, dan Istar yang selebriti berinteraksi dengan cara yang unik tetapi tetap saling mengisi, menerima kekurangan masing-masing dengan canda dan tawa. Perkenalan mereka diiringi dengan ekspresi lucu dan senyum hangat yang membuat penonton melihat mereka sebagai kelompok yang relatable dan menyenangkan.Setelah semua grup selesai memperkenalkan diri, pembawa acara tampil ke depan untuk menjelaskan susunan acara dengan lebih detail. Ia mengumumkan bahwa para idol akan dihadapkan pada serangkaian rintangan di tengah hutan yang memerlukan ketahanan fisik, kekompakan tim, serta keberanian menghadapi tantangan-tantangan tak terduga. Suasana menjadi semakin antusias ketika tantangan demi tantangan diumumkan, dan para idol berbisik satu sama lain, penasaran apa yang menanti mereka di dalam hutan tersebut.Sesi perkenalan pun berakhir, dan semua peserta diberi waktu istirahat sejenak. Valentin menyempatkan diri mengambil air minum dan mengatur napasnya, sementara Wulan tampak tidak sabar dan malah berkeliling melihat-lihat area sekitar, masih terkesima dengan pemandangan alam. Di sisi lain, Istar tampak santai sambil merapikan rambutnya, tetapi diam-diam memperhatikan dengan saksama bagaimana grup lain mempersiapkan diri.Saat waktu istirahat berlangsung, suasana sekitar terasa begitu nyaman sampai datangnya kelompok lain. Anggota Kawaii Sekai yang sedang berkeliling tampaknya menyadari ketidakhadiran Celi di tim Spica. Terdengar tawa sinis dari Nana, Miyu, dan Rin, tiga anggota Kawaii Sekai yang berjalan mendekati mereka dengan senyum penuh ejekan."Loh? Kok tu orang gak ada? Malu kali ya buat dateng." ujar Miyu dengan nada menyindir, sambil memeliriki mereka satu per satu.Rin menambahkan dengan tawa kecil, "Iya, nih. Dia kan waktu itu berani banget omongin Kawaii Sekai sebelum Dreamy Festival. Tapi, ternyata cuma juara tiga, ya? Jadi kayaknya memang lebih baik ngumpet aja."Wajah Wulan langsung memerah mendengar hinaan itu, dan tanpa bisa menahan diri, ia melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah mereka berdua."Maksud kalian apa ngomong kayak gitu?!" tanyanya penuh amarah.Miyu hanya mengangkat bahu dengan santai, sambil melirik Wulan seakan-akan meremehkannya. "Ya, kami cuma bilang kenyataannya, kan? Kalian itu memang lebih pantas di posisi ketiga, jadi nggak usah coba-coba bersaing di acara besar kayak gini. Mungkin malah nanti kalian jadi beban." ucapnya dengan nada mengejek, sementara yang lain tertawa pelan.Wulan semakin berang, hendak membalas lagi, tetapi Valentin cepat-cepat menarik tangannya ke belakang."Wulan, jangan terpancing," bisik Valentin pelan, matanya tetap tenang menatap para gadis Kawaii Sekai."Acara kita disiarin langsung loh, mereka bilang gitu buat bikin kita gak fokus." Lanjutnya.Istar yang sejak tadi fokus pada hpnya kini melangkah maju karena mendengar mereka dihina, memasang emosi begitu dingin nan serius."Dengerin ya, lu bertiga. Kalo cari masalah, mending ke yang lain aja deh. Gak level banget mau bikin ribut pake cara gituan." katanya dengan nada tegas sambil menatap Nana, Miyu, dan Rin bergantian.Wulan yang sudah sedikit bisa menahan emosinya kini membalas dengan penuh tekad."Awas aja! Kita nggak bakal kalah dari kalian!" katanya lantang, suaranya bergetar dengan semangat yang membara.Melihat respon Wulan, ketiga gadis Kawaii Sekai itu hanya terkekeh, kemudian berjalan menjauh dengan tawa sinis masih terdengar di udara. "Palingan kalah lagi, kaya kemarin, hahaha." ucap Nana sambil melambaikan tangan, seakan-akan menggoda mereka.Tak lama setelah mereka menghilang, Rian muncul dari arah lain, terlihat ceria."Ayo, dah cukup istirahatnya. Bentar lagi mulai." katanya dengan penuh semangat. Tetapi tiba-tiba ia menyadari ekspresi tegang di