"Kelas yang lebih buruk?" Samuel menatap bingung masih pada kepala sekolah.
"Ya, dan aku ingin meminta tolong padamu, mungkin kamu bisa menertibkan mereka tapi jika tak bisa, tak apa apa," kata Kepala sekolah.
Tapi Samuel berpikir sebentar. "Sepertinya aku ingin mencoba," tatapnya.
"Ya-yang benar?! Apakah anda mau melakukan nya?!" Kepala Sekolah menatap tak percaya.
"Ya, jika aku memang dan berhasil menertibkan mereka, apa aku boleh mendapatkan poin banyak dalam mengajar menjadi guru?" Samuel menatap.
"Tentu, kalau begitu sebelum mengajar, aku ingin memberitahu sesuatu. Kelas terburuk ini siswa siswi nya di kenal sebagai penghuni yang buruk, mereka mendapatkan nilai jelek karena itulah kelas mereka juga paling bawah dari tingkatan kepintaran, mereka banyak merokok, berkelahi dan juga melanggar peraturan sekolah... Mereka tak ada yang bisa di ajak bicara para guru, bahkan para guru yang belum mencoba pun sudah kena mental duluan," kata Kepala sekolah membuat Samuel menelan ludah.
"Bagaimana, apa anda setuju?" tatap Kepala sekolah.
"Yah, baiklah, aku hanya akan mencoba kan," tatap Samuel lalu Kepala sekolah mengangguk dan Samuel mulai berjalan ke kelas terburuk itu.
Samuel masuk ke kelas menyapa mereka.
"Selamat pagi semua murid..." tapi siapa sangka, mereka sibuk sendiri membuat Samuel terdiam. Rupanya memang benar, kelas itu menjadi kelas terburuk dalam sistem pembelajaran.
Ada yang berdandan, sibuk mengobrol, bermain hp bahkan ada yang memasak mie di kelas.
Samuel masih terdiam, dia lalu mendekat ke meja yang membuat mie itu sambil menyilang tangan.
"Sudah pakai MSG?" tanya Samuel.
"G... Apa?" siswa itu menatap bingung padanya dengan wajah meremehkan.
"Kau tahu bahwa sebungkus bumbu ini mengandung 1000-2000mg natrium. Ini sudah melebihi standar toleransi tubuh manusia. kebanyakan natrium akan menyebabkan darah tinggi, kusarankan pakai 1/3 bungkus saja, sisa nya di simpan," kata Samuel membuat mereka yang memasak mie menjadi terdiam menatap Samuel.
Di antara mereka yang masih terdiam, Samuel berganti pada satu siswa yang duduk di meja bermain gitar, lalu ia mendekat.
"Kau harus setel g baru ke a... Seperti ini," Samuel memainkan singkat salah satu benang gitarnya. "Nah, itu baru sempurna," kata Samuel membuat siswa yang bermain gitar itu terdiam menatapnya.
Lalu Samuel berpindah lagi ke siswa lain, tepatnya ada yang duduk melihat majalah tentang mobil.
"Oh, itu barang bagus," kata Samuel membuat siswa itu menatap. "Kau mengerti mobil?"
"Yeah, mobil ini hebat, top speed nya 307km/jam tapi batas di negara ini hanya 110km/jam. Surat tilang nya bahkan harus di naikan, kelak jika kau punya sim, kau harus berhati hati.... Oke?" tatap Samuel.
Siswa itu tampak mengangguk pelan dengan wajah masih bingung.
Lalu di belakang bangkunya ada siswa yang asik bermain game. Samuel mendekat dengan duduk di meja nya. "Sudah selesai main?" tatap nya.
"Jangan ganggu..." siswa itu membalas sambil masih tetap fokus pada ponselnya.
"Kau tahu ponsel itu ada 0,27 sampai 0,58 tingkat radiasi?"
"Sudah ku tempel anti radiasi."
"Percuma saja jika kau menempelnya satu sisi, istirahat 15 menit itu penting, jika begitu terus kedepan nya, kau tak akan bisa melihat lagi," kata Samuel membuat siswa itu benar benar terdiam.
Lalu Samuel berdiri dan berjalan menghampiri siswa yang tidur. Dia mendekat akan berbisik tapi siapa sangka, dia malah berteriak. "Selamat pagi!!!!!"
