Korea 10 December
Chapter 13 The Silent
: Kenyataan dan Fakta
Terlihat sebuah kemeja putih tergantung di tembok berwarna hijau. Kemeja itu bersih dan warnanya masih baru, tapi tiba-tiba saja ada cipratan darah yang sangat banyak dan mengenai kemeja itu langsung.
"Ah, astaga gawat," seorang lelaki terkejut datang mendekat dengan membawa pisau penuh warna cairan darah. Di kegelapan ruangan itu hanya terdengar suaranya saja dan sebuah kemeja putih tadi yang kelihatan karena berwarna putih. Tapi setelah mendengar kepanikan dari lelaki tersebut disusul dengan lampu yang menyala untuk menerangi seluruh ruangan tersebut memperlihatkan sesuatu yang sudah jelaskan siapa lelaki itu, bahwa dia adalah Alfavian.
Itu diambil ketika dia masih terlihat sangat agak muda sedikit. Itu terlihat ketika wajahnya yang masih muda dan juga nada bahasanya yang sedikit tidak tenang. Perbedaan ini sudah sangat jelas, dia yang dulunya kelihatan sangat muda sekarang pasti terlihat lebih dewasa.
"Aduh, gimana ini, kemejaku menjadi kotor....?!" dia masih dalam mode panik kemudian tatapannya menjadi kesal ketika menoleh ke bawah.
"Semua ini karena kamu!" dia menunjuk sesuatu yang ada di bawahnya yang pasti dia menunjuk dengan pisau penuh darah yang artinya dia menunjuk ke sebuah mayat yang berlumur darah di depannya itu tepat. Sepertinya sudah jelas bahwa dia baru saja membunuh seseorang dan darah orang itu mengenai kemeja putih tersebut, begitulah bagaimana kemeja putih itu terkena cipratan darah.
Lalu Alfavian mengambil kemeja itu dari hanger dan memasukkannya ke dalam mesin cuci. "Padahal aku sengaja meletakkannya di tembok karena aku ingin langsung buru-buru nanti untuk berkencan dengan seseorang, tapi sepertinya kencannya harus tertunda dulu karena kemejaku yang baru telah kotor.... Tapi tak masalah, tinggal beberapa menit saja itu pasti bisa kering lagi…" ia melihat jam lalu mengambil plastik besar tempat sampah dan berjalan menuju ke mayat tadi dengan membawa sebuah pisau cincang yang berbeda dari pisau sebelumnya. Mayat itu berpakaian feminim sudah jelas dia adalah seorang perempuan dan sekarang dia hanyalah sebuah mayat yang tergeletak terlentang dengan adanya tusukan di lehernya, lebih tepatnya seperti sebuah sayatan yang hampir memutus kepalanya.
Dengan santainya, Alfavian memasang wajah yang begitu tenang lalu meletakkan sebuah papan identitas di meja, sepertinya identitas itu milik perempuan tersebut yang telah ia bunuh, dia juga memberikan tanda centang hijau pada gambar wajah perempuan tersebut yang artinya dia telah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan tugas untuk membunuh perempuan tersebut.
"Hm, bagian mana dulu ya..." pikirnya sambil kembali meletakkan papan identitas tersebut di mejanya dan dengan masih membawa pisau dan juga plastik sampah tadi dia berjalan mendekat ke mayat tersebut, juga berlutut pelan menatap dengan tatapan yang sangat puas. Hanya sampai sana dia meletakkan ujung pisau di dada wanita tersebut.
Ujung pisau yang tajam membuat terlihatnya darah yang muncul di baju wanita tersebut di bagian dadanya.
"Di sini rupanya..." kata Alfavian yang sambil mengangkat pisau itu dan seketika bagian kaki kiri perempuan itu langsung terkena ayunan tajam pisaunya. Untuk sekali dia mengayunkan pisaunya itu bisa langsung menembus daging kaki tersebut tapi tidak sampai putus karena dihentikan oleh tulang yang sangat kuat. Dengan cara yang sangat professional, dia melakukannya sekali lagi dengan mengangkat tinggi-tinggi pisaunya dan langsung mengayunkannya untuk mematahkan tulang tersebut, alhasil dia benar-benar memutus kaki mayat tersebut, darah pun menyusul seperti membanjiri tempatnya.