wajah para gadis dan bertanya dengan khawatir,"Eh, ada apa ini? Kok wajah kalian jadi serius gitu."Valentin langsung merapikan wajahnya menjadi lebih tenang dan tersenyum."Gak ada apa-apa kok, Produser. Kita bertiga cuma lagi saling memotivasi biar bisa menang nanti, ya kan semua?" tanyanya kepada dua gadis yang berdiri di belakang, sontak langsung mengangguk bersamaan."Oke deh. Aku bakal dukung kalian terus, jadi, semangat!"Wulan, Valentin, dan Istar saling berpandangan, dan meskipun masih ada kemarahan tersisa, mereka bertekad untuk tidak membiarkan emosi menghalangi kesempatan mereka bersinar. Dengan keyakinan baru serta kekompakan yang semakin kuat, ketiganya menuju lokasi acara. Mereka tahu bahwa ini adalah saatnya menunjukkan kemampuan terbaik mereka—dan mereka akan membuktikan bahwa Spica tidak boleh dianggap remeh.Para gadis Spica berdiri penuh tegang di bawah jembatan tali tinggi yang menjulang di Taman Gantung Bali. Tantangan pertama yang harus mereka hadapi adalah menyeberangi jembatan gantung dari satu pohon ke pohon lainnya. Jembatan kayu itu terpasang begitu tinggi di atas tanah, bahkan jarak antar papan kayu itu cukup lebar sehingga membuat setiap langkah terasa sulit serta menakutkan. Para idol pun mengenakan perlengkapan keamanan, lengkap dengan harness dan helm untuk memastikan mereka tetap aman meski berada di ketinggian yang menguji nyali."Giliran pertama, Sirius!!!"Ketika giliran pertama dimulai, beberapa idol dari grup Sirius tampak memulai dengan langkah penuh percaya diri meski sesekali terlihat sedikit tegang. Para gadis Spica mengamati dari bawah, sesekali berusaha menyemangati idol yang sedang mencoba seolah mereka pun merasakan ketegangan yang sama. Istar yang biasanya percaya diri, terus menerus memandang jembatan dengan raut wajah ragu."Ti-tinggi amat... yakin aman nih." gumam Istar, menyembunyikan kekhawatiran di balik candaannya.Valentin, yang berdiri di sampingnya, tersenyum tipis meski dirinya juga terlihat tegang. "Namanya juga tantangan, pasti perlu yang betulan bisa menantang. Santai saja, semuanya pasti aman kok."Wulan, sebaliknya, tampak sangat antusias, nyaris tidak bisa diam menunggu giliran. Ia melompat-lompat sedikit, menatap jembatan dengan mata berbinar."Kayanya seru! Aku jadi nggak sabar!"Ketika giliran Sirius dimulai, perhatian seluruh idol dan kru tertuju pada mereka yang berada di atas jembatan gantung, terlihat sangat kecil dari bawah, seakan menggantung di udara. Para anggota Sirius, yang terkenal dengan imej anggun dan profesional, memulai langkah mereka dengan penuh keyakinan. Tetapi, saat jembatan mulai berayun lebih kuat di tengah-tengah, tampak satu anggota Sirius menjadi ragu. Dia berhenti sejenak, mencengkeram tali dengan kuat dan menghela napas beberapa kali untuk mengumpulkan keberaniannya. Teriakan semangat dari bawah segera terdengar."Ayo Sirius! Kalian bisa! Semangat!!!" teriak seorang anggota dari Girlish 10, sementara grup lain pun turut menyemangati.Walau begitu karena terlalu ketakutan, dia akhirnya kehilangan keseimbangan dan salah mengambil langkah sampai terjatuh. Meski terlihat begitu menegangkan, karena adanya pengaman berupa tali serta jaring yang menunggu di bawah hanya teriakan penuh khawatir saja yang datang menyambut. Dari ketiga idol Sirius, hanya gadis saja yang gagal menandakan dua lainnya lolos dari tantangan.Menuju giliran Girlish 10, suasana menjadi ceria lagi. Mereka terkenal dengan energi positif dan keceriaan yang selalu mereka bawa, jadi tak heran jika mereka saling menyemangati dengan sorakan penuh canda dan tawa. Namun tantangan pertama ini memang bukan main-main. Salah satu anggota, yang awalnya tampak bersemangat, mulai ketakutan saat mencapai titik tengah. Jembatan yang terus