Chereads / Melody in the Shadows / Chapter 13 - Mistery Of The OrDo Of Darkness

Chapter 13 - Mistery Of The OrDo Of Darkness

Hari-hari berlalu, dan Hana serta Arga semakin dalam terlibat dalam penyelidikan mereka. Mereka tahu bahwa Ordo Kegelapan tidak hanya menargetkan individu, tetapi mungkin juga merencanakan sesuatu yang lebih besar. Selama beberapa minggu terakhir, mereka terus mencari petunjuk dan menganalisis setiap informasi yang mereka dapatkan. Dalam prosesnya, mereka menemukan bahwa kasus yang mereka hadapi jauh lebih rumit daripada yang mereka bayangkan.

Pagi itu, Hana dan Arga duduk di meja kayu yang sudah usang di apartemen Hana, membahas temuan terbaru mereka. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela hanya sedikit mencerahkan suasana ruangan yang dipenuhi oleh dokumen-dokumen berserakan dan catatan-catatan yang tampak tidak teratur. Di sudut ruangan, papan tulis penuh dengan coretan nama-nama dan tempat-tempat yang mereka temukan selama penyelidikan. Papan itu menjadi peta perjalanan mereka dalam mengungkap misteri yang semakin hari semakin gelap.

"Kita menemukan banyak sekali potongan informasi," ujar Hana sambil menatap tumpukan dokumen di depannya. "Tapi tidak semuanya masuk akal. Rasanya seperti ada yang kita lewatkan, seperti ada potongan puzzle yang hilang."

Arga mengangguk setuju. "Memang. Beberapa hari terakhir ini kita menemukan petunjuk yang mengarah ke berbagai tempat dan orang, tapi tidak ada yang benar-benar konkret. Dan kita masih belum tahu apa rencana besar mereka."

Hana mengambil selembar kertas dari tumpukan dan memandanginya dengan seksama. "Lihat ini," katanya sambil menunjukkan kertas itu kepada Arga. "Ini adalah catatan yang kita temukan di rumah tua Damar. Ada beberapa simbol di sini yang terus muncul di berbagai tempat, seperti di buku catatan Lila dan di beberapa artefak yang kita temukan. Aku pikir ini adalah kunci untuk memahami tujuan mereka."

Arga memperhatikan simbol-simbol tersebut dengan cermat. "Simbol-simbol ini sepertinya memiliki hubungan dengan ritual atau semacamnya. Mungkin ini adalah bagian dari mantra atau kode yang digunakan Ordo Kegelapan untuk mengaktifkan sesuatu."

Hana menghela napas, merasa frustasi dengan kurangnya kemajuan yang mereka buat. "Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang simbol-simbol ini. Mungkin kita harus mencari ahli yang bisa membantu kita memecahkannya."

"Setuju," jawab Arga. "Kita bisa mencoba menemui Profesor Rendra. Dia ahli dalam simbol-simbol kuno dan mungkin bisa memberi kita petunjuk tentang apa yang kita hadapi."

Tanpa menunggu lebih lama, mereka memutuskan untuk segera menemui Profesor Rendra, seorang dosen senior di universitas lokal yang dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang simbolisme dan okultisme. Meskipun sudah lanjut usia, Profesor Rendra adalah sosok yang energik dan penuh semangat setiap kali membicarakan bidang keahliannya.

Di sore hari yang cerah, Hana dan Arga tiba di universitas dan langsung menuju ke ruangan Profesor Rendra. Mereka mengetuk pintu kayu tua yang di atasnya terdapat plakat berwarna perunggu bertuliskan nama sang profesor. Tak lama kemudian, suara lembut dan ramah dari dalam ruangan terdengar, mempersilakan mereka masuk.

"Selamat sore, Profesor," sapa Hana sambil berjalan masuk.

Profesor Rendra tersenyum hangat. "Selamat sore juga, Hana, Arga. Apa yang bisa saya bantu?"

Hana dan Arga saling pandang sebelum Hana menjawab, "Kami sedang menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan simbol-simbol kuno ini, Profesor." Hana menyerahkan kertas yang berisi gambar-gambar simbol kepada Profesor Rendra.

Profesor Rendra menerima kertas itu dan mengamatinya dengan cermat. Raut wajahnya perlahan berubah menjadi serius saat dia mengenali simbol-simbol tersebut. "Ini menarik sekali," katanya pelan. "Simbol-simbol ini berasal dari berbagai tradisi esoteris kuno, namun ada satu pola yang menghubungkan semuanya. Pola ini mengindikasikan ritual yang sangat kuat, kemungkinan besar berhubungan dengan pemanggilan atau pengaktifan kekuatan supranatural."

