Chapter 5 - Chapter 4 - Penyesalan

- November 12 128

Tanako yang menggunakan pedang Mata Waktu sedang bertarung melawan seorang pria yang menggunakan pedang Pilar Kegelapan. Keduanya saling beradu pedang dan saling meneyrang.

Tanako menahan serangan demi serangan, pandangan matanya semakin tajam setiap kali ia memprediksi gerakan lawannya. Namun, pria pemegang Pilar Kegelapan itu semakin brutal, serangannya semakin sulit diprediksi. Tanako mulai merasakan kelelahan menjalar di lengannya; seolah pedang yang biasanya ringan kini menjadi beban yang tak tertahankan.

Pria itu tersenyum sinis, langkah kakinya tak menunjukkan tanda kelelahan. "Mengandalkan masa depan terlalu banyak hanya akan membuatmu buta pada masa kini," ejeknya sambil menghantamkan pedangnya ke arah Tanako. Tanako berusaha menangkis, tapi energi hitam dari Pilar Kegelapan menyebar seperti racun, melumpuhkan setiap celah pertahanannya.

"Argh!" Tanako terdorong mundur, tubuhnya membentur tanah dengan keras. Pandangannya berkunang-kunang, dan sejenak, dia merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk. Saat dia berusaha bangkit, pria itu sudah berada tepat di depannya, mengayunkan pedangnya ke bawah dengan kekuatan yang luar biasa.

Tanako mencoba mengangkat pedangnya untuk menangkis, tapi terlambat—Pilar Kegelapan menghantam bahunya, membuat pedang Mata Waktu terlempar dari genggamannya. Rasa sakit menjalar, membuat tangannya mati rasa. Tanako berusaha merangkak untuk mengambil pedangnya kembali, tapi pria itu dengan cepat menendangnya hingga terlempar lebih jauh.

"Aku sudah melihat masa depanmu, dan kau kalah," kata pria itu dengan nada dingin, berjalan mendekat dengan langkah lambat tapi penuh ancaman. Tanako tersentak; selama ini dia yang selalu melihat masa depan lawannya, tapi sekarang justru dia yang disudutkan.

Dengan satu gerakan cepat, pria itu menendang pedang Mata Waktu jauh dari jangkauan Tanako. Tanako mencoba bangkit, tapi pria itu menginjak dadanya, menekannya kuat ke tanah. Tanako terbatuk, darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Kau lemah. Tanpa kemampuanmu melihat masa depan, kau tidak ada apa-apanya," pria itu menundukkan wajah, pandangannya seperti pisau yang menusuk. Dia mengangkat pedang Pilar Kegelapan, siap untuk memberikan pukulan terakhir.

Tanako menatap langit dengan mata yang setengah terpejam, kesadarannya mulai memudar. Seluruh tubuhnya terasa sakit, dan meskipun dia berusaha keras untuk melawan, dia tahu dia telah kalah. "Masa depan... tidak bisa... diubah..." gumam Tanako lemah, tangannya mencoba meraih udara kosong, seakan masih berharap pada satu keajaiban terakhir.

Pria itu menurunkan pedangnya dengan cepat, mengarah ke dada Tanako. Tapi sebelum serangan itu menghantam, sebuah suara keras dan cahaya terang tiba-tiba meledak di antara mereka, memaksa pria itu mundur beberapa langkah.

Tanako terkapar, matanya perlahan tertutup saat kesadarannya tenggelam dalam kegelapan. Dia kalah, dan pedang Mata Waktu kini tergeletak jauh dari jangkauannya, simbol bahwa masa depan yang dia lihat telah berakhir dengan kekalahan telak.

Tanako terbangun dengan keadaan terluka dan ia langsung dipeluk oleh Rika. Tanako melihat teman-temannya, pria dengan rambut hitam dan mata merah, menggelengkan baju perlengkapan perang lengkap dan memiliki Pedang pendek dengan bilah gelap dan matte, seolah menyerap cahaya di sekitarnya, dengan pegangan yang dihiasi simbol-simbol kuno yang samar terlihat, Pedang Penjaga Rahasia. Lalu seorang gadis dengan rambut merah pendek dan mata hitam memegang Pedang dengan bilah berwarna oranye berkilauan seperti bara api yang sedang padam, dengan ukiran seperti percikan api di sepanjang sisi pedangnya. Pegangannya berbentuk seperti bara yang menyala terang, Pedang Api Penebusan. Setelah Rika mundur, ia langsung di tampar oleh pria yang ada di sana.