bergoyang membuatnya semakin gugup, akhirnya kembali satu orang terjatuh dari sana. Meski dirinya terjatuh, justru ia tertawa sebab merasa bahwa saat-saat itu begitu menegangkan. Menandakan, kembali satu orang saja yang gagal dari Girlish 10.Berbeda dengan kedua grup idol barusan, para idol Kawaii Sekai sama sekali tidak menunjukkan ragu atau takut. Mereka sangat percaya diri, sangat yakin tidak akan ada yang jatuh. Nana, yang berada di posisi terdepan, melangkah penuh percaya diri sambil sesekali menoleh ke bawah dengan senyum tipis. Miyu dan Rin mengikutinya, menampilkan ekspresi tanpa gentar yang memukau. Tetapi mendekati akhir jembatan, Miyu terhenti, wajahnya menunjukkan ekspresi ragu yang sebelumnya jarang terlihat. Karena dirinya melihat ke arah bawah saat melangkah, rasa takut mulai memenuhi dirinya dan ia langsung lemas terjatuh ke bawah. Kawaii Sekai hampir saja meraih poin penuh jika saja Miyu tidak kehilangan kesadaran tadi, menjadikan posisi ketiga grup masih seri satu sama lain.Saat giliran Spica dimulai, perhatian tertuju pada Valentin yang mendapatkan giliran pertama. Belajar dari grup-grup sebelumnya gadis tersebut melangkah penuh perhitungan, oleh karena itu ia berhasil menyeberangi jembatan tanpa kesalahan, menunjukkan ketenangan yang menjadi ciri khasnya. Semua orang memberi tepuk tangan kecil saat Valentin berhasil mencapai sisi akhir dengan wajah lega."Hebat, Valentin bisa sampai sana tanpa masalah sama sekali." Ujar Wulan dari ujung jembatan."Gu-Gue boleh ngundurin diri gak sih... sumpah, ini tinggi banget..." sementara Istar yang berada di belakangnya memegang erat kaus Wulan, ketakutan."Oke, giliran selanjutnya, Wulan!"Begitu aba-aba telah diberikan, tanpa keraguan sama sekali Wulan melesat langsung berlari melewati jembatan gantung yang bergoyang. Semua orang, termasuk produser dan para anggota idol grup lainnya, tercengang melihat keberaniannya. Gadis itu berlari dengan kecepatan yang tidak terbayangkan, tanpa ada rasa takut atau cemas sekali pun, hingga mencapai sisi akhir dalam waktu yang sangat singkat. Teriakan dan sorakan kagum terdengar dari bawah, sampai-sampai pembawa acara sendiri tak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Wuah! Dari setiap kontestan, ini waktu yang paling cepet! Luar biasa, beri tepuk tangan buat Wulan dari Spica!" seru MC melalui pengeras suara, membuat Wulan tersenyum penuh kebanggaan sambil melambai pada semua orang di bawah.Anggota Kawaii Sekai, terutama Nana dan Rin, tampak kesal melihat kepercayaan diri Wulan yang seolah mencuri perhatian semua orang. Mereka berbisik satu sama lain, merasa tertantang oleh aksi Wulan yang memikat perhatian.Hingga yang terakhir ialah Istar, gadis itu baru diberikan aba-aba untuk mulai saja sudah mulai pucat. Tangan dan kakinya gemetar, sementara matanya tak berhenti memandang depan, tidak berani melihat ke bawah. Langkah demi langkah, ia berjalan dengan hati-hati, tetapi sesekali terlihat berhenti, menggenggam tali pengaman dengan kuat untuk mengatasi ketakutannya. Beberapa kali ia terlihat hendak menyerah, tetapi mendengar suara Valentin dan Wulan yang menyemangatinya dari seberang, sehingga keberaniannya terkumpul untuk melangkah maju."Ayo, Istar! Kamu bisa!" Valentin berteriak dengan penuh keyakinan.Wulan pun ikut menyemangati, "Istar, jangan lihat ke bawah, lihat ke depan! Liat ke aku aja!"Produser Rian, yang berdiri di bawah bersama kru, berteriak, "Tenang saja, Istar! Bentar lagi nyampai!"Mendengar dukungan itu, Istar memejamkan mata sejenak, menghirup napas dalam-dalam, lalu mempercepat langkahnya. Tetapi saat jarak menuju ujung jembatan hanya tinggal beberapa meter, angin kencang tiba-tiba bertiup, menggoyangkan jembatan lebih keras dari sebelumnya. Pegangan