Hal itu membuat suara yang keras dan yang tertidur maupun semuanya menoleh padanya.
"Mulai hari ini..." Samuel mengambil sesuatu dari sakunya.
Itu gelang karet, hal itu membuat semuanya tertawa. "Hei mau apa? Mau main anak kecil? Hahaha..."
Samuel hanya terdiam, dia lalu membidik dan melepaskan karetnya yang rupanya kena pendeteksi api membuat benda itu memancarkan air dari atas.
"Hei, ada apa dengan mu?!!" mereka semua menatap kesal dan terbirit birit menghindari air itu.
Siapa sangka, Samuel sudah menyiapkan payung, lalu dia menatap serius. "Istirahat 10 menit, bersihkan tempat kalian itu yang basah," kata dia lalu berjalan keluar dari kelas dan menutup pintu dengan keras membuat semua terdiam.
"Siapa sih itu, benar benar sombong, pake masker segala, pasti muka nya jelek," mereka membicarakan Samuel dan menilai nya buruk.
Samuel berjalan ke lorong dan menemui kepala sekolah.
"Tuan Samuel, bagaimana kabar nya?"
"Oh, tentu baik sekali, tapi mungkin anda tunggu saja sebentar lagi," balasnya lalu berjalan peegi membuat kepala sekolah terdiam.
Setelah 10 menit berlalu, Samuel berjalan ke lorong akan masuk ke kelas.
Di dalam, ada salah satu yang mengintipnya. "Hei, dia datang," kata dia lalu semuanya menyiapkan ponsel bersiap merekam.
Rupanya mereka sudah menyiapkan jebakan baskom berisi air di atas pintu jika terbuka.
Hingga Samuel membukanya dan akan terkena basah air, tapi siapa sangka, dia langsung menangkis dan memukul itu dengan sikunya sehingga baskom berisi air itu langsung terlemparkan ke pojokan tepat dimana siawa yang terkejut ada di sana.
Hal itu membuat semua siswa terpaku melihat itu, mereka tak percaya Samuel bisa menghindari jebakan sulit itu.
"Siapa orang bodoh yang meletakan jebakan di situ," kata Samuel dengan nada meremehkan.
"Tak suka kelasku ya?" dia menatap mereka yang menjadi menguap karena bosan dan tak mau mendengarkan.
Lalu dia mencoba mencari cara dengan berpikir hingga ia mendapatkan ide. "Hei, aku punya permainan yang begitu cocok di sini," dia merogoh sakunya tapi siapa sangka, mendadak karet yang menyangga maskernya patah dan jatuh membuat nya terkejut.
"Oh tidak...." dia tak bisa mengambil jatuhnya hingga siapa sangka, wajahnya terlihat, seketika semuanya terdiam kaku, apalagi para perempuan di sana yang terpelongoh melihat pria tampan.
"Astaga!!!!" mereka berteriak kelepek klepek satu persatu.
Samuel segera mengambil sesuatu dari saku, ia rupanya mengambil masker sapu tangan dan memakainya. "Ehem, maafkan aku.... Mungkin terlalu cepat untuk--
"Guru!! Berapa nomor ponsel mu!! Guru, ajarkan kami pelajaran nya!! Kami tak sabar!!!" para gadis menyela, sepertinya mereka terhipnotis oleh semangat wajah Samuel.
Hal itu membuat Samuel hanya tertawa kecil. "Haha.... Ehehe.... (Aku tak berniat nge cit.... Tapi ya nama nya lelaki....)" Samuel menatap para lelaki yang tampak menatap bosan padanya.
"Baiklah, begini saja, kalian boleh keluar, tetapi jawab dulu 3 pertanyaan dari ku.... Ku dengar, kelas ini ada yang merokok dan kali ini biarkan aku membuat pertanyaan tentang merokok," kata Samuel menggambar di papan tulis, satu batang rokok.
"Aku!! Aku ingin menjawab!!"
"Aku!!"
Semua gadis tiba tiba langsung mengangkat tangan dengan antisias.
"Ehem, hanya untuk lelaki," kata Samuel membuat semuanya terdiam.
"Pertanyaan pertama, apa kandungan dalam batang rokok," tatap Samuel.
Lalu ada yang bilang. "Nikotin."
