Chereads / "Zodiac Chronicles: Virgo's Valor - Earthbound Enigma" / Chapter 2 - Chapter 1 - Pertemuan Membukan

Chapter 2 - Chapter 1 - Pertemuan Membukan

-31 Januari 1139

-Benua Nega Abig

Myland lalu sampai di sebuah kerajaan Stehun. Myland datang ke Stehun untuk mencari rekan guild dan Stehun adalah perkumpulan guild terbesar di Nega Abig. Myland cukup kelelahan tetapi untungnya awan sedang mendung dan sepertinya sebentar lagi akan hujan. Saat ini Benua Nega Abig sedang mengalami musim penghujan.

Saat tiba-tiba air sedikit menetes dari langit, Myland langsung berlari mencari tempat berteduh dan Myland menemukan tempat makan. Myland akhirnya berfikir dia akan sekali membeli makan karena persediaannya menipis karena perjalanannya selama dua minggu.

Myland memasuki tempat makan tetapi Myland melihat bahwa dirinya tidak mendapatkan tempat duduk. Saat Myland ingin keluar ternyata hujan sudah menjadi lebat membuat Myland tidak bisa kemana mana. Myland lalu mencari pelayan dan berbicara dengan Pelayan tersebut "Permisi, apakah ada tempat duduk kosong untukku?" Pelayan itu lalu tersenyum dan berkata "Maaf kami sudah penuh, tetapi kalau anda ingin duduk maka anda bisa duduk bersama laki-laki yang ada di sana." Myland melihat laki-laki yang mabuk duduk di mejanya. Karena tidak punya pilihan akhirnya Myland berjalan kemeja tersebut sambil berterimakasih kepada sang pelayan.

Myland duduk di bangkunya dan didepannya terdapat remaja laki-laki tinggi berambut coklat pendek yang acak-acakan dengan mata hijaunya yang tajam dan memakai baju cukup sederhana. Myland menesan makanan dari pelayan yang menghampiri mejanya tetapi Myland sedikit kesal saat Laki-laki itu terus menatapnya, wakah sang lelaki merah karena pengaruh alkohol. Saat pelayan itu pergi suasana sedikit canggung dengan suara orang-orang yang mengobrol di tempat makan yang penuh dan beberapa suara piring, sendok dan Aroma maknan yang harum memenuhi ruangan.

Tiba-tiba laki-laki itu mulai berbicara "Hei nona, apakah kau sudah punya guild?"

Myland terkejut dengan laki-laki itu "em… belum."

"Apa kau…" laki-laki itu sedikit terdiam. Tampaknya ia sudah dalam kondisi mabuk

"Apa kau sudah punya pacar?" Tanya sang laki-laki tersebut

Myland terkejut dengan pertanyaan itu lalu Myland membalas dengan nada sedikit kesal "Apa-apaan kau!!?"

Laki-laki itu lalu tertidur dan akhirnya Myland tenang. Tetapi tidak lama kemudian terdengar suara dengkuran yang mengganggu Myland, itu berasal dari remaja laki-laki tersebut.

Beberapa menit berlalu dan Myland hampir menghabiskan makanannya. Laki-laki itu tiba-tiba bangun dari tidur dan sepertinya ia sudah sadar. Laki-laki itu lalu terkejut melihat ada seorang gadis di hadapannya "Kau.… Siapa!?" Ucap sang lelaki dengan kebingungan

"Aku Myland. Aku terpaksa duduk bersama mu karena sudah tidak ada bangku yang kosong". ucap Myland sambil mengunyah makanan "Kau sangat merepotkan saat mabuk." bisik Myland tetapi sedikit terdengar oleh laki-laki tersebut

Laki-laki tersebut lalu berdiri dan membungkuk "Aku minta maaf kalau aku mungkin sedikit mengacau saat mabuk."

Myland mulai menghela nafas "Tidak apa, hanya kekacauan kecil."

"Ngomong-ngomong siapa namamu? Aku lupa. Aku Saraya Tadakara." Ucap Tadakara

Myland mulai menatap Tadakara dengan tatapan aneh "Apa urusanmu?"