Istar terlepas, ia tergantung di udara dengan tali pengaman yang menahan tubuhnya."Ah!"Semua orang menahan napas melihatnya tergantung di udara, sementara Istar tampak pucat dan gemetar, nyaris pingsan. Kru segera membantu menurunkannya dengan perlahan, memastikan Istar selamat sampai di bawah, meskipun gagal menyelesaikan tantangan.Pembawa acara mengumumkan dengan nada terkesan, "Oke! Sesi pertama selesai! Meski semua grup memiliki satu anggota yang gagal di tantangan ini, Spica mencatatkan waktu tercepat berkat aksi berani dari Wulan! Luar biasa sekali!"Wulan, mendengar pujian itu, menunjukkan senyum penuh kemenangan. Sementara itu, anggota Kawaii Sekai, terutama Miyu, memandang Wulan dengan tatapan penuh kegeraman, merasa tersaingi oleh perhatian yang diberikan kepada Spica. Meskipun mereka tampak kesal, Wulan tetap berdiri dengan percaya diri, menikmati pujian yang diberikan padanya, sementara Istar tengah menunduk mengembalikan nafasnya kembali setelah mengalami momen paling menegangkan dalam hidupnya.Setelah menyelesaikan tantangan pertama, para idol berkumpul dan berjalan bersama-sama menuju lokasi tantangan kedua. Mereka masih mempertahankan semangatnya, meskipun beberapa menyeka keringat atau tertawa gugup mengenang kesulitan sebelumnya. Di hadapan mereka berdiri sebuah tower tinggi dengan zipline panjang yang terbentang menuju pepohonan rindang di dataran rendah. Para idol terlihat terpukau, tetapi juga ada sedikit ketegangan di wajah mereka."Baik, tantangan kedua ini menguji keberanian sekaligus ingatan kalian! Di atas tower, kalian akan diberikan sebuah kalimat singkat. Tugas kalian adalah mengingat kalimat itu hingga akhir perjalanan zipline. Saat kalian mendarat di bawah, kalian harus menyebutkan kalimat tersebut dengan runtut. Siapa pun yang lupa atau salah menyebutkan kalimatnya, maka dianggap gagal dan tidak mendapatkan poin!" ujar pembawa acara ke hadapan para penonton di kamera.Para idol mulai saling menyemangati satu sama lain, menyiapkan diri. Setelah briefing singkat, giliran pertama untuk tantangan zipline kali ini jatuh pada Girlish 10. Ketiga anggota tim mereka menaiki tower begitu hati-hati, dengan jantung yang tak bisa berhenti berdebar. Sesampainya di atas, kru memberikan kalimat yang harus mereka ingat, walau nampak bisa mengatasinya, ketika melirik ke arah depan tentu rasa takut mengalahkan ingatan tadi.Satu per satu anggota Girlish 10 mulai meluncur. Anggota pertama, Hana, berusaha keras untuk menghafal kalimat itu di kepalanya, tetapi saat meluncur di udara dengan kecepatan tinggi, wajahnya berubah panik. Teriakan antusiasnya malah mengalihkan fokus, dan ketika sampai di bawah, ia kebingungan sebab cuma bisa mengingat sebagian dari kalimat yang diberikan.Anggota kedua, Raisa, mencoba lebih tenang. Ia melafalkan kalimatnya pelan-pelan di mulut sebelum meluncur, tetapi begitu zipline bergerak, kecepatan dan ketinggian membuatnya berteriak dan tertawa gugup sepanjang perjalanan. Sesampainya di bawah, Raisa menghela napas panjang dan berusaha mengucapkan kata tadi, sampai kru mengatakan bahwa ia salah mengurutkan kalimatnya.Terakhir adalah Vivi, anggota yang paling kalem dan fokus di antara mereka. Ia menaiki zipline dengan mantap, memegang teguh kalimat yang diberikan dalam ingatannya. Saat meluncur, ia terlihat lebih tenang dan tidak berteriak seperti dua rekannya. Begitu sampai di bawah, ia mengucapkan kalimat tersebut dengan runtut dan tepat, disambut dengan sorakan dari timnya yang senang karena setidaknya satu orang berhasil.Setelah Girlish 10, giliran grup Sirius untuk menghadapi tantangan zipline. Sebagai grup yang paling terlatih dan memiliki reputasi tinggi, Sirius menaiki tower dengan sikap penuh percaya diri. Ketiga anggota