Chereads / Melody in the Shadows / Chapter 14 - Ritual Behind Abandoned Factory

Chapter 14 - Ritual Behind Abandoned Factory

pada malam hari ketika aktivitas di pabrik kemungkinan besar akan mencapai puncaknya. Mereka menghabiskan sisa malam itu mempersiapkan peralatan yang diperlukan, termasuk kamera, peta, dan alat komunikasi. Mereka juga menghubungi beberapa kontak mereka untuk berjaga-jaga jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Keduanya hampir tidak bisa tidur karena pikiran mereka terus-menerus memikirkan apa yang akan mereka hadapi. Namun, ketakutan tidak mengalahkan tekad mereka. Hana dan Arga tahu bahwa mereka harus menghentikan Ordo Kegelapan, apa pun risikonya.

Keesokan harinya, malam tiba dengan cepat. Hana dan Arga mengenakan pakaian gelap dan memasang peralatan yang diperlukan sebelum berangkat menuju pabrik tua yang disebutkan dalam pesan. Lokasinya berada di luar kota, jauh dari keramaian, dan dikelilingi oleh hutan yang lebat. Pabrik itu sendiri tampak suram dan menyeramkan, sebuah bangunan besar dengan dinding-dinding yang sudah lapuk dan jendela-jendela yang pecah.

Hana dan Arga bergerak dengan hati-hati di sekitar pabrik, menggunakan kegelapan untuk menyembunyikan keberadaan mereka. Mereka mengamati sekeliling, mencari tanda-tanda aktivitas yang mungkin mengindikasikan keberadaan anggota Ordo Kegelapan.

"Ada seseorang di sana," bisik Arga sambil menunjuk ke arah salah satu pintpintu samping pabrik yang tampak terbuka sedikit. Dari celah itu, terlihat cahaya redup yang berasal dari dalam pabrik, memberikan bayangan samar seseorang yang bergerak di dalamnya.

Hana dan Arga saling bertukar pandang, lalu dengan hati-hati mendekati pintu tersebut. Mereka memastikan langkah mereka senyap, menghindari kerikil atau benda apa pun yang bisa membuat suara dan menarik perhatian.

Arga merapat ke dinding di samping pintu, sementara Hana bersiap dengan kameranya. Mereka sudah berlatih untuk situasi seperti ini berkali-kali, dan sekarang adalah saatnya untuk mengaplikasikan semua yang telah mereka pelajari.

Perlahan, Arga membuka pintu lebih lebar agar mereka bisa masuk tanpa menimbulkan suara. Cahaya dari dalam pabrik semakin jelas, memperlihatkan sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan peralatan industri yang sudah berkarat dan penuh debu. Namun, yang paling menarik perhatian adalah sekelompok orang yang berkumpul di tengah ruangan. Mereka mengenakan jubah hitam dengan simbol-simbol aneh yang sebelumnya telah ditemukan Hana dan Arga. Mereka tampak khusyuk, seolah-olah tengah mempersiapkan sesuatu yang sangat penting.

Di tengah-tengah kelompok tersebut, terdapat sebuah lingkaran besar yang digambar di lantai, penuh dengan simbol-simbol kuno yang sebelumnya telah dijelaskan oleh Profesor Rendra. Lingkaran tersebut tampak bercahaya samar, memancarkan energi yang tidak wajar. Di sekeliling lingkaran, ada beberapa lilin yang menyala dengan api berwarna merah tua, memberikan kesan seram pada suasana di dalam ruangan.

"Ini dia," bisik Hana. "Mereka sedang mempersiapkan ritual."

Arga mengangguk. "Kita harus mendapatkan bukti yang cukup sebelum menghentikan mereka."

Hana mulai memotret, mengabadikan setiap detail yang bisa dia dapatkan. Dia berusaha untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdegup kencang. Arga, sementara itu, fokus mendengarkan percakapan yang terjadi di antara para anggota Ordo Kegelapan.

Dari pembicaraan mereka, Arga bisa menangkap beberapa kata kunci yang mengindikasikan bahwa ritual tersebut akan segera dimulai. Mereka menyebutkan sesuatu tentang "Pintu Keabadian" dan "Kekuatan Kegelapan yang Akan Bangkit." Kata-kata tersebut mengirimkan getaran dingin di punggung Arga. Dia tahu bahwa mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat berbahaya.