"Hanya penasaran... mungkin kita bisa saling membantu." Ucap Tadakara

Myland sedikit kesal karena Tadakara yang mendekatinya "Kau mau aku bantu melemparmu keluar?"

Tadakara tertawa kecil, meski agak canggung "Tidak, tidak... Maksudku, aku sedang butuh teman untuk buat guild. Lagi pula, dunia ini keras kalau sendirian."

Myland menghela napas panjang, memandang Tadakara dengan tidak percaya "Kau bahkan tak bisa menjaga diri sendiri dari botol bir, apalagi dari monster."

Tadakara menyadari kekonyolannya, tersenyum lemah "Eh, tapi aku janji, aku lebih berguna saat tidak mabuk."

Myland menggelengkan kepala "Kalau kau janji tidak menyusahkan, mungkin aku bisa pertimbangkan."

Tadakara menyunggingkan senyum "Deal! Tapi... bisakah kau bayarkan minumanku? Aku sedang tak punya Lumine (Mata uang di Nega Abig)."

Myland kembali kesal dengan Tadakara "Kau benar-benar orang yang merepotkan."

dengan senyum penuh harapan "Jadi...?"

Myland menghela napas lagi, tetapi kali ini lebih ringan "Baiklah, tapi hanya kali ini. Besok, kau cari uang sendiri."

"Aku janji. Sekarang mari kita temukan guild itu... setelah tidur sebentar." Ucap Tadakara

Myland tersenyum kecil "Aku yang akan tidur, kau yang akan bayar dengan kerja keras nanti."

Myland lalu mengulurkan tangannya "Aku Myland Mestro."

Myland dan Tadakara lalu berjabat tangan "Ingat, aku adalah rekan mu bukan temanmu." ucap Myland dan Tadakara mengangguk. Myland lalu melanjutkannya "sekarang ikuti aku menemukan penginapan."

Saat Myland melihat hujan sudah reda, Myland lalu berjalan kekasir untuk membayar setelah itu ia pergi keluar untuk mencari penginapan. "Tadakara, kau tau dimana Guildhall berada? Kita harus membuat kartu petualang di sana agar kita bisa membuat guild di sana." tanya Myland

"Jujur saja aku tidak tahu." Ucap Tadakra

Myland menghela nafas "Ya ampun, bukankah kau orang sini?"

Tadakara menjawab "Aku bukan berasal dari kerajaan ini bahkan aku tidak berasal dari benua ini."

"Sungguh!?" Tanya Myland dengan sedikit terkejut

Tadakara mengangguk "Ngomong-ngomong apa Zodiak mu? Zodiak ku Cancer."

Myland menjawab dengan tatapannya sedikit berubah menjadi agak tidak senang "Aku Virgo tetapi aku bahkan tidak dapat menggunakan sihirku, aku bahkan tidak mengerti bagaimana konsepnya."

Tadakara terkejut "Kau tidak dapat menggunakan Zodiak mu!!?" Myland mengangguk.

"Jadi kalau kau ingin aku menjelaskannya dengan mudah. Intinya kau membutuhkan mana untuk mencapai kekuatan zodiak." ucap Tadakra

Tatapan Myland agak kesal "Aku bahkan tidak memiliki mana."

Tadakra terkejut "Sungguh!!? Itu seperti pisau tanpa mata pisau."

Myland mengangguk "terima kasih untuk menjelaskan apa yang sudah jelas."

Tiba-tiba di depan terlihat sekelompok orang yang menggunakan jubah hitam. Tadakara lalu menarik Myland menjauh dari para lelaki itu. "Kenapa?" Tanya Myland.

"Mereka adalah salah satu preman disini. Kalau berurusan dengan mereka maka kauakan kehilangan banyak Lumine." Ucap Tadakara

Myland lalu menghela nafas "Serahkan saja padaku."