"Apa kau sudah gila!? Kau ingin membunuh rekan kita? Apa kau tahu tujuan kita dikumpulkan?" Ucap sang pria dengan nada penuh amarah.

Tiba-tiba Tanako terbangun dari tidurnya. Tubuhnya sedikit gemetar karena mimpinya. Tanako melihat tangannya yang gemetaran. "Mimpi itu lagi."

Rika masuk kekamar Tanako dan menghampiri Tanako. "Mimpi itu lagi ya. Bukankah sudah kubilang lebih baik tinggalkan saja pedang itu."

Tanako menggelengkan kepalanya. "Hanya untuk kali ini, kumohon biarkan aku menyelesaikan tugasku."

Tiba-tiba hujan turun dan Rika menengok keluar. Disisi lain Myland yang Lagi-lagi merenung di teras penginapan melihat hujan turun.

Ia masih berfikir kenapa dirinya dipanggil kesini. Apa alasannya ia melihat penglihatan tersebut.

Revanna lalu menghampiri Myland. "Sedang memikirkan sesuatu?"

Myland mengangguk.

"Kalau ada masalah lebih baik kau ceritakan." Ucap Revanna.

Myland menghela nafas panjang. "Aku tidak tahu kenapa aku berada di Padang. Maksudku apa tujuan aku memiliki penglihatan kerajaan ini?"

Revanna lalu menjawab. "Mungkin kau harus melakukan sesuatu yang bisa memicu sesuatu."

"Tetapi aku harus apa?" Ucap Myland dengan kesal.

Mereka sempat terdiam karena tidak menemukan jawabannya.

"Ngomong-ngomong, selagi kita memikirkannya, mungkin kita bisa menjalankan misi Guildhall." Ucap Revanna.

Myland sempat memikirkan kenapa tiba-tiba Revanna mengajaknya menjalankan misi, tetapi akhirnya ia setuju karena ia tidak memiliki kegiatan. "Baiklah, tetapi hujan masih deras."

"Kenapa kita tidak lari saja?" Revanna mengambil ancang-ancang. Ketika ia ingin lari, ia langsung ditahanan oleh Myland.

"Jangan gegabah, jangan buat dirimu sakit." Ucap Myland.

Myland melanjutkan. "Lebih baik kita menunggu hujan reda."

Revanna sedikit kecewa. "Baiklah."

Setelah beberapa jam mereka berbincang sambil menunggu hujan reda, akhirnya mereka dapat berangkat ke Guildhall karena hujannya reda.

Sesampainya di Guildhall, Revanna langsung berlari ke papan misi lalu mengambil satu misi.

"Apa yang kau ambil?" Tanya Myland.

Revanna lalu menunjukkan kertas misi. "Ayo kita ambil ini." Misi menangkap monster serigala dan serahkan kepada pemiliknya.

Tatapan Myland sedikit kecewa. "Kau ingin mati atau—"

"Kalau kau mengambil ini maka kau mendapatkan jatah hadiah lebih banyak." Ucap Revanna sambil sedikit tersenyum.

Setelah beberapa saat Myland langsung menyetujui dan berjalan kearah hutan untuk menjalankan misi.

Mereka berada di hutan rawan monster, hutan dimana banyak monster yang bersarang di sana. Tetapi mereka berada di zona aman dimana monster tidak terluka ganas.

Namun Revanna maju paling depan walaupun ia tidak dapat memberikan kerusakan kepada monster tersebut, tetapi ia sepertinya sangat bersemangat dan pipinya sedikit memerah.

Selagi Revanna menerima semua pukulan dari banyak monster, Myland hanya tinggal menebasnya. Itu terus berlanjut hingga mereka sampai di zona merah hutan. Dimana monster berbahaya bersarang disini dan monster serigala ada disini.

"Kita sudah sampai di titik lokasi tetapi kita belum menemukan serigala itu." Ucap Myland sambil memerhatikan ke sekeliling.

"Ya, diamana serigala itu, dimana?" Revanna sepertinya sangat ingin bertemu dengan serigala tersebut.

Setelah beberapa saat menunggu, serigala itu datang. Dengan bulu abu-abu yang sedikit menyala, tubuhnya besar dan matanya kuning.

Wajah Revanna merah melihat serigala itu. "Ayo hadapi aku, serigala!"

"Revanna, fokus." Ucap Myland dengan kesal.

