Perjalanan Akarian dan Sifer dimulai dengan keheningan yang hanya diisi oleh suara gemerisik dedaunan dan jejak langkah kaki mereka di atas tanah basah. Hutan Terlarang tampak lebih misterius dari biasanya, dan suasana berat yang menyelimuti mereka membuat Akarian merasa bahwa sesuatu yang besar akan segera terjadi. Meskipun begitu, tidak ada tanda bahaya yang jelas, hanya perasaan bahwa dunia di sekeliling mereka sedang mengamati setiap gerakan dengan penuh perhatian.
"Apa sebenarnya yang akan kita cari di luar hutan ini?" tanya Akarian setelah beberapa saat, memecah keheningan yang terasa begitu menekan.
Sifer, yang berjalan beberapa langkah di depannya, tidak segera menjawab. Ia mengarahkan pandangannya ke depan, menatap jalur sempit yang semakin menurun menuju lembah jauh di bawah. "Pengetahuan," jawabnya akhirnya. "Kita akan mencari pengetahuan kuno yang disimpan oleh mereka yang berada di luar lingkup kerajaanmu. Mereka tahu lebih banyak tentang kegelapan ini daripada siapa pun di dunia ini."
"Siapa mereka?" Akarian bertanya, merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Sifer.
"Makhluk yang sudah lama dilupakan oleh dunia manusia," kata Sifer sambil berhenti di tepi tebing yang menghadap ke lembah. "Mereka bukan manusia seperti kita, tetapi juga bukan monster. Mereka berada di antara keduanya, menjalani hidup di tempat-tempat yang tersembunyi, menjaga rahasia yang tidak boleh diketahui oleh sembarang orang."
Akarian merasa hatinya mulai berdebar kencang. Ia sudah mendengar legenda tentang makhluk-makhluk aneh yang tinggal di tempat-tempat yang tak bisa dijangkau manusia biasa. Namun, ia tidak pernah berpikir akan bertemu langsung dengan mereka. "Apa mereka akan membantu kita?" tanyanya, penuh keraguan.
Sifer tersenyum samar. "Itu tergantung pada seberapa bijak kau berbicara dengan mereka. Mereka bukan sekadar penjaga pengetahuan, tetapi juga pemburu rahasia. Mereka hanya akan membantumu jika mereka merasa kau layak mendapatkan jawaban."
Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Sifer melanjutkan perjalanan, turun dari tebing menuju lembah yang di bawahnya tampak seperti laut pepohonan raksasa yang tidak berujung. Akarian mengikuti di belakangnya, mencoba mengatasi perasaan takut yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Setiap langkah semakin membawa mereka ke dalam wilayah yang tidak dikenal, dan Akarian mulai menyadari bahwa ini bukan sekadar perjalanan mencari jawaban—ini adalah langkah menuju dunia yang mungkin tidak pernah bisa ia tinggalkan.
Setelah berjalan berjam-jam, mereka tiba di dasar lembah, di mana suasana terasa jauh lebih tenang dan sunyi. Di hadapan mereka terdapat sebuah gua besar yang mulutnya tampak seperti rahang raksasa, menyembunyikan segala sesuatu yang ada di dalamnya dari cahaya matahari.
"Inilah tempatnya," kata Sifer pelan. "Kita akan masuk ke dalam gua ini. Di sana, kita akan bertemu dengan mereka."
Akarian mengangguk, meskipun rasa takut semakin menggigitnya. Mereka berjalan menuju mulut gua, dan segera setelah mereka masuk, kegelapan menyelimuti mereka. Hanya cahaya dari obor yang dipegang Sifer yang menerangi jalan di depan, memantulkan bayangan menakutkan di dinding-dinding gua yang licin dan basah.
Di dalam gua, suhu turun drastis, dan Akarian merasakan hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Namun, yang paling aneh adalah suara—atau lebih tepatnya, ketiadaan suara. Tidak ada gemericik air, tidak ada hembusan angin, hanya keheningan yang berat dan tak wajar. Semakin dalam mereka masuk, semakin Akarian merasa bahwa tempat ini tidak hanya kosong, tetapi dijaga oleh kekuatan yang tidak terlihat.