Myland lalu berjalan menuju para preman dengan total lima pria yang beradan besar dan memakai pakaian serba hitam dan jas hitam "Hei nona manis, beraninya kau melewati kami. Apa kau tidak mengenal kami?" Ucap dari salah satu pria

Tatapan Myland menjadi kesal "Siapa kau, aku tidak mengenal kalian. Kalau kalian terkenal pula aku tidak peduli juga."

Salah satu pria itu sedikit menyeringai kecil "Kalau kau ingin lewat maka kau harus menyerahkan semua Lumine yang kau miliki."

"Untuk apa aku memberikannya pada kalian." ucap Myland

Pria itu sepertinya mulai kesal "Kalau kau tidak ingin mengeluarkan Lumine maka lawan kami duku."

Myland melangkah sambil menyiapkan pedangnya "Siapa takut."

Para preman itu lalu mengeluarkan energi zodiak mereka, tetapi Myland tidak mengerti tentang aura Zodiak jadi ia hanya melakukan ancang-ancang.

Myland berdiri tegak. Lima preman dengan postur tubuh besar mengelilinginya, aura zodiak Leo mereka memancar dan mengancam. Setiap pria memancarkan energi yang kuat, membuat udara di sekitar mereka bergetar. Mereka tersenyum sinis, yakin bahwa mereka bisa me mengalahkan Myland dengan mudah.

Pria yang berdiri di depan Myland mengangkat tangannya, dan sebuah bola api besar terbentuk di atasnya, menyala-nyala dengan amarah .

Dengan satu gerakan cepat, pria itu meluncurkan bola api ke arah Myland. Bola api itu melaju dengan kecepatan tinggi, tetapi Myland dengan refelk tajamnya, melompat ke samping dan berguling di tanah menghindari serangan. Tanah di tempat bola api mendarat meledak, meninggalkan kawah kecil yang masih mengeluarkan asap panas.

Myland tidak memberikan preman itu waktu untuk melayangkan serangan mereka. Dengan cepat, dia melesat ke depan, menyerang pria terdekat dengan pedangnya. Pria itu mencoba mengaktifkan aura zodiak untuk melindungi dirinya, tetapi Myland terlalu cepat. Pedang Myland menebas bahu pria itu, membuatnya jatuh ke tanah sambil berteriak kesakitan.

Pria kedua dan ketiga, yang juga memiliki kekuatan zodiak Leo, memutuskan untuk menyerang bersama. Mereka menciptakan dua singa besar dari api yang melompat ke arah Myland dengan mulut terbuka lebar. Myland berlari cepat, bergerak di antara singa api tersebut dengan lompatan dan gulungan yang gesit. Gerakan mereka sangat cepat dan liar, tetapi Myland tetap tenang.

Myland menerobos di antara serangan mereka. Ketika salah satu singa api mencoba menggigitnya, Myland melompat ke udara, menghindari serangan dan mendarat di belakang salah satu preman yang mengendalikan singa api. Tanpa ragu, Myland mengayunkan pedangnya dengan cepat, memukul tengkuk pria itu dan membuatnya pingsan seketika.

Pria keempat, yang lebih besar dan lebih kuat, marah melihat temannya jatuh. Dia menghantam tanah dengan tangannya, menciptakan gelombang kejut yang memancarkan lingkaran api di sekelilingnya, memaksa Myland untuk mundur. Tetapi, Myland tahu bahwa kekuatan preman ini sangat bergantung pada sihir mereka. Dia harus tetap bergerak dan tidak memberikan mereka kesempatan untuk mengarahkan serangan mereka.

Myland berlari ke arah pria itu, mengabaikan rasa panas dari api yang berputar di sekitar mereka. Dia menggunakan kekuatan kakinya untuk melompat tinggi, dan dengan gerakan yang terlatih, dia mengayunkan pedangnya ke bawah, menghantam pria itu dengan kekuatan penuh. Pria itu mencoba melindungi diri dengan tangan berapi, tetapi Myland lebih cepat. Pedangnya memotong lengan pria itu, membuatnya berteriak kesakitan dan api di sekitarnya padam.