Setelah serigala itu muncul, Myland langsung memasang posisi bertahan sambil memegang pedangnya erat-erat, siap menghadapi serangan. Serigala itu menggeram rendah, memperlihatkan gigi-giginya yang tajam dan berkilau. Namun, Revanna justru maju dengan antusias, wajahnya menunjukkan kegembiraan yang aneh.

"Serigala, kau sangat gagah! Ayo bertarung denganku!" teriak Revanna dengan semangat. Tanpa ragu, ia melompat maju, melayangkan pukulan keras ke arah serigala tersebut. Namun, tinjunya hanya membentur tubuh serigala tanpa memberikan kerusakan sedikit pun, seperti memukul dinding batu.

Serigala itu balas menyerang, mengayunkan cakarnya yang tajam ke arah Revanna dengan kecepatan yang mengejutkan. Namun, cakar itu hanya mengenai tubuh Revanna tanpa efek apa pun, seolah-olah Revanna dilindungi oleh kekuatan misterius. Revanna tertawa dan menangkis serangan-serangan itu dengan sikap santai.

"Hei, serigala, ayolah, kau bisa lebih kuat dari ini!" Revanna justru semakin senang, tertawa kecil sambil melompat menghindari serangan berikutnya.

Sementara itu, Myland merasa frustrasi melihat situasi ini. "Revanna! Ini bukan waktunya untuk bermain-main!" teriak Myland dengan wajah kesal. Ia berusaha memutar strategi, mencoba mencari cara untuk menyerang serigala saat Revanna sedang sibuk menarik perhatian monster itu.

Revanna, seolah tak peduli, kembali menyerang dengan tendangan berputar yang cukup kuat untuk menghancurkan dinding batu. Namun, lagi-lagi, serigala itu tidak merasakan apa-apa. Serangannya hanya seperti angin yang menerpa bulu serigala tanpa efek. Revanna malah semakin bersemangat. "Luar biasa! Kau benar-benar kuat! Ayo, serang aku lagi!"

Serigala itu melompat ke arah Revanna, mencakar dengan kecepatan tinggi, namun Revanna tetap berdiri tegak, tak terluka sedikit pun. Myland yang menyaksikan semua ini hanya bisa menggelengkan kepala. "Ini pertarungan atau latihan bela diri, Revanna! Kau bahkan tidak mencoba melukainya!"

Myland melihat celah dan segera bergerak cepat. Dengan serangan tajam dan kuat, ia melompat ke samping serigala, menebas dengan pedangnya. Serigala itu melompat mundur dengan gesit, menghindari serangan Myland dengan lompatan yang ringan. Serigala tersebut lalu kembali menyerang dengan menggigit, tetapi Myland menangkis serangan itu dengan pedangnya, menciptakan percikan api saat pedang dan taring bertemu.

Revanna yang berdiri di belakang terus memberi semangat, tapi caranya membuat Myland merasa ingin memutar mata. "Go, serigala! Tunjukkan kekuatan aslimu! Kau pasti bisa lebih dari ini!"

Myland semakin merasa tertekan karena Revanna lebih terlihat seperti cheerleader serigala daripada seorang petarung. "Revanna, kumohon, sedikit serius!" teriak Myland sambil menghindari gigitan serigala yang berusaha mengenai lehernya.

Revanna akhirnya mencoba membantu dengan menyerang lagi, namun serangannya tetap tak berpengaruh. Ia memukul, menendang, bahkan mencoba jurus-jurus aneh yang terlihat lebih seperti tarian daripada serangan. Meski begitu, tidak ada satu pun serangannya yang efektif. Revanna tetap tertawa, menikmati setiap detik, dan serigala itu mulai terlihat bingung, seolah bertanya-tanya kenapa makhluk ini tidak terluka ataupun menyerang dengan serius.

Myland akhirnya menghela nafas panjang, menyadari bahwa pertarungan ini akan lama kalau Revanna tetap bersikap seperti ini. Dengan gerakan cepat, Myland menebas serigala dengan serangan yang akurat, akhirnya membuat luka kecil di sisi tubuh serigala. Serigala itu mundur, menggeram marah, tetapi tetap bertahan.

"Sudah cukup bersenang-senangnya, Revanna! Sekarang bantu aku serius atau kita bisa ada di sini selamanya!" seru Myland.

Revanna mengangguk, masih dengan senyum lebar di wajahnya, tetapi kini ia memposisikan diri di belakang Myland, siap membantu meski tak bisa memberikan kerusakan. Meskipun begitu, ketidakmampuan Revanna untuk terluka membuatnya menjadi perisai hidup, melindungi Myland setiap kali serigala itu mencoba menyerang balik.