"Bukankah ini menyenangkan, justru ini lebih menyenangkan daripada membunuh seseorang dan membiarkannya mati di tempat, ini lebih menyenangkan karena aku bisa bermain-main dengan potongan daging seperti sedang bermain masak-masakan."
Pikirnya dengan wajah yang sangat puas sekali lagi, dia melakukannya berkali-kali bahkan terlihat dia terus saja mengangkat kisahnya ke atas dan mengayunkannya beberapa kali ke bawah dan sudah diduga bahwa dia telah mencincang seluruh tubuh wanita tersebut.
Hingga kemudian mesin cucinya berbunyi menunjukkan bajunya sudah dicuci tadi. Lalu dia meninggalkan mayat itu dan berjalan ke mesin cuci, tak lupa dia mencuci tangannya dan setelah itu menjemur baju tersebut, dia yang tadi dengan senang dan puas memasang wajah pada mayat tersebut, kini dia merubah menjadi wajah yang sangat datar tapi dengan senyumnya sangat kecil juga.
Lalu dia mengemasi bagian-bagian mayat tersebut menjadi satu di dalam plastic, dia juga membersihkan darah dengan alkohol dan oxidol untuk membersihkan jejaknya.
Kemudian dia membersihkan dirinya dengan mandi dan memakai pakaian yang tadi sudah kering dengan cepat karena menggunakan mesin pengering juga, sambil menatap dirinya dan di kaca dengan sangat percaya diri bahwa dia memang tampan, kemudian berjalan pergi dari sana sambil mengatakan kata-kata kecil.
"Inilah kehidupanku..."
Kehidupan yang dimaksudnya adalah kehidupan yang sama dengan Silvax, yakni dia disewa untuk membunuh, tapi ada hal yang berbeda antara dia dan Silvax, itu terlihat ketika dia benar-benar seperti seorang psikopat yang dengan mudahnya mencincang seluruh tubuh manusia sementara Silvax hanya membunuh orang dengan satu tembakan sniper saja dan meninggalkan mayat tersebut untuk dilihat oleh publik, dengan kata lain jika Silvax membunuh dengan satu peluru sniper saja, maka berbeda dengan Alfavian yang lebih ditugaskan untuk membunuh dengan pisau, mengelabui korban, dan menghilangkan korban, juga menghilangkan jejak pembunuhan, semuanya dilakukan dengan hal yang sangat profesional dan juga bayaran yang tinggi, tapi di sela-sela dia menjadi seorang pembunuh, dia juga sering menggambar korban-korbannya, bahkan sebelum dia harus mencincang tubuh korbannya dia akan menggambar wajah korban tersebut tak peduli lelaki atau perempuan kemudian menjualnya di sebuah tempat yang layak untuk dia jual.
Pekerjaannya berlangsung sangat lama hingga dia memutuskan untuk berpikir dua kali bahwa dia harus merubah sikapnya untuk menjadi tenang dan lebih dewasa, dia juga mengurangi kebiasaan buruknya yakni membunuh, jika semisal dia disewa orang selama satu minggu apakah dia akan menguranginya menjadi satu minggu sekali, dan itu berlangsung sampai sekarang, hingga target terakhirnya adalah Silvax.
"Avi, kau harus membunuh seseorang, seseorang yang sudah terkenal di antara kami para klien, dia sering melayani di negaranya saja tapi dia begitu profesional dalam pembunuhan jarak jauh, kebanyakan dia meninggalkan mayat nya saja dan menerima uang nya secara muka... Karena pembunuh seperti itu sangat membantu bagi para klien yang ingin membunuh, alhasil dia digunakan untuk membunuh rival klien, jadi rival klien yang lain harus menyewa orang seperti mu, untuk membunuh nya... Aku yakin, dengan tubuh mu yang lebih besar dari gadis itu, kau pasti yang akan menang, apapun yang terjadi, hanya perlu bunuh dia... Sekarang aku dapat informasi bahwa dia tengah di London, dan klien yang meminta nya juga menyuruh gadis itu membunuh seorang Alfavian, yakni kau sendiri.... Bersiaplah, dan jangan memberi ampun gadis itu."
***
"Jika bukan karena aku tertarik untuk pertama kalinya, aku mungkin tak akan mendengarkan perintah yang penting..." gumam Alfavian yang saat ini duduk di kafe dan ia terus ngalamun menatap kopi di mejanya.
Tapi datang seseorang yang mendekat membuat Alfavian menengadah melihat yang rupanya itu Silvax.
"Apa aku terlambat?" tatap Silvax dengan senyuman kecil, lalu Alfavian mencoba tersenyum kecil juga. "Tidak, aku juga baru sampai, kau ingin memesan sesuatu? Pelayan..." dia memanggil pelayan ketika Silvax duduk di hadapan nya. Sepertinya mereka melakukan sejenis pertemuan di kafe.
Setelah itu Alfavian kembali berpikir. "(Sebelum ke London, aku sudah di beritahukan siapa target pembunuhan ku, itu adalah gadis di depan ku yang harus aku bunuh, kemudian aku mutilasi dan menghilangkan nya dari dunia.... Tapi aku yakin, gadis ini juga mendapatkan perintah untuk membunuh ku, hanya saja, dia pasti belum mendapatkan perintah itu dengan kata lain, dia belum tahu siapa yang akan dia bunuh, karena itulah dia tidak waspada padaku... Sebaiknya, aku menunggu waktu yang tepat saja...)" pikirnya dengan ragu.
"Alfavian?" Silvax memanggil dengan bingung membuat Alfavian tersadar dari berpikir nya dan kembali tersenyum ramah.
"Kau baik-baik saja? Apa kau tak suka pertemuan ini?" tatap Silvax.
"Ah, apa yang kau bicarakan, tentu saja aku menyukai nya apalagi berada di depan tatapan manis yang dimiliki gadis cantik seperti mu..." tatapnya membuat Silvax tersenyum kecil.
Lalu Alfavian mencoba bertanya. "Silvax, aku ingin tahu, kenapa kau ada di London?" tatapnya.
Seketika Silvax terdiam, lalu dia memasang wajah datar dan menjawab. "Aku hanya di tugaskan, tapi aku belum tahu tugas nya seperti apa..."
"(Sesuai dugaan ku, dia belum tahu siapa yang akan dia bunuh karena klien sengaja tidak memberitahunya…)" pikir Alfavian tapi mendadak saja mata Alfavian melebar tak percaya, dia melihat bagaimana pandangan nya menghiasi betapa menawan nya Silvax dimatanya saat ini, meskipun dia sudah berkali kali di tunjukan pandangan seperti itu, dia tetap masih tak percaya kemudian mengucek kedua matanya dan berpikir sejenak.
"(Kupikir... Aku jatuh cinta pada gadis ini.... Tapi, apakah ini memang harus terjadi... Mungkin aku bisa menghabiskan waktu dengan nya....)" pikirnya lalu menatap Silvax dengan sangat dalam. "Silvax, apa kau mau berjalan jalan, sebentar saja?"
"Entahlah…" Silvax langsung menatap ke kaca memperlihatkan dingin nya cuaca di luar sana. "Cuaca nya dingin, tangan ku hampir membeku..." dia menggosok kedua tangan nya.
Lalu Alfavian perlahan menegang tangan nya dan menarik ke atas meja. Dia mengusap kedua tangan Silvax. "Huu... Ini benar, pasti kau sangat kedinginan ketika berjalan ke sini..." tatapnya.
"Yeah, sangat dingin..."
"Kalau begitu jangan khawatir, jika kau berada di dekatku, kau akan kerasa hangat, aku jamin tubuh besar ku ini akan melindungi mu... Aku hanya ingin menunjukan sesuatu padamu..." kata Alfavian yang menarik tangan Silvax untuk berdiri dan mereka keluar dari kafe.
Tapi satu hal yang tidak di sadari Silvax, tangan nya di gandeng oleh Alfavian dengan kedok menunjukan sesuatu. "Lewat sini..."