Sisa dua preman, melihat rekan-rekan mereka jatuh satu per satu, mulai gugup. Mereka mencoba meluncurkan serangan api terakhir, tetapi Myland sudah di depan mereka sebelum mereka bisa menyelesaikan mantra mereka. Dengan serangkaian serangan cepat, Myland menebas pedangnya, memukul satu pria di perut dan yang lainnya di dada, membuat mereka terhuyung mundur dan jatuh ke tanah, tidak sadarkan diri.

Dengan napas sedikit terengah-engah, Myland berdiri di tengah lima pria yang tergeletak di tanah. Pedangnya masih dalam genggaman, dan tatapannya tajam.

Sambil menatap pria yang pertama kali mengancamnya, Myland menendang salah satu preman yang masih berusaha bangkit. "Kalian mungkin memiliki kekuatan zodiak, tetapi itu tidak ada artinya jika kalian tidak tahu cara menggunakannya dengan benar." Myland lalu mengambil kantung pria itu yang berisi banyak Lumine "Aku ambil ya."

Myland lalu berjalan kedepan sambil memasukkan pedangnya ke sarungnya. Tadakra yang melihat dari belakang menontonnya sambil terkejut karena berkali-kali Tadakara mengira Myland akan mati. Tadakara lalu mengejar Myland "Hei, tunggu!"

Beberapa menit kemudian Myland akhirnya menemukan penginapan. Myland lalu memesan dua kamar. Tadakara bingung kenapa Myland menesan dua kamar "Myland, bukankah satu kamar sudah cukup luas?"

"Aku tidak ingin satu kamar dengan mu." ucap Myland lalu berjalan ke kamarnya dan menutup pintu. Tadakara hanya bisa melihat Myland memasuki kamar dan Tadakra memasuki kamarnya juga. Saat Tadakara masuk ia bahkan melihat kamar sangat luas dan memiliki empat kasur. Myland lalu langsung berbaring di kasurnya dan menunggu hari gelap.

Keesokan paginya Myland bangun dan melihat diluar sedang hujan. Myland lalu bangun dan berjalan ke kamar Tadakra dan Tadakra masih tidur "Hei, bangun." Tadakara masih tertidur pulas dan Myland mencoba membangunkannya hingga dua jam dengan cara yang masih lembuy. Myland menggoyangkannya berkali-kali, menepuk-nepuk kepalanya, dan akhirnya dengan cara terakhir Myland mengambil ember kosong dari pemandian lalu menyiram Tadakara hingga Tadakara bangun.

Tadakara terbangun dengan terkejut "Akhirnya bangun juga kau." Ucap Myland sambil memegang ember.

Tadakara menatap Myland dengan jengekl "Apa-apaan kau?"

"Kau sulit untuk dibangunkan jadi tidak ada pilihan lain." Ucap Myland dengan seringai kecilnya.

"Padahal ini masih pagi." Ucap Tadakra sambil melihat kearah jendela dengan keadaan diluar yang masih hujan.

"Pagi matamu." Ucap Myland.

"Kenapa kau membangunkan ku padahal di luar masih hujan." Ucap Tadakra dengan kesal.

Myland menyentil kening Tadakara "Agara kau tidak menjadi anak yang malas"

Tadakra memasang ekspresi jengkel. Myland lalu bertanya "Ngomong-ngomong berapa umurmu?"

"15 tahun." jawab Tadakara.

"Hm… berbeda satu tahun depan ku rupanya." ucap Myland.

Myland melihat ke jendela dan sepertinya hujan Sudah mereda "Ayo cari Guildhall."

Myland lalu keluar kamar dan Tadakra mengikuti Myland. Walaupun masih gerimis tetapi itu tidak menghalangi Myland untuk berjalan ke Guildhall. Di tengah perjalanan mencari Guildhall, Tadakara melanjutkan percakapan yang terakhir terpotong "Ngomong-ngomong soal mana, kau kemarin tidak sempat mendengarkan penjelasan lengkapnya. Jadi dengan mana kau juga bisa menggunakannya secara langsung untuk sihir."

Myland lalu mengangguk "Jadi begitu. Itu saja?"

"Ya, hanya itu saja yang aku tahu." ucap Tadakra.

"Ngomong-ngomong dari mana asal mu?" Tanya Myland.

Tadakara menjawab "Aku berasal dari Zenon dan aku juga pernah bersekolah di Akademi Zenon Utara."

Myland menatap Tadakara dengan aneh "Tetapi kau seperti tidak berpendidikan."

Tadakara sedikit cemberut"Apa maksudmu?"

"Ah, tidak." Jawab Myland.

Myland merasa sepertinya mereka tidak dapat menemukan Guildhall yang mereka cari dan akhirnya Myland bertanya dengan beberapa penduduk sampai akhirnya mereka menemukan Guildhall "Akhirnya…"

Mereka masuk lalu melihat ruangan penuh dengan para petualang dari berbagai daerah. Mereka lalu membeli sarapan sebentar. Myland memesan makan ke pelayan sedangkan Tadakara mencari tempat duduk. Myland kembali ke meja dengan membawa sarapan masi ayam dua porsi.

"Kita harus membuat guild terdahulu sebelum menjalankan misi"

Tadakara mengangguk sambil memakan sarapannya dengan lahap.

"Kau benar-benar lapar ya." Ekspresi tidak puas jelas terpampang di wajah Myland.

"Apa kau punya kartu petualang?" Tanya Myland

Tadakara menggelengkan kepalanya dengan masih mmakan sarapannya.

"Kalau kau sudah selesai kita akan membuat kartunya." Ucap Myland

Tadakara mengangguk lagi. Setelah beberapa saat Myland dan Tadakara menghabiskan sarapan "Ayo Myland."

Myland berdiri lalu berjalan menuju tempat pendaftaran petualang. Myland mengeluarkan uang untuk membuat dua kartu. Setelah pergelangan tangannya di ramalkan mantra, Myland lalu mendapatkan kartu lalu ia melihat kartunya.

Nama: Myland Maestro

Nomor ID: 238127

Ras:Manusia

Job: Warior

Level: 1

Zodiak: Virgo

Status:

HP=70

MP=0

Strange=82

Defense=78

Speed=68

Magic=0

Lucky=56

yang pasti statusnya dominan ke fisik bahkan status mananya nol.

Tadakara melihat kartunya setelah ia mendapatkan kartu.

Nama: Saraya Tadakara

Nomor ID: 182126

Ras:Manusia

Job: Mage

Level: 1

Zodiak: Cancer

Status:

HP=50

MP=29

Strange=37

Defense=45

Speed=24

Magic=26

Lucky=98

Hal yang pasti ia perhatikan pertama kali adalah mananya yang ternyata tidak banyak dan ternyata keberuntungannya sangat tinggi.

"Kau sepertinya lebih cocok untuk menjadi pedagang daripada menjadi petualangan." Ucap Myland.

"Diamlah." Ucap Tadakra dengan sedikit cemberut.

Myland lalu berjalan ke meja beesama Tadakara. "Menurutmu bagaimana kita bisa mengumpulkan orang untuk bergabung ke guild kita?" Ucap Tadakra.

"Kita muali dulu dari dua orang. aku harus balik modal." Ucap Myland.

Myland berjalan kke pendaftaran lagi untuk mendaftar nama dirinya dan Tadakra ke guild dan Myland memikirkan nama random yaitu Astro. Setelah resmi memiliki guild, Myland kembali ke Tadakara.

"Sekarang kita harus memcari misi." Ucap Myland.

"Sepertinya ini cocok." Tadakara memberikan kertas ke Myland. Ternyata Tadakara sudah mengambil kertas misi sedari tadi.

Misi itu berisi: Mengalahkan enam slime di padang rumput selama tiga hari.

Myland mengangguk "Boleh juga." Myland tiba-tiba menyeringai licik ke arah Tadakara.