Dengan kerjasama unik antara kekuatan serangan Myland dan pertahanan tanpa cela Revanna, mereka berhasil membuat serigala itu akhirnya menyerah dan mundur, meskipun Revanna terus memanggilnya untuk bertarung lagi. "Hei, jangan pergi! Kita baru saja mulai bersenang-senang!"

Myland hanya bisa menepuk dahinya, bersyukur karena pertarungan itu akhirnya berakhir meski dengan bantuan Revanna yang tidak biasa. "Kau benar-benar terlalu suka dengan monster, Revanna..."

Myland lalu melumpuhkan serigala tersebut. "Lagi pula kenapa serigala ini keluar pada siang hari? Bukankah para monster serigala keluar pada malam hari?"

"Sudahlah, lebih baik kita bawa serigala ini ke pemiliknya." Ucap Revanna dengan senyumnya. Myland lalu menyeret serigala itu dengan susah payah.

Setelah beberapa saat mereka selesai dengan misi mereka, mereka lalu kembali ke penginapan tetapi betapa terkejutnya mereka karena melihat penginapan hancur, orang-orang berkumpul di sana, dan bahkan hanay terdapat Tadakra yang pingsan di sana di angkat oleh beberapa perawat.

Myland lalu berlari kearah perawat yang membawa membawa Tadakara. "Permisi, apakah ia baik-baik saja?" Nada Myland panik.

"Dia hanya pingsan, hanya saja dia benar-benar terluka parah."

Myland lalu mengikuti perawat itu ke rumah penyembuhan umum.

Myland menemani Tadakara hingga malam hari disbelahnya saat dia terbaring tidak sadarkan diri dan Revanna juga menemani Myland.

Myland lalu penasaran dengan tempat yang hancur itu jadi ia kembali ke penginapan.

Myland berlari ke penginapan yang sudah hancur. Sesampainya di sana. Ia melihat tempat yang hancur itu.

Myland mulai mendekati bangunan tersebut dan saat ia memerhatikan, banyak sekali bekas goresan.

Myland lalu menelusuri tempat tersebut, tiba-tiba dalam sekejap mata ada sosok yang lewat di belakangnya.

Myland berbalik dan tidak melihat siapapun. Tetapi Myland langsung menendang kebelakang dan ternyata ada seseorang yang ingin menebasnya.

Seseorang dengan jubah hitam dan memakai topeng serigala.

Orang itu mengenakan dua pedang yang dirantai di tangannya, kedua pedangnya tampak tidak ada yang spesial.

"Kau, siapa kau?"

Myland mengambil pedangnya dan melakukan kuda-kuda.

Orang itu lalu mendekati Myland secara perlahan.

"Kau tidak perlu tahu aku siapa. Tetapi aku memiliki urusan dengan pedang tersebut, pedang legendaris itu."

Terdengar suara pria di balik topeng tersebut. Pria itu menunjuk kearah pedang Myland.

"Apa yang ingin kau lakukan dengan pedang ini?"

Pria itu langsung menyerang Myland tanpa aba-aba.

Myland memutar pedangnya, menghalau tebasan cepat dari pria berjubah hitam itu. Denting logam memenuhi udara, menciptakan percikan api kecil dari benturan pedang mereka.

Pria berjubah hitam itu bergerak lincah dan ganas, seperti seekor kalajengking yang siap mematuk mangsanya. Dua pedang yang dirantai di tangannya berputar dengan gerakan mematikan, menghantam Myland dengan kombinasi serangan bertubi-tubi.

Myland mundur selangkah, memposisikan pedangnya untuk bertahan. Serangan bertubi-tubi dari pria itu membuatnya kesulitan mencari celah.

Namun, dengan ketenangan, Myland membaca gerakan pria berjubah itu, menyadari pola menyerangnya yang menyerupai strategi mematikan, cepat dan berirama, tetapi penuh celah kecil. Myland menahan serangan itu dengan kuda-kuda kokoh, namun pria itu tiba-tiba melompat mundur.

Myland mencoba mendekat, namun mendadak tanah di sekitarnya mulai bergetar. Pria berjubah itu mengangkat tangannya, dan tanda zodiak Scorpio muncul di udara, bersinar merah darah. Aura gelap menyelimutinya, dan seketika pria itu berubah.

Bayangan kalajengking raksasa muncul di belakangnya, seolah-olah menjadi roh pelindungnya.

"Ritus Kalajengking," bisik pria itu, suaranya rendah dan mengintimidasi.