Tiba-tiba, salah satu dari anggota Ordo Kegelapan, seorang pria tinggi dengan suara yang dalam dan berat, memimpin kelompok untuk memulai ritual. Dia mengangkat tangannya, dan para pengikutnya mulai melantunkan sesuatu dalam bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh Hana maupun Arga. Suara mereka bergema di seluruh ruangan, menciptakan resonansi yang membuat udara di sekitar mereka terasa tegang.

Lingkaran di lantai mulai bercahaya lebih terang, dan cahaya itu tampak hidup, bergerak dan berputar seperti pusaran energi. Suasana di dalam pabrik menjadi semakin suram dan mencekam.

Arga merasakan instingnya memberontak, memberi tahu bahwa mereka harus segera bertindak. Dia berbisik kepada Hana, "Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kita harus menghentikan ini sekarang."

Hana mengangguk, meskipun dia merasakan ketakutan yang luar biasa. Namun, mereka sudah terlalu jauh untuk mundur. Dengan cepat, mereka menyusun rencana untuk mengacaukan ritual tersebut. Mereka tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan menghancurkan lingkaran simbol yang ada di lantai.

Arga menyiapkan senjata darurat yang mereka bawa—sebuah tabung gas kecil yang diisi dengan bahan yang bisa menghasilkan ledakan ringan. Mereka berencana untuk melemparkannya ke tengah lingkaran, berharap ledakan tersebut cukup untuk merusak ritual tanpa melukai siapa pun.

Dengan tenang, mereka bergerak lebih dekat ke lingkaran tersebut. Hana mengambil posisi untuk melempar tabung gas, sementara Arga bersiap dengan senjatanya, berjaga-jaga jika ada yang mencoba menghentikan mereka.

Namun, tepat saat Hana akan melempar tabung gas, seorang dari anggota Ordo Kegelapan tampaknya menyadari kehadiran mereka. Pria itu berteriak, "Ada penyusup!"

Hana segera melempar tabung gas ke tengah lingkaran, dan Arga menembakkan senjatanya untuk menimbulkan kekacauan. Ledakan ringan terjadi, membuat cahaya di dalam lingkaran redup sejenak. Para anggota Ordo Kegelapan mulai panik, mencoba memulihkan ritual mereka.

Namun, ledakan itu juga memicu respons yang tidak terduga. Lingkaran simbol yang ada di lantai mulai bergetar dengan hebat, seolah-olah ada kekuatan besar yang ingin melepaskan diri. Cahaya merah dari lilin-lilin di sekitarnya berubah menjadi hitam pekat, dan suara raungan mengerikan terdengar dari dalam lingkaran, seperti suara makhluk yang berada di luar alam duniawi.

Hana dan Arga menyadari bahwa mereka harus segera keluar dari sana. Mereka berlari menuju pintu keluar dengan cepat, sementara anggota Ordo Kegelapan berusaha untuk mengembalikan kendali atas ritual yang kini telah lepas kendali.

Begitu mereka keluar dari pabrik, Hana dan Arga terus berlari menuju mobil mereka yang diparkir agak jauh. Mereka bisa merasakan getaran dari tanah di bawah mereka, pertanda bahwa sesuatu yang sangat tidak wajar sedang terjadi di dalam pabrik.

Setelah sampai di mobil, Arga segera menyalakan mesin dan melaju menjauh dari pabrik secepat mungkin. Keduanya terengah-engah, namun merasa lega karena berhasil keluar dari sana dengan selamat.

Saat mereka mencapai jarak yang cukup jauh dari pabrik, Arga memperlambat mobilnya. Hana memandang ke arah pabrik yang kini terlihat hanya sebagai bayangan di kejauhan.

"Kita berhasil menghentikan mereka, setidaknya untuk saat ini," kata Arga, masih berusaha mengatur napasnya.

"Tapi aku tidak yakin apakah itu cukup," jawab Hana dengan suara yang masih gemetar. "Ritual itu... apa pun yang mereka coba panggil, itu belum sepenuhnya keluar. Tapi kita jelas telah membuat mereka marah."

Arga mengangguk setuju. "Kita harus melaporkan ini secepatnya. Dan kita harus mencari cara untuk benar-benar menghancurkan Ordo Kegelapan ini sebelum mereka mencoba lagi."

Malam itu, mereka kembali ke apartemen dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, mereka berhasil mengganggu ritual dan mendapatkan bukti yang cukup untuk membongkar rencana Ordo Kegelapan. Namun di sisi lain, mereka tahu bahwa ancaman itu masih jauh dari selesai.