Setelah berjalan beberapa waktu dalam kegelapan, mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan besar di dalam gua. Langit-langitnya begitu tinggi hingga tidak terlihat, dan dinding-dinding batu di sekitarnya berkilauan dengan cahaya aneh yang berasal dari kristal-kristal yang menempel di permukaan batu. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu besar yang dilapisi oleh lumut hijau dan berlumut.
Tapi yang membuat Akarian terpaku bukanlah altar itu, melainkan makhluk yang berdiri di sekitarnya. Mereka tingginya hampir dua kali lipat dari manusia biasa, dengan kulit pucat seperti batu dan mata yang menyala biru kehijauan. Meskipun mereka memiliki wujud humanoid, ada sesuatu yang tidak manusiawi dalam gerakan mereka, seolah-olah tubuh mereka terbuat dari batu hidup.
Salah satu makhluk itu melangkah maju, matanya yang bercahaya menatap Akarian dengan intensitas yang membuatnya merasa seperti dipelajari hingga ke dalam jiwanya. "Siapa kau yang datang ke tanah kami, membawa cahaya di tengah kegelapan?"
Akarian hampir tidak bisa menemukan suaranya, tetapi sebelum ia bisa berbicara, Sifer maju, membungkuk sedikit di hadapan makhluk itu. "Kami datang mencari pengetahuan," kata Sifer dengan suara tenang namun penuh hormat. "Pemuda ini, Akarian, adalah pembawa kekuatan kegelapan yang telah lama tersembunyi. Kami mencari petunjuk untuk membantunya memahami dan mengendalikan kekuatan itu."
Makhluk itu menatap Akarian lebih lama, sebelum akhirnya berbicara lagi. "Kegelapan di dalam dirimu adalah sesuatu yang berbahaya, sesuatu yang bisa menghancurkan lebih dari yang pernah kau bayangkan, manusia muda. Apa yang membuatmu berpikir bahwa kami akan membantu?"
Akarian menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan di dalam dirinya. "Karena aku ingin menghindari masa depan yang buruk. Aku... aku melihat dunia yang hancur dalam penglihatan, dunia yang aku sendiri hancurkan. Aku tidak ingin itu terjadi."
Makhluk itu terdiam, dan sesaat, ruangan itu terasa semakin berat oleh keheningan yang menakutkan. Akhirnya, makhluk itu berbicara dengan suara rendah, hampir seperti gemuruh di kejauhan. "Kami bisa membantumu, tetapi dengan harga yang besar. Pengetahuan yang kau cari tidak datang tanpa pengorbanan."
Akarian menatap Sifer, yang tampak tenang meskipun situasi semakin tegang. "Pengorbanan seperti apa?" tanya Akarian, mencoba menahan rasa takut yang mulai tumbuh di dalam dirinya.
"Setiap jawaban yang kami berikan, harus dibayar dengan sesuatu yang berharga. Itu bisa menjadi apa saja—ingatan, kekuatan, bahkan sebagian dari jiwamu sendiri. Hanya mereka yang bersedia membayar harga ini yang bisa mendapatkan kebenaran dari kami," jawab makhluk itu dengan tegas.
Akarian merasakan ketegangan membuncah di dalam dirinya. Harga yang diminta ini terlalu tinggi, dan ia tidak tahu apakah ia siap untuk menyerahkan sesuatu yang begitu penting. Namun, ia juga sadar bahwa tanpa jawaban, ia tidak akan pernah bisa menghindari takdir gelap yang menghantuinya.
Setelah beberapa saat berpikir, Akarian mengangguk perlahan. "Aku akan membayar harga itu. Aku akan memberikan apa pun yang diperlukan untuk memahami kekuatan ini dan mencegah masa depan itu menjadi kenyataan."
Makhluk itu tersenyum, meskipun senyumnya tidak membawa kehangatan. "Sangat baik. Maka mari kita mulai—perjalanan menuju kebenaran akan membawamu ke dalam kegelapan yang lebih dalam daripada apa pun yang pernah kau bayangkan."
Dan dengan itu, cahaya di dalam gua mulai memudar, membawa Akarian dan Sifer lebih dalam ke dalam misteri yang tersembunyi di dalam tanah—misteri yang akan mengungkapkan kebenaran yang mengerikan, tetapi juga memberikan harapan untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran.