Hana dan Arga memutuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di galeri seni tersebut.
Meskipun mereka baru tiba, keduanya langsung merasakan ada sesuatu yang aneh dan misterius di tempat itu. Pemandangan galeri yang biasanya penuh dengan keindahan dan ketenangan kini berubah menjadi medan penyelidikan kejahatan yang penuh teka-teki.
Detektif Dania Teman lama dari Arga, memberikan mereka akses ke tempat kejadian perkara dan semua bukti yang telah dikumpulkan oleh tim forensik. Hana mulai memeriksa buku musik tua itu dengan hati-hati. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah bahwa notasi musik di dalam buku itu tampak aneh, seolah-olah ada pola tersembunyi di baliknya. "Ini lebih dari sekadar buku musik biasa," gumam Hana pada dirinya sendiri, sambil membalik-balik halaman dengan teliti.
Arga, sementara itu, mengelilingi ruangan, mengamati setiap sudut dengan cermat. Galeri seni itu luas, dengan beberapa ruangan yang menampilkan karya seni dari berbagai era.
Namun, di salah satu ruangan yang lebih terpencil, Arga menemukan sesuatu yang mencurigakan, sebuah lukisan besar yang tampaknya berbeda dari yang lain. Lukisan itu menggambarkan sebuah adegan yang suram, dengan bayangan gelap yang tampak seperti melilit seorang pria yang sedang memainkan alat musik. Arga merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan lukisan itu, seolah-olah ada pesan tersembunyi di dalamnya.
"Kau harus melihat ini, Hana," kata Arga, memanggil Hana untuk mendekat. "Ada sesuatu yang aneh dengan lukisan ini."
Hana berjalan mendekat dan menatap lukisan tersebut. Instingnya sebagai seorang penyelidik dan ahli musik segera merasa tergugah. "Lukisan ini tampaknya memiliki hubungan dengan buku musik itu," katanya, matanya tidak lepas dari detail-detail di dalam lukisan. "Lihat, pria di lukisan ini sedang memainkan alat musik yang sama seperti yang digambarkan dalam buku ini."
Detektif Dania yang ikut melihat lukisan tersebut mengerutkan kening. "Mungkin ini hanya kebetulan. Tapi dalam kasus ini, saya tidak percaya pada kebetulan," katanya. "Edwin adalah seorang kurator seni yang sangat teliti. Jika lukisan ini menarik perhatiannya, pasti ada alasannya."
Hana dan Arga setuju, dan mereka memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang asal-usul lukisan tersebut. Mereka menemukan bahwa lukisan itu merupakan karya seorang seniman yang dikenal dengan nama samaran "Nostromo," yang karya-karyanya terkenal karena penuh dengan simbolisme gelap dan misterius. Lukisan-lukisan Nostromo sering kali dianggap sebagai jendela ke dunia lain, dengan banyak yang percaya bahwa ada kekuatan supranatural yang terikat pada karya-karyanya.
"Ini tidak kebetulan," kata Hana dengan tegas. "Ada pola di sini, sesuatu yang lebih besar dari yang kita bayangkan."
Arga mengangguk, menyetujui analisis Hana. "Kita perlu tahu lebih banyak tentang Nostromo dan mengapa Edwin begitu tertarik pada lukisan ini."
Mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah Edwin, dengan harapan dapat menemukan petunjuk lebih lanjut.
Detektif Dania mengatur izin bagi mereka untuk mengakses kediaman Edwin. Rumah Edwin terletak di sebuah kawasan mewah di pinggiran kota, dikelilingi oleh taman yang indah dan besar. Dari luar, rumah itu terlihat megah dan penuh karakter, mencerminkan kepribadian pemiliknya yang mencintai seni dan budaya.
Setibanya di rumah Edwin, mereka disambut oleh suasana yang sunyi dan sedikit menakutkan. Hana tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang menyelimuti tempat itu, seolah-olah ada mata-mata yang mengawasi mereka dari balik dinding-dinding besar tersebut. Arga merasakan hal yang sama, tetapi ia mencoba tetap fokus pada tujuan mereka.
Di dalam rumah, mereka menemukan berbagai macam barang seni, mulai dari lukisan-lukisan berharga hingga patung-patung kuno yang berasal dari berbagai belahan dunia.
Namun, yang paling menarik perhatian mereka adalah sebuah ruangan kecil di lantai atas yang tampaknya digunakan oleh Edwin sebagai ruang kerja pribadi. Di dalam ruangan itu, mereka menemukan lebih banyak lukisan karya Nostromo yang disimpan dengan rapi.
"Dia jelas terobsesi dengan karya-karya Nostromo," kata Hana sambil mengamati lukisan-lukisan itu satu per satu. "Tapi mengapa? Apa yang dia cari?"
Di sudut ruangan, Arga menemukan sebuah peti kayu tua yang terkunci. Peti itu tampak sudah sangat tua, dengan ukiran-ukiran rumit yang menggambarkan adegan-adegan aneh dan menakutkan. Mereka berdua merasa bahwa peti itu bisa jadi menyimpan jawaban yang mereka cari. "Kita harus membuka ini," kata Arga sambil mencoba mencari cara untuk membuka peti tersebut.
Setelah beberapa saat mencari, mereka menemukan kunci tersembunyi di dalam salah satu laci meja Edwin. Kunci itu tampak seperti kunci antik yang dirancang khusus untuk peti tersebut. Dengan hati-hati, Arga memasukkan kunci ke dalam gembok dan memutarnya. Peti itu terbuka dengan suara berderit, seolah-olah sudah lama tidak dibuka.
Di dalam peti, mereka menemukan tumpukan kertas-kertas kuno, buku-buku usang, dan benda-benda aneh yang sulit dijelaskan. Di antara benda-benda itu, terdapat sebuah surat yang tampaknya sangat penting. Surat itu ditulis oleh Edwin sendiri dan ditujukan kepada seseorang yang namanya tidak disebutkan.
Hana membaca surat itu dengan seksama :
"Untuk siapa pun yang menemukan ini, ketahuilah bahwa saya telah melakukan yang terbaik untuk melindungi rahasia ini. Buku musik itu bukanlah sekadar buku. Ada kekuatan besar yang terkandung di dalamnya, kekuatan yang bisa mengubah dunia atau menghancurkannya. Saya takut ada orang yang mengetahui rahasia ini dan mencoba untuk memanfaatkannya. Itulah sebabnya saya menyimpan buku ini dan berusaha menjaganya agar tetap aman. Namun, saya merasakan bahwa waktu saya semakin menipis. Jika kau menemukan ini, tolong lanjutkan sisa - sisa penyelidikan saya. Temukan kebenaran di balik Nostromo dan lukisan-lukisannya. Ini bukan hanya tentang seni, ini tentang sesuatu yang lebih besar. Berhati-hatilah, karena banyak yang akan mencoba menghentikanmu."
Hana tertegun. "Edwin tahu lebih banyak daripada yang kita bayangkan. Dia menyadari bahaya yang terkandung di dalam buku musik itu dan mencoba melindunginya. Tapi dari siapa?" Arga berpikir sejenak sebelum menjawab. "Mungkin dari orang-orang yang sama yang membunuhnya. Orang-orang yang menginginkan kekuatan itu untuk tujuan mereka sendiri." Dengan informasi baru ini, Hana dan Arga memutuskan untuk kembali ke galeri seni, mencoba menemukan lebih banyak petunjuk yang mungkin mereka lewatkan sebelumnya. Mereka merasa ada sesuatu yang tersembunyi di galeri itu, sesuatu yang berhubungan dengan buku musik, lukisan Nostromo, dan kematian Edwin.
Setibanya di galeri, mereka langsung menuju ke ruangan di mana lukisan Nostromo dipajang. Hana mengamati lukisan itu lebih dekat kali ini, mencari petunjuk yang mungkin tersembunyi di dalam detail-detail kecil. Tiba-tiba, dia menyadari sesuatu yang aneh. Di sudut bawah lukisan, ada tanda tangan kecil yang hampir tidak terlihat, tanda tangan yang tidak biasa untuk sebuah lukisan.
"Tanda tangan ini…" gumam Hana sambil menyipitkan mata. "Ini bukan tanda tangan biasa. Ini semacam simbol." Arga mendekat untuk melihat lebih jelas. "Kau benar. Ini tampak seperti simbol kuno. Mungkin ini petunjuk lain?" Hana mengeluarkan buku catatannya dan mulai menyalin simbol tersebut. Mereka memutuskan untuk membawa simbol itu ke seorang ahli simbolisme yang mereka kenal, Dr. Raditya, yang bekerja di universitas terdekat. mereka yakin dia bisa membantu mengungkap makna dari simbol tersebut.