Sirius terlihat tenang dan serius, fokus pada kalimat yang harus mereka ingat dan ucapkan saat mencapai bawah.Anggota pertama, Kana, meluncur tanpa ekspresi gugup sedikit pun. Saat sampai di bawah, ia mengucapkan kalimat dengan hampir sempurna, hanya ada satu kata yang sedikit melenceng, tetapi masih dapat diterima. Anggota kedua, Yuki, juga turun dengan cepat, ia berhasil mempertahankan ingatan terhadap kalimat tersebut dan mengucapkannya dengan benar tanpa ragu. Sementara yang terakhir, yaitu Mei, sedikit gugup di awal, tetapi menuruni zipline dengan fokus tinggi. Begitu mencapai bawah, Mei berusaha keras mengingat dan hanya kehilangan satu kata kecil dari kalimat yang diberikan. Meski tidak sempurna, Sirius berhasil menyampaikan dua kalimat dengan tepat, yang tentu saja memberi mereka poin yang sangat baik.Kemudian, giliran Kawaii Sekai yang tak mau kalah, tampak siap untuk bersaing ketat. Nana menjadi yang pertama menuruni zipline dengan ekspresi begitu tajam. Sesampainya di bawah, ia mengucapkan kalimat tanpa adanya ragu, sampai tak ada satu pun kata yang terlupakan. Miyu meluncur kedua dengan senyum tipis, senyum penuh ceria berubah menjadi takut sepenuhnya. Begitu sampai di bawah, ia kehilangan fokus sampai semua kalimat yang ia ucapkan salah. Terakhir, Rin meluncur dengan cepat, wajahnya memperlihatkan fokus yang kuat. Begitu sampai, ia berhasil mengingat kalimat tersebut dengan benar, hanya ada sedikit nada gugup di akhir.Pembawa acara kembali memberikan pujian, "Luar biasa! Kawaii Sekai, dua dari tiga anggota berhasil mengingat kalimat dengan tepat, sama seperti Sirius!" Sorakan pun kembali terdengar, kini dengan suasana lebih panas karena persaingan mulai ketat. Nana, Miyu, dan Rin tersenyum penuh kemenangan, terutama saat mereka menyadari bahwa penampilan mereka cukup untuk bersaing langsung dengan Sirius."Gawat... gawat... mereka kok bisa inget ya." Ucap Wulan penuh kekhawatiran."Napa sih tantangannya tinggi-tinggi semua... gue mustahil... mustahil...""Ayo kalian semua, jangan minder begitu dong. Mana semangatnya?" Valentin berusaha menyemangati kedua temannya yang sudah kehilangan keberanian terlebih dahulu."Selanjutnya, Spica!""Buat bikin kalian semangat lagi, biar aku yang maju pertama."Saat giliran Spica tiba, Valentin melangkah maju begitu berani. Saat memandang ke arah depan, ia berusaha mengingat arahan yang selalu dapat dari ayahnya tentang ketenangan dan kendali diri. Meskipun di hatinya sedikit gentar melihat ketinggian menakutkan yang harus ia taklukkan, Valentin berusaha menghadapinya dengan wajah yang tetap tenang. Saat berada di puncak tower, ia berfokus pada kalimat yang diucapkan oleh para kru. Setiap kata diingatnya, diulang-ulang dalam hati."Siap?""Siap..."Ia meluncur dengan cepat, angin menerpa wajahnya dan kecepatan zipline membuat jantungnya berdegup kencang. Begitu sampai di bawah, ia bersiap mengucapkan kalimat dengan tepat, tetapi tiba-tiba matanya menangkap sekilas tatapan dari Nana, Miyu, dan Rin yang berdiri di kejauhan, menonton dengan ekspresi arogan.Kata-kata Darius terngiang kembali di benaknya, "Nona Citra, tolong ikutin saran saya, jangan biarkan Spica menjadi yang unggul kali ini." Dengan sedikit perasaan enggan, Valentin tahu apa yang harus ia lakukan. Saat mengucapkan kalimat, ia sengaja membuat kesalahan di kata terakhir, melewatkan satu kata yang seharusnya penting.'Seorang Valentin... bisa sampe salah gitu...?' Istar penuh oleh kebingungan begitu mendengar kabar bahwa Valentin sampai salah menyebutkan kata. Sebab sangat sedikit kemungkinan gadis se-ulet Valentin bisa lupa begitu saja karena tekanan di zipline."Wuhuuu!!"Teriakan Wulan meluncur bersamaan dengan dirinya yang melesat dari zipline, ia tertawa begitu lebar