Keesokan siangnya terdengar suara teriakan di padang rumput dan terlihat Tadakara berlari sambil berteriak "MYLAAAAAAAND TOLOOOONG!!?" Tadakara sedang di kejar oleh segerombolan slime berukuran besar.

"Ini untuk menambah stamina mu, jadi semangatlah." Myland tersenyum puas.

Tadakara lalu akhirnya mengeluarkan sihirnya dan mengeluarkan cahaya naga dari tangannya dan naga itu menyerang dua slime sekaligus. Slime di hadapannya memang musnah tetapi dirinya malah di sergap dari belakang. Myland lalu berlari untuk meneyrnag slime yang menerkam Tadakara.

Myland membawa Tadakara untuk kembali ke penginapa. "Kenapa kau tidak menolongku sedari tadi?" Tanya Tadakara.

"Itu agar kau bisa meningkatkan kekuatan sihir mu dan mana mu." Jawab Myland dengan senyum puasanya.

"Ah, aku bau lendir." Ucap Tadakra sambil menutup hidungnya.

"Ngomong-ngomong itu sihir naga?" Tanya Myland.

Tadakara mengangguk "Ya, iru sihir turun menurun."

"Tetapi naganya kecil sekali." Ucap Myland.

"Diamalh." Ucap Tadakra tidak senang.

Sesampainya di penginapan mereka membersihkan dirinya dari lendir. Saat malam hari mereka duduk di Guildhall untuk makam malam sambil sedikit berbincang. "Satu slime menghasilkan 6.000 Lumine, setidaknya cukup tetapi misinya masih belum selesai karena masih ada tiga slime lagi." Ucap Myland.

"Kumohon jangan biarkan aku dikejar slime lagi." Ucap Tadakra sambil memohon.

Myland sedikit berfikir "Sepertinya kita harus mencari orang lagi untuk persiapan kita, aku tidak yakin bisa melawan musuh sendiri"

"Bisa-bisanya aku tidak di anggap!!!" Ucap Tadakra.

Keesokan harinya Myland menempelkan poster buatannya di papan guild. Dan setelah beberapa menit menunggu mereka tidak kunjung mendapatkan anggota baru. Tadakara melihat gambaran Myland yang bahkan lebih pantas di panggil gambar anak kecil. "Kau serius kau yang membuatnya?"

"Memangnya kenapa kalau iya?" Ekspresi Myland sedikit masam

"Tidak apa." Tatapan Tadakara jelas sedikit kecewa.

Tiba-tiba terdapat seorang gadis berambut coklat dengan mata merah, menggunakan pakaian penyihir berwarna hitam. "Permisi, apakah disini adalah guild Astro?" Gadis itu tersenyum saat menanyakan guild

"Ya, apa kau ingin bergabung?" Tanya Myland.

"Ya, aku ingin bergabung. Kalian pasti sangat membutuhkan ku dengan skill sihir ku yang di atas rata-rata." Gadis itu tampak percaya diri.

"Siapa namamu?" Tanya Myland

"Aku Karuna Liandre Ikatri. Penyihir penyembuh dari desa iblis." Ucap Karuna

Tadakara tampak terkejut "Desa… Desa Iblis!!?"

Myland menghela nafas "Tidak seperti yang kau bayangkan. Dia dari desa Naga Iblis tetapi dia hanya manusia biasa tanpa ada keturunan iblis sama sekali. Dan yah, dengan karakteristik nama yang aneh sudah pasti kau dari sana"

"Ooi, jangan merusak suasana." Karuna sedikit cemberut.

"Coba tunjukkan kartu petualang mu." Ucap Myland.

Karuna lalu memberikannya kartu petualangnya

Nama: Karuna Liandre Ikatri

Nomor ID: 261946

Ras: Manusia

Job: Healer

Level: 2

Zodiak: Aquarius

Status:

HP=49

MP=88

Strange=45

Defense=23

Speed=34

Magic=78

Lucky=57

"Sihir sebesar ini hanya untuk penyembuhan?" Tanya Myland.

Karuna mengangguk dengan senyuman polosnya.

Saat siang hari terdengar suara teriakan dari Tadakara yang di kejar oleh tiga slime "AAAAAAAH… TOLONG AKUUUU." Dari kejauhan Myland dan karuan hanya memandangi dari kejauhan dan Karuna tertawa terbahak-bahak melihat Tadakara yang di kejar slime.

Tadakara berhasil mengeluarkan sihir naganya tetapi hanya mengenai satu slime dan satu slime lagi melahap Tadakara. Karuna yang panik langsung berlari kearah Tadakara "Tadakaraaaa." Karua mengeluarkan sihirnya "Tidak akan kubiarkan kau memakan rekan guildku yang baru aku temui. Hadapi iniiiii." Sihirnya dilepakan kearah slime tetapi itu tidak bekerja karena sihirnya adalah healer.

Karuna langsung tersenyum kearah slime "Hehe, aku minta maaf slime yang cantik…" Tidak lama Karuna langsung di makan oleh Slime tersebut. Myland akhirnya turun tangan untuk menolong dua orang yang sepertinya keduanya akan menjadi bebannya saat perjalanan.

Singkat cerita saat malam hari guild mereka sudah resmi menyelesaikan misi dan mereka bertiga makan malam bersama. "Karuna, sepertinya kau memiliki kepintaran yang rendah. Sepertinya kau tidak akan ku…"

Karuna langsung bersujud kearah Myland. "Myland kumohon jangan bunag aku. Tidak ada yang mau menerima ku. Aku akan melakukan apapun bahkan aku rela tidak di bayar ahar aku ada di guild ini tetapi kumohon jangan buang aku. Tidak ada yang mau menerima ku jadi kumohon."

Karena Karuna benar-benar memelas jadi dirinya menerima Karuna "Baiklah-baiklah."

Karuna lalu tersenyum lebar sangat gembira karena akhirnya ada yang menerimanya "Terimakasih, terimakasih, terimakasih."

Mereka akhirnya melanjutkan makan malam bersama.

Keesokan harinya Myland kesulitan memilih misi untuk guildnya."Misi ini terlalu bahaya untuk guilku"

Saat Karuna dan Tadakra menunggu, tiba-tiba terdapat seorang gadis dengan baju berwarna perak, rambut hitam pendek, dan mata coklat. "Apakah ini adalah tempat guild Astro?"

Myland langsung menghampiri gadis itu karena tidak terlalu percaya dengan dua orang yang ada di meja "Ya, ini tempatnya. Kau ingin bergabung?"

"Ya, aku adalah Ravenna Dulcinea, panggil saja Revanna." Perawakannya tegas dan tampak serius.

Myland akhirnya bisa bernafas lega karena ada orang normal di guildnya. "Bisa serahkan kartu petualang mu?"

Revanna memberikan Myland kartunya

Nama: Ravenna Dulcinea

Nomor ID: 304220

Ras: Manusia

Job: Warior

Level: 3

Zodiak: Taurus

Status:

HP=87

MP=56

Strange=12

Defense=89

Speed=45

Magic=34

Lucky=55

Myland terkejut melihat Strange yang kecil tetapi defense yang besar tetapi Job nya adalah warior "Kau warior?"

Ravenna mengangguk "Ya, kenapa memangnya"

"Bukankah kau lebih baik menjadi tank?" Tanya Myland.

"Aku ini prajurit ang maju untuk melawan bukan bertahan" jawab Ravenna.

Myland lalu mengangguk "Ya, baiklah kau di terima."

Myland akhirnya bernafas panjang karena setidaknya dia normal. Tetapi harapannya pupus ketika ia melihat Ravena membaca misi tentang monster naga berkepala tiga dan wajahnya memerah seperti ada sesuatu di dalam dirinya. Jantung Ravenna berdebar kencang dan matanya tertuju pada gambaran naga berkepala tiga.

Myland terkejut karena sepertinya Ravenna memiliki fetish yang aneh dan tidak wajar terhadap monster.