[910 Tahun lalu sebelum HERO COMMANDER ke-2 terpanggil]
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, aku akhirnya tiba di kota Roaste. Kota ini berada di wilayah benua barat, tiga puluh ribu mil dari tanah airku. Lima puluh tahun lalu, setelah pensiun sebagai Pahlawan Sihir, aku memutuskan untuk memulai berpetualang sendiri.
Meski merasa hampa dan sepi, aku merasa lebih nyaman dalam kesendirian. Kesendirian adalah cara bagiku untuk menenangkan diri dan telah menjadi bagian dari diriku. Kuda yang menarik wagon akhirnya berhenti di depan gerbang kota.
Pak kusir menyapaku dengan hangat. "Nona, kita sudah sampai tujuan!"
"Wah!! Terima kasih, Pak! Ini uangnya," balasku sambil menyerahkan beberapa koin perunggu dari ruang hampa.
Aku berkunjung ke kota Roaste dengan tujuan yang jelas. Kota ini terkenal sebagai tempat berkumpulnya para petualang, dan aku sendiri pernah menjelajahi tempat itu sekitar delapan puluh tahun lalu. Labirin di kota ini terkenal penuh dengan misteri dan keajaiban, dan bagi seorang Elf seperti aku, delapan puluh tahun bukanlah waktu yang lama.
Dengan semangat, aku menatap gerbang kota Roaste. "Roaste, aku kembali!" seruku sambil melangkah mantap menuju kota itu, memori petualangan masa lalu mulai merayap di pikiranku.
Tiba di pos pemeriksaan kota Roaste, aku disambut oleh seorang penjaga yang sepertinya lebih tertarik pada roti panggangnya daripada pekerjaannya. "Hai, ini lencana ku," kataku sambil menunjukkan identitas diri. Penjaga itu tampak mengamati lencana dari kerajaan tempat asalku yang terlihat aneh baginya.
"Hmmm, lencana ini tak biasa di kota kami. Apa tujuan kedatanganmu di Roaste?" tanyanya sambil tetap mengunyah roti panggangnya.
"Bukankah sudah jelas? Aku ingin menjelajahi dangeon yang terkenal di kota ini!" balasku dengan semangat.
"Tampaknya benda ini cukup tua!" ujar penjaga itu.
"Eh, benarkah!? Padahal baru seratus tahun!" kataku bingung melihat reaksi penjaga itu.
"Se-seratus tahun!? Apa semua Elf malas memperbaharui lencana mereka, ya? Aku benar-benar sulit mengecek keasliannya," keluh penjaga itu.
"Sudahlah, biarkan dia masuk! Lagian dia seorang Elf, mereka memang ras berumur panjang, jadi mungkin saja mereka tidak ada waktu untuk hal sepele ini!" kata penjaga lainnya memutuskan.
"Itu benar!" sahutku singkat.
Mereka pun hanya mengangguk dan membiarkanku masuk. Setelah aku melangkah masuk ke dalam kota, tampaknya tempat ini sudah banyak mengalami perubahan. Aku kagum dengan para manusia, mereka bisa membuat kemajuan sepesat ini dalam waktu yang sangat singkat. Padahal baru saja aku tinggalkan delapan puluh tahun lalu, sudah banyak yang berubah.
"Beginilah harus kota, berbeda dengan kemarin ketika tempat ini masih sepi. Rasanya bagus untuk mulai hari dengan misi ringan di guild petualang," gumamku sambil memandang ramainya lalu lalang warga di sekitarku.
Segera kutuju guild, tempat aku berencana untuk mengajukan permohonan menerima misi. Selama dijalan aku bertanya pada beberapa warga setempat tentang keberadaan guild. Setelah sedikit kebingungan, akhirnya aku mendapat petunjuk menuju lokasi guild yang sebenarnya. Saat berjalan menuju guild yang diarahkan oleh warga, aku melewati pasar di mana banyak warga dari kalangan demihuman dan manusia sibuk bertransaksi.
Tiba-tiba, suara seorang pedagang pria memecah lamunanku. "Ayo, dibeli! dibeli! Mumpung masih hangat! Nona Elf di sana, maukah kamu membeli roti babke ini? Aku jarang melihat Elf di sini, spesial untukmu ku berikan harga diskon!" ucapnya sembari menawarkan dagangannya.
Telingaku langsung terangkat saat mendengar kata diskon. "Huh, diskon?" Kata-kataku terhenti ketika tiba-tiba suara perutku terdengar keras.
'Kruk~kruk~kruk'
"Uh!! Aku belum makan seharian_~, ya sudahlah sebaiknya aku beli saja mumpung dikasih diskonan," gumamku sambil tersenyum menghibur diri.