seolah tantangan ini adalah wahana permainan yang ia impikan. Angin kencang menerpa wajah, dengan gadis tersebut yang menikmati setiap detik berlalu di sana.Walau begitu, euforia tersebut ternyata membawa dampak tak terduga—semua kata yang harus ia ingat hilang begitu saja dari benaknya. Begitu sampai bawah, pembawa acara mendekat sembari bertanya."Oke, asyik kan tadi? Sekarang, coba, kamu inget gak kalimat yang dah dikasih tau di atas?"Wulan langsung memasang wajah bingung, matanya berkedip-kedip, "Hah, kalimat? Emangnya tadi diomongin ya? Aku beneran lupa...""Ayo coba ingat ingat lagi...""Gak ingat, beneran! Sama, boleh naik sekali lagi kah?" katanya dengan ekspresi polos dan sedikit tertawa canggung.Penonton tertawa, dan bahkan beberapa anggota grup lain tampak menahan senyum. Pembawa acara ikut bercanda, "Wulan, kalau mau naik lagi zipline-nya, harus tunggu sampai acara selesai ya!"Di belakang mereka berdua, Valentin hanya bisa menepuk jidat dengan senyum masam, menggelengkan kepala, sedangkan Istar terlihat semakin kesal. Ia bertanya-tanya mengapa grup mereka malah tampak kesulitan dalam tantangan ini, padahal sebelumnya mereka tampil dengan cukup baik.Saat giliran Istar tiba, ia tampak sangat tegang. Bahkan setelah memastikan berkali-kali bahwa tali pengamannya terpasang dengan aman, ia masih menatap zipline dengan cemas."Ini beneran aman, kan? Gak pernah ada kejadian kan?" tanyanya sekali lagi kepada kru yang tersenyum sabar sambil mengangguk.Begitu mereka memberinya aba-aba, tubuhnya perlahan didorong ke depan hingga mulai meluncur menuruni zipline. Teriakan langsung keluar dari bibir Istar, begitu keras hingga menggema di area sekitar. Angin kencang menghantam wajah serta suara gesekan logam dengan tali menambah ketegangannya. Berusaha tetap menenangkan diri, Istar mengingat kalimat yang harus ia sampaikan di akhir, mengucapkannya seperti mantra di dalam mulut berulang-ulang, seolah itulah satu-satunya hal yang bisa membuatnya tidak pingsan saat ini.Begitu ia sampai di pos bawah, Istar langsung berlutut, napasnya memburu dan kakinya terasa sangat lemas. Pembawa acara mendekat dengan nada khawatir,"Istar, kamu gapapa? Perlu bantuan?"Tetapi, Istar sama sekali tidak memberikan jawaban soal kondisinya. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, ia mengucapkan kalimat yang harus ia hafalkan dengan runtut, tanpa ada kesalahan satu kata pun."Be-benar! Benar sekali!""Haah..." dalam detik itu juga, Istar langsung terjatuh lemas sebab berhasil menyelesaikan tantangan.Penonton pun bersorak, dan bahkan anggota-anggota grup lain memberikan tepuk tangan atas usahanya. Wulan dan Valentin langsung menghambur menghampiri Istar, membantu temannya berdiri dengan penuh rasa bangga. Wulan tersenyum lebar,"Wuah! Hebat banget kamu, Istar! Bisa inget semua!""Iya, mukamu padahal sampai pucat gitu loh."Istar, masih dengan napas terengah, menjawab, "Tentu aja... gini doang mah..." Katanya sambil mempertahankan wajah penuh sombong.Pembawa acara pun mengumumkan, "Dengan keberhasilan Istar mengingat kalimat dengan sempurna, Spica mendapatkan satu poin! Ditambah tambahan setengah poin karena Valentin hampir menjawab dengan benar!"xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxSebelum memasuki sesi terakhir, para kru mengatakan bahwa akan ada waktu istirahat terlebih dahulu. Setiap idol diberikan waktu istirahat selama 30 menit sementara panitia mempersiapkan venue-nya. Para gadis Spica berjalan penuh lelah menuju ke tempat istirahat. Mereka duduk bersama di sebuah bangku taman yang menghadap ke pepohonan rindang, menikmati istirahat singkat tersebut. Rian tersenyum bangga dan lega melihat ketiga gadis itu berhasil melalui tantangan sejauh ini, meskipun setiap dari mereka