Myland merasakan ancaman yang nyata. Pria itu mulai bergerak dengan cepat, gerakannya seperti kilatan cahaya, sulit diprediksi. Kedua pedangnya menyerang dari segala arah, membuat Myland harus memutar pedangnya untuk bertahan.

Namun, kekuatan zodiak Scorpio membuat pria itu semakin sulit dilawan. Setiap serangannya terasa lebih berat dan cepat. Myland bahkan harus melompat mundur beberapa kali untuk menghindari sengatan ekor kalajengking yang tiba-tiba menyambar dari bayangannya.

Myland berusaha mencari cara untuk menyerang balik. Ia melihat rantai pedang pria itu sebagai kelemahannya. Tanpa membuang waktu, Myland melompat maju, memutar pedangnya dengan gaya menyerang dari atas ke bawah.

Namun, pria berjubah itu menangkis serangannya dan menyerang balik dengan cepat, menusuk pedangnya ke arah Myland.

Myland berputar, menghindari tusukan tersebut, lalu mengayunkan pedangnya ke arah rantai yang mengikat pedang pria itu. Goresan pedangnya mengenai rantai, membuatnya retak

Namun pria itu segera menarik pedangnya dan berputar menyerang lagi. Myland berusaha memanfaatkan momentum ini. Dengan gerakan cepat, ia menghindar ke samping dan menyerang dari arah yang tidak terduga, membuat pria itu sedikit terhuyung.

Pria berjubah itu mundur beberapa langkah, nafasnya terengah-engah. "Kau cerdik, anak muda. Tapi itu belum cukup untuk mengalahkanku."

Pria itu menggenggam kedua pedangnya lebih erat, tanda Scorpio di udara semakin bersinar terang.

Myland tahu, ini akan menjadi serangan pamungkas lawannya. Pria itu melompat ke udara, memutar dengan kecepatan tinggi, kedua pedangnya membentuk pusaran mematikan dengan bayangan kalajengking yang mengikuti dari belakang, siap menghantam Myland dengan kekuatan penuh.

Myland tidak mundur. Ia memusatkan energinya, mengangkat pedang legendarisnya tinggi-tinggi, mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan yang akan datang.

Dalam sekejap, kedua pejuang itu bertemu di udara, dan dentuman keras dari benturan mereka menggema di seluruh reruntuhan.

Keduanya terpental dan mendekat ketanah dengan keras.

Myland melihat rantai pria itu hancur, tetapi rantai itu kembali seperti semula seakan tidak terjadi apapun.

Pria itu lalu berlari dan ingin menebas Myland sampai tiba-tiba Revanna datang melindungi Myland.

"Kau pergi sendiri tanpa mengajakku."

Revanna menahan serangan pria itu.

"Kau sepertinya hanya akan menjadi beban."

Myland lalu berdiri dan bersiap-siap untuk melawan lagi.

Saat Myland ingin menyerang, lingkaran teleportasi tiba-tiba muncul dibawah mereka dan dalam hitungan detik pria itu menghilang.

"Sial, kita kehilangan orang itu." Ucap Revanna.

Myland melihat kearah pedang yang ia genggam. "Apakah aku selemah itu?"

Revanna menatap kearah Myland. "Apa yang membuat mu berfikir seperti itu?"

"Padahal aku mengenakan pedang legendaris tetapi aku bahkan kalah dengan oria yang hanya menggunakan pedang besi biasa." Ucap Myland.

"Jangan pikirkan itu dulu, sekarang dimana kita akan tidur?" Ucap Revanna.

Myland melihat puing-puing penginapan. Myland mulai terpir sesuatu. "Revanna, orang yang menginap bukan kita saja kan."

Revanna mengangguk.

"Sepertinya orang itu sudah mengincar ku sejak awal. Dia hanya melukai Tadakara, aku melihat beberapa penghuni lain tetapi aku tidak melihat Karuna." Ucap Myland.

Revanna memegang pundak Myland. "Myland, mungkin kita harus mencari tempat untuk tidur dulu."

Mereka laku mencari penginapan dan setelah mereka memesan kamar, mereka langsung berbaring di kasur.

Revanna menoleh kearah Mylnad dan ternyata Myland sudah tidur.

Revanna lalu mencoba tidur.

Keesokan harinya, mata hari menyinari ruangan. Revanna terbangun dan melihat Myland sudah tidak ada di sana.

Myland berlari kearah Rumah Penyembuhan Umum. Myland lalu mendatangi Tadakara yang sudah siuman.

Myland lalu langsung memeluk Tadakara. "Oh syukurlah kau masih hidup."

"Eh… Myland?" Tadakara tidak bisa berbuat apa-apa saat dipeluk oleh Myland.

Myland menarik diri. "Apa yang terjadi kemarin?"

"Seseorang menyerang penginapan secara tiba-tiba. Mereka seperti mengincar diriku dan Karuna." Ucap Tadakra.

"Lalu kemana Karuna?" Tanya Myland.

Tadakara mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu, aku memcoba bertarung melawan orang yang menyerang kami tetapi aku diserang habis-habisan."

Myland sedikit bertanya-tanya. "Apakah orang itu memakai jubah dan menggunakan topeng serigala?"

Tadakara mengangguk. "Ya, orang itu. Tetapi bagaimana kau tahu?"

"Kemarin aku bertarung dengannya." Ucap Myland.

"Lalu kau menang?" Tanya Tadakara.

Myland menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mengerti, padahal pedang ku jauh lebih kuat namun ia hanya menggunakan pedang biasa yang di ranati. Tetapi aku hampir mati karena itu."

Disaat Myland dan Tadakra mengobrol, Revanna berjalan-jalan sebentar.

Mengelilingi kota dan melihat-lihat kota. Suasana pagi hari itu sangat tenang.

Terdengar uara orang-orang yang berbincang dan suara pejalan kaki

Revanna lalu pergi ke tempat makan untuk sarapan.

Pesanan Revanna sampai tetapi saat ia baru mau memakan makanannya, ia malah melihat Karuna di meja sebrang.

Mereka berdua saling bertatapan menyadari satu sama lain.

"Karuna!?"

"Revanna!?"

Karuna langsung berlari ke arah meja makan Revanna.

"Kau kemana saja?"

Tanya Karuna.

"Seharusnya aku yang bertanya. Kemana saja kau sejak kemarin? Aku hanay melihat Tadakara terkapar." Ucap Revanna.

"Aku lari ketakutan saat melihat sosok nerjubah yang sepertinya mengincar diriku dan Tadakra. Aku langsung berlari saat dia melihat ku, aku bahkan tidak sempat melihat kebelakang." Jawab Karuna.

Revanna mengenal sosok tersebut sebagai orang yang ia lawan kemarin. "Kemarin aku baru saja melawan orang yang sama sepertinya."

"Sungguh!?" Revanna terkejut.

"Apa yang ia perbuat?"

"Entah, aku baru datang ke pertempuran tetapi dia langsung kabur melarikan diri." Jawab Revanna.

"Ngomong-ngomong kau tidur dimana semalam?" Tanya Revanna.

Wajah Karuna agak sedih. "Aku tidur di jakan karena aku tidak tahu harus mencari tempat di mana."

Revanna agak kebingungan. "Kau tidak menyewa penginapan?"

Karuna menjawab. "Aku tidak punya cukup uang. Terakhir aku menghabiskannya untuk membeli botol bir yang bahkan belum sempat aku minum dan hancur di penginapan Tanako."

Revanna baru teringat tentang Tanako. "Tanako, dimana Tanako dan Rika!?"

Rika mengangkat bahunya. "Aku takitahu, mereka hilang tanpa jejak."

Di saat Revanna dan Karuna mengobrol, Myland berjalan-jalan di luar untuk mendapatkan udara segar setelah ia menemani Tadakara.

Di tengah jalan-jalannya, ia mendengar keributan. Ia laku berlari kearah sumber suara tersebut.

Myland melihat pria berjubah itu ingin menebas seorang anak kecil.

Dengan cepat Myland langsung menebas pria itu tetapi dengan cepat pria berjubah menghilang.

Tebasan Myland mengenai seorang pria tua yang ada di belakang orang berjubah sebelumnya.

Myland mungkin menyelamatkan seorang anak kecil tetapi ia menebas seorang pria tua yang ada di hadapannya.

Myland laku langsung mengangkat pria tua tersebut ke rumah penyembuhan umum.

Myland yang menunggu kabar pria tersebut mendapat kabar yang tidak ingin di dengarnya.

Pira tua itu meninggal karena dirinya. Myland merasakan rasa bersalah yang luar biasanya didalam dirinya.

Tiba-tiba Myland mendengar bisikan seseorang.

"Kau sudah masuk kedalam perangkap, Myland."

Myland menoleh kebelakang dan tidak melihat siapapun.

Myland bingung perangkap apa yang dimaksud bisikan itu.

Apa yang akan terjadi?