Tak lama aku langsung memesan roti isian daging tersebut dan mulai melahapnya. Setelah mengunyah satu gigitan, aku merasakan rempah-rempah yang halus melebur di lidahku, memberikan sentuhan cita rasa khas yang begitu memikat. Rasanya benar-benar menggetarkan lidahku dengan kombinasi rasa umami dan gurih yang menggoda. Selain kemajuan teknologi, ternyata kemajuan di bidang kuliner juga sangat cepat. Manusia memang sulit sekali diprediksi.
"Roti apa ini, enak sekali!" kata ku terkesima.
"Haha, aku merasa senang kau menyukainya, Nona Elf!" balas si penjual roti dengan senyuman diwajahnya.
Setelah menikmati roti tersebut, aku memutuskan untuk membeli lagi sebagai bekal perjalanan.
"Aku beli lagi, Pak!"
"Baiklah Nona!"
Sambil menaruh bekalku di Item Box, aku melangkah dengan mantap menuju guild petualang cabang Roaste. Saat masuk ke dalam aula guild, suasana ramai dan penuh semangat langsung menyambutku. Para petualang sibuk berdiskusi, menyiapkan rencana, dan ada juga yang sedang bersantai.
Aku melangkah ke loket resepsionis, di mana seorang resepsionis yang ramah sedang melayani para petualang. Aku memutuskan untuk mengantre untuk melakukan validasi identitas sebelum mengajukan permohonan menerima misi. Di sekitar loket, terdapat papan pengumuman berisi berbagai misi yang tersedia, dan papan peringkat para petualang yang telah menyelesaikan berbagai misi. Aku merasa bingung karena banyak sekali perubahan dalam guild ini.
Aku benci melakukan validasi setiap kali ingin mengerjakan misi. Bukan tanpa alasan, umur pendek manusia membuat ku harus melakukan validasi setiap beberapa tahun sekali. Padahal baru sepuluh tahun lalu, ternyata aku harus melakukan validasi lagi. Aku memang jarang mengambil misi, karena ku terlalu fokus untuk berkelana mencari sihir dan menelitinya. Setelah beberapa saat menunggu, giliranku akhirnya tiba. Aku berjalan menuju resepsionis wanita yang ramah itu untuk meminta bantuan.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" sapa resepsionis itu dengan ramah.
"Aku ingin mengambil misi, bisa kah aku mendapatkan saran untuk misi yang cocok untukku?" tanyaku.
"Tentu! Anda bisa melihat papan quest di sana. Terdapat banyak misi yang sesuai dengan peringkat Anda," jawab resepsionis dengan senyum.
"Aha, begitu ya? Ternyata sudah ada perubahan. Padahal kemarin, setiap ingin mengambil misi harus berkonsultasi ke meja resepsionis terlebih dahulu," ujarku sambil terkejut melihat perubahan itu.
"Em... maaf sebelumnya, kapan terakhir kali Anda menjalankan misi?" tanya resepsionis dengan raut wajah yang sedikit terkejut.
"Terakhir kali? Sepertinya baru sepuluh tahun yang lalu," jawabku dengan tenang.
"Sepuluh tahun?!" Resepsionis itu terkesiap. Aku sadar bahwa sepuluh tahun mungkin terasa sangat lama bagi manusia, tapi bagi seorang Elf sepertiku, itu hanya sebentar.
"Apa masalahnya dengan itu?" tanyaku, ingin tahu apa yang salah.
"Maaf, tapi jika Anda ingin mengambil misi, Anda harus memperbaharui lencana peringkat di guild petualang setiap tahun. Meskipun tidak sedang menjalankan quest, Anda tetap harus terdaftar sebagai petualang," jelas resepsionis dengan hormat.
"Aku tidak punya waktu untuk itu. Sibuk dengan urusan lain," sahutku sambil menggelengkan kepala. "Aku datang ke sini hanya untuk menjelajahi dungeon dan mengerjakan quest sambil melakukan penelitian."
"Oh, begitu ya! Baiklah, bisakah Anda perlihatkan lencana guild petualang Anda?" pinta resepsionis itu dengan senyum ramah.
"Em sebentar!" Tak lama kemudian, aku dengan terampil mengeluarkan sebuah lencana perunggu dari ruang hampa "Yang ini bukan?"
"Apa!?" Resepsionis itu terkejut saat melihat lencana perunggu muncul dengan tiba-tiba di tangan ku.
"Apakah tadi itu Skill Item Box?" tanya resepsionis dengan penuh kejutan.
(Item box sendiri adalah sebuah skill langka yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu dengan menggunakan sebuah artefak, seperti senjata kardinal dan pusaka tertentu. Ada beberapa item khusus untuk menyimpan barang dengan efisiensi tinggi seperti tas sihir, kantong sihir, dan item box. Namun, teknologi sihir seperti tas sihir dan kantong sihir belum ditemukan di era kebebasan, melainkan baru ditemukan di era setelahnya.)