mempunyai tannggapan yang berbeda-beda."Kerja bagus semua! Kalian hebat kok, bisa ikut bersaing bareng grup-grup idol gede seperti mereka." Ujar sang produser penuh gembira.Valentin tersenyum menanggapi, sembari menikmati camilannya. "Aku nggak nyangka, idol dari agensi lain ternyata punya kemampuan luar biasa juga. Girlish 10 dan Kawaii Sekai benar-benar berani, gak mau kalah sama Sirius.""Iya kah? Aku gak merhatiin soal itu. Soalnya setiap tantangannya asyik! Produser liat kan tadi, aku nyebrang cepet banget?" timpal Wulan berbinar-binar, berusaha meminta pujian dari sang produser."Pasti liat lah, kok bisa kamu gak takut lari di tangga goyang-goyang begitu.""Bisa dong! Mau kutunjukin lagi?"Istar yang paling lelah dari semua, hanya mendesah dan memeluk botol airnya erat-erat."Napa nggak ada yang bilang kalau acaranya bakal di tempat tinggi gitu sih. Gue tuh, paling gak suka kalo liat tempat tinggi tinggi begitu..." Istar bergidik saat mengingat kembali zipline dan jembatan goyang di tantangan sebelumnya."Kupikir kamu nggak ada masalah soal itu, Istar. Soalnya nggak pernah ngomongin... Maaf ya, malah bikin kamu kerepotan gini. Kalau semisal ngerasa berat atau mustahil, bilang saja, nanti biar aku yang uru—"Sebelum sempat produsernya mengucapkan belasungkawa, Istar segera memberikan isyarat padanya untuk tidak melanjutkan perkataan lagi. Seraya membalas segera,"Gue nggak bilang pengin mundur. Makdarit, buat permintaan maaf, cukup dengerin aja gue ngeluh dan marah-marah, oke? Produser?"Rian langsung mengangguk paham, bersyukur bahwa Istar sekalipun mengerahkan segalanya untuk Spica.Seusai tiga puluh menit, kru acara membawa mereka menuju venue terakhir yang berada di lokasi lain namun masih satu tempat wisata. Para idol dari setiap grup mengamati tantangan terakhir ini dengan campuran semangat dan gugup. Dalam penjelasan, mereka perlu melewati serangkaian rintangan menantang dalam sistem estafet. Selain itu, hasil penilaian dihitung dari seberapa cepatnya mereka sampai di garis finish, tanpa ada satupun anggota yang tertinggal di belakang."Pada tantangan estafet ini, setiap grup harus membawa tongkat estafet dari awal hingga garis finish. Tiap peserta akan menghadapi rintangan yang bermacam-macam dan harus finish membawa tongkatnya, gak boleh tertinggal." Ujar pembawa acara.Ia menunjuk ke arah rintangan pertama sembari menjelaskan, "Bagian pertama adalah menaiki tali menuju platform tinggi di atas pohon, lalu berjalan di atas jembatan kayu gantung yang goyah untuk memberikan tongkat ke anggota kedua."Para idol memperhatikan rute tersebut dengan mata penuh antusiasme dan kekhawatiran, terutama saat melihat ketinggian platform dan jarak antar kayu pada jembatan gantung yang berayun, seperti tantangan pertama yang telah dilewati."Selanjutnya, meluncur melewati tali ke bagian lain, di mana ada jembatan tipis yang menuntut keseimbangan tinggi. Kalian harus menjaga tongkatnya tetap aman dan gak jatuh dari tangan sampai ia bisa menyerahkan tongkat pada peserta terakhir." Lanjutnya."Dan akhirnya, yang terakhir merayap melalui terowongan kecil, lalu menyeberang menggunakan tali yang dipasang secara horizontal. Kalian harus bergelantungan dan bergerak menyamping di sepanjang tali hingga sampai di garis finish!"Istar tampak pucat mendengar semua tantangan itu, terutama bagian tali horizontal yang bergantung di atas jurang kecil. Sementara Wulan, yang penuh semangat, sudah tidak sabar, senyum lebar terukir di wajahnya.Rian mendekati ketiga idolnya dan berbisik dengan senyum mendukung, "Kalian bisa kok ngelakuin ini. Kebanyakan tantangannya gak beda sama yang udah kalian lewati tadi, semangat!"Setelah berdiskusi sebentar, mereka memutuskan urutannya: Wulan akan menjadi peserta pertama, Valentin di bagian kedua, dan Istar akan mengambil bagian terakhir. Dengan susunan ini, mereka berharap bisa memaksimalkan kemampuan masing-masing."Semua siap?" seru pembawa acara, memberi tanda pada tim pertama untuk bersiap memulai estafet."Start!"Pada awal aba-aba, Wulan membuka estafet tersebut dengan bergerak lincah menaiki tali menuju ke platform tinggi. Sesampainya di atas, tak ada rasa capek atau lelah sekalipun dia menyeberangi jembatan kayu yang bergoyang tiada henti tiap kali ia melangkah. Walau begitu, keseimbangan tubuhnya nampak sempurna. Sampai di ujung, ia menyerahkan tongkat ke Valentin, menyorakinya dengan semangat.Valentin melanjutkan dengan wajah penuh ketenangan, meluncur melalui gliding dan menyebrangi jembatan tipis dengan hati-hati. Ketika hampir sampai pada bagian akhir rintangannya, ia melihat Istar di pos berikutnya, yang tampak tegang dan sudah menguatkan diri untuk tantangan terakhir. Ia sempat berpikir untuk kembali berusaha melambatkan Spica agar grup lain mendapatkan perhatian, tetapi ketika menyaksikan Istar yang memiliki fobia ketinggian masih terus berjuang, ia merasa tidak tega dan ingin membalas keberaniannya."Semangat, Istar. Kamu pasti bisa, aku percaya padamu." Ujarnya ketika menyerahkan tongkat."Ga usah dibilangin juga gue dah tau!"Meski berkata dengan penuh ketus, fobia mengenai ketinggiannya kembali menghambat gadis itu. Ketika menyeberang melewati terowongan kayu yang kecil, sesekali bergetar karena angin dan membuatnya berteriak tidak karuan. Bahkan di rintangan yang mengharuskannya menyeberangi tali secara horizontal, ia kesulitan sebab harus menyeberang sembari membawa tongkat. Berkali-kali tangannya hendak terlepas, membuatnya deg degan seperti hendak jatuh."Ahh! Sial, nyusahin bat ini tongkat. Gue gigit ajah!"Demi mengatasi hal itu, ia menggigit tongkat itu begitu eratnya. Dari arah lain teriakan dukungan dapat terdengar, Wulan serta Valentin terus menerus mengucapkan semangat kepada Istar yang berjuang. Melihat dukungan dari kedua temannya, Istar menguatkan tekadnya dan menggenggam tali lebih erat. Dengan keberanian yang terkumpul ia terus bergerak, perlahan namun pasti. Seringkali Valentin dan Wulan menyemangati dan memberi petunjuk dari bawah, menunjukkan cara untuk mengatur langkah dan bergerak lebih efektif.Walau berhasil sampai di akhir, Spica menyelesaikan tantangan dengan waktu yang paling lama."Maaf... gue malah jadi beban buat lu pada." Ujar Istar, menunduk ke bawah merasa bersalah.Meskipun Spica berada di peringkat paling bawah pada acara pertama Siapa Berani, suasana tetap hangat saat mereka berkumpul setelah tantangan. Wulan yang menyaksikan sendiri betapa kerennya Istar bergelantung sembari menggigit tongkat, langsung menimpal."Apa sih, Istar. Kamu tuh keren banget, tau gak? Walau gemeter gitu, kamu terus maju melawan ketakutanmu. Itu yang paling penting! Kamu harus bangga sama dirimu sendiri!"Valentin meletakkan tangan di pundak Istar, menatapnya dengan tatapan serius tapi lembut."Benar apa kata Wulan. Keberanianmu sudah lebih dari cukup. Ini bukan cuma soal menang atau kalah, tapi soal bagaimana kita berusaha. Dan kamu tadi benar-benar berusaha keras."Produser Rian yang menyaksikan dari kejauhan kemudian mendekat, ikut memberikan semangat. "Kalian sudah melakukan yang terbaik, itu yang penting. Justru yang membuat Spica spesial adalah kebersamaan kalian. Itulah yang paling berharga dibandingkan peringkat."Istar akhirnya tersenyum lega, perasaan bersalahnya perlahan sirna. Dia mengangguk, merasakan dukungan yang tulus dari teman-temannya dan produser. Meski hasil kali ini tidak sempurna, mereka tetap merasa bangga dan siap untuk tantangan berikutnya, dengan ikatan yang semakin kuat di antara mereka.