Hana mencondongkan tubuhnya ke depan, merasa tegang dengan penjelasan tersebut. "Apa maksud Anda, Profesor? Apakah Ordo Kegelapan ini berusaha memanggil sesuatu yang jahat?"

Profesor Rendra meletakkan kertas itu di atas meja dan menghela napas. "Jika saya tidak salah, mereka mungkin berusaha untuk membuka pintu ke dimensi lain, sebuah dimensi di mana entitas yang sangat berbahaya bersemayam. Ini bukan sekadar teori atau cerita rakyat; ini adalah sesuatu yang sangat serius dan berbahaya."

Arga mengerutkan kening. "Jadi mereka ingin membawa entitas dari dimensi lain ke dunia kita? Untuk apa?"

"Saya tidak tahu pasti," jawab Profesor Rendra. "Tapi dari simbol-simbol yang kalian tunjukkan ini, jelas mereka berusaha mencapai sesuatu yang besar. Ritual-ritual semacam ini biasanya dilakukan dengan tujuan mendapatkan kekuatan atau kendali atas sesuatu yang sangat kuat."

Hana merasa bulu kuduknya meremang. "Bagaimana kita bisa menghentikan mereka?"

Profesor Rendra berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kalian harus menemukan pusat dari kegiatan mereka, tempat di mana mereka akan melakukan ritual utama. Jika kalian bisa menghancurkan atau mengganggu ritual tersebut sebelum selesai, kalian mungkin bisa menghentikan mereka."

Mendengar hal itu, Hana dan Arga saling pandang, keduanya merasa sedikit gentar namun juga bersemangat. Mereka tahu bahwa apa yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan, tapi mereka tidak akan mundur sekarang.

"Terima kasih banyak, Profesor," kata Arga dengan nada serius. "Kami akan mencari tahu di mana mereka berencana melakukan ritual ini."

Profesor Rendra mengangguk. "Hati-hati, kalian. Ordo Kegelapan ini bukan kelompok yang bisa dianggap enteng. Mereka akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka."

Hana dan Arga meninggalkan ruangan Profesor Rendra dengan hati yang penuh tekad. Mereka tahu bahwa waktu semakin mendesak. Setiap hari yang berlalu hanya memberi kesempatan bagi Ordo Kegelapan untuk semakin mendekati tujuan mereka.

Di malam hari, setelah kembali ke apartemen, Hana dan Arga melanjutkan pencarian mereka. Mereka menelusuri kembali semua petunjuk yang mereka miliki, mencoba menemukan pola yang bisa mengarahkan mereka ke lokasi ritual utama. Mereka menghubungi sumber-sumber informasi yang mereka kenal, mencoba mendapatkan informasi tentang pergerakan Ordo Kegelapan dan anggotanya.

Berhari-hari berlalu tanpa ada petunjuk yang jelas.

Hana dan Arga mulai merasa frustasi. Mereka tahu bahwa ritual besar itu mungkin akan terjadi dalam waktu dekat, tapi mereka masih belum bisa menemukan lokasi yang tepat.

Suatu malam, ketika Hana sedang beristirahat di sofa dan Arga sibuk dengan laptopnya, sebuah pesan masuk ke ponsel Arga. Pesan itu dari seorang informan yang mereka temui beberapa minggu lalu, seorang pria yang bekerja di pasar gelap informasi.

Arga membaca pesan itu dengan seksama sebelum matanya melebar. "Hana, lihat ini," katanya sambil menyerahkan ponselnya kepada Hana.

Hana mengambil ponsel itu dan membaca pesan tersebut: *"Aku dengar ada aktivitas aneh di sebuah tempat terpencil di luar kota. Sebuah pabrik tua yang sudah lama ditinggalkan. Ada banyak orang yang datang dan pergi, tapi mereka sangat tertutup. Aku yakin ada sesuatu yang besar yang akan terjadi di sana."*

"Ini bisa jadi petunjuk yang kita cari," kata Hana dengan mata berbinar. "Kita harus menyelidikinya."

"Setuju," jawab Arga. "Kita perlu merencanakan ini dengan baik. Tempat seperti itu bisa penuh dengan jebakan atau pengamanan ketat."

Mereka berdua sepakat untuk melakukan penyelidikan keesokan harinya.