"Rupanya, aku terlalu mencolok kali ini," gumam ku.
"Bagaimana Anda bisa melakukannya?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.
"Maaf, aku tidak bisa menjelaskannya. Aku punya alasan sendiri untuk merahasiakannya," jelasku dengan tegas.
"Ah, sayang sekali! Baiklah, mari kita lihat lencana ini!" kata resepsionis sambil mengalihkan perhatiannya ke lencana yang kukeluarkan.
Beberapa saat kemudian, resepsionis itu kembali terkejut.
"Apa!? Bagaimana mungkin!? Bukankah ini lencana dari sepuluh tahun lalu dan Anda tidak memperbaharuinya selama itu?" tanyanya dengan nada heran.
"Sudah kukatakan, aku tidak punya waktu untuk hal sepele itu!" jawabku dengan nada mantap.
"Menurut peraturan Serikat, petualang yang tidak mengambil misi atau bahkan tidak melakukan validasi setahun sekali akan diberhentikan atau dianggap telah meninggal! Jadi, maaf, sepertinya Anda belum bisa mengambil quest dari guild ini kecuali Anda mendaftar ulang sebagai petualang baru!"
"Petualang baru? Apakah itu berarti aku harus mulai lagi dari awal?" keluhku dengan nada kecewa.
"Itu benar, Nona!"
"Baiklah, aku akan mendaftar ulang!"
"Sebentar, Nona, silakan isi formulir ini. Sementara Anda mengisi formulir, saya akan menjelaskan persyaratan untuk mendaftar sebagai petualang di serikat. Pendaftaran dilakukan dengan dua opsi. Pertama, gratis, Anda harus mengikuti serangkaian ujian kelayakan. Kedua, berbayar, dengan membayar dua koin emas, Anda akan langsung menjadi petualang, tanpa harus melalui ujian kelayakan," jelas resepsionis itu.
Di dalam hatiku, terlintas rasa curiga. Seharusnya memang harus ada uji kelayakan, bukan bayar dua koin emas.
"Dua koin emas? Itu terdengar seperti pemerasan. Bukankah seharusnya ada proses evaluasi yang adil untuk menilai kelayakan seorang calon petualang?" tanyaku dengan rasa kurang percaya.
"Memang benar, itu sebagai syaratnya, tapi Anda bisa memilih opsi pertama, yaitu dengan mengikuti ujian, sehingga Anda bisa menjadi petualang tanpa harus mengeluarkan biaya, meski opsi ini tidak menjamin Anda lulus," jelas resepsionis dengan suara cemas.
Setelah menyadari adanya praktik korupsi di guild petualang, aku berkomentar dalam hati, "Pantas saja banyak petualang baru yang tewas karena tidak berkompeten. Praktik seperti ini benar-benar tidak etis."
Namun, aku tidak terlalu mempedulikan hal tersebut. Aku yakin bisa lulus ujian kelayakan dengan mudah. Karena waktu yang terbatas, aku memilih untuk membayar dua koin emas agar bisa segera menuju dungeon.
"Baiklah, aku akan membayar saja, apakah ini cukup?" kataku sambil menunjukkan koin emas dari item box sambil mencoba mempertahankan sikap tenang.
"Wah, tentu saja, sepertinya Anda juga sudah melengkapi formulir pendaftaran. Baiklah, ini lencana baru Anda. Sesuai peraturan, Anda akan mulai dari peringkat terbawah, yaitu tier perunggu bintang satu. Jika berhasil menyelesaikan 100 quest tingkat rendah, Anda akan naik peringkat ke perunggu bintang dua, dan seterusnya..." jelas resepsionis dengan ramah sambil memberi tahu tentang aturan guild.
Aku mencerna maksud dari penjelasan resepsionis. Aku menyadari bahwa kenaikan rankku bergantung pada seberapa banyak misi yang berhasil kujalani. Jika aku berhasil menyelesaikan misi sebanyak mungkin, entah itu misi tersulit sekalipun, akan mendapatkan kenaikan rank. Jika aku berprestasi, rankku pun akan naik secara drastis.
Setelah mendapatkan penjelasan yang cukup, aku langsung menuju papan quest yang berisi beragam permintaan dari orang-orang. Aku merasa antusias melihat berbagai jenis misi seperti penaklukan monster, pengawalan, penyelidikan, dan lainnya. Pilihan yang beragam membuatku semakin bersemangat.
Setelah melelahkan diri dengan melihat banyak kertas misi, akhirnya aku menemukan salah satu misi yang cocok dengan tujuanku untuk menaklukkan dungeon.
"Hehe, menarik!" kataku sambil tersenyum.
Bersambung...