"Kau tidak mengangkat tangan mu," Samuel menatap lalu siswa itu mengangkat tangan nya dan membalas. "Nikotin."
"Baguslah, itu benar, sekarang keluarlah, tapi jam terakhir nanti, kembali lah kemari tepat waktu," kata Samuel.
Seketika siswa itu terkejut tak percaya. "Apakah itu benar?!"
"Ya, tentu saja," balas Samuel lalu dia berdiri. "Hahaha.... Sampai jumpa teman teman!!" dia langsung berjalan keluar dengan senang membuat semua siswa menjadi iri.
"Kami juga mau!! Kami juga mau!!"
"Baiklah, baiklah, hanya ada dua kesempatan, dalam hal ini.... Bla.... Bla...." Samuel menjelaskan semuanya soal bahan bahan biologi dalam sebatang rokok, dia juga berhasil membuat siswa menatapnya dan mendengarkan nya.
Hingga pada keterangan terakhir, istirahat muncul. "Baiklah, waktunya istirahat, kembalilah tepat waktu, nanti, aku akan berikan waktu pulang cepat pada dua pertanyaan yang belum terjawab," kata Samuel. Seketika mereka langsung semangat untuk istirahat cepat setelah itu kembali pembelajaran Samuel.
Istirahat itu, Samuel juga berada di meja nya, ia mengambil sesuatu yang rupanya apel, ia membuka maskernya dan menggigit nya memakan apel di jam istirahat sambil menatap catatan kertas di mejanya.
Lalu ada yang datang. "Samuel...." panggilnya yang rupanya itu Jin. Samuel menoleh dan mengangkat alisnya dengan isyarat. "Ada apa?"
"Aku perlu bertemu dengan mu untuk membahas sesuatu," tatapnya.
Samuel terdiam sejenak dengan bingung. "Hm? Kenapa tidak bicara di sini saja?"
"Kau tidak lihat masih ada orang," Jin menatap lalu Samuel melihat sekitar kantor itu yang rupanya masih ada guru wanita yang mengawasi Samuel dengan wajah menggoda.
Samuel tampak terdiam mengerikan, lalu dia berdiri dari tempatnya. "Baiklah," ia menyetujui ajakan Jin.
Mereka rupanya ke balkon gedung sekolah di atap yang di temani angin sepoi sepoi.
"Jadi, mau bahas apa?" Samuel menatap.
Lalu Jin menghela napas panjang. "Setelah hal ini selesai, maksudku, setelah misi kita selesai, kau akan langsung di kirim dan di tunjukan di beberapa markas agensi dunia, jadi, kau harus mempersiapkan dirimu, jangan lupa gengsi dan bersikap kuat, jika kau tidak bersikap percaya diri, yang ada hanya di tindas orang yang ada di sana nantinya..." kata Jin.
Samuel terdiam mendengar itu, dia lalu mengangguk. "Aku mengerti, aku sungguh sangat mengerti, aku tahu, aku titisan dari Samuel, begitu bukan, karena itulah aku harus menjadi sepertinya," balas Samuel lalu dia berbalik badan dan berjalan pergi membuat Jin terdiam menutup mata. "(Samuel....)"
--
"Baiklah, kalian benar benar menepati janji kalian yah, sangat baik sekali, tertib," Samuel menepuk tangan pada siswa siswi nya yang sudah ada di sana.
Tapi ia terdiam ketika melihat sekitar dan menemukan satu bangku kosong di belakang. "Hei, ini hanya perasaan ku atau memang tak ada orang di sana?" Samuel menatap mereka yang terdiam sebentar.
Lalu ada yang menjawab. "Guru, itu adalah murid paling buruk di sini, dia sudah banyak membolos...."
"(Hm.... Sepertinya ada masalah sendiri dengan murid itu....)" Samuel berpikir serius.
"Guru, kapan kita akan memulai pertanyaan pulang cepat nya?" salah satu bertanya.
"Oh, baiklah.... Aku harap jawaban kalian akurat agar tak hanya yang bisa menjawab yang bisa pulang, melainkan semua bisa pulang cepat!!" kata Samuel.
"Woho!!" semuanya langsung bersorak senang. Sepertinya Samuel berhasil berbaur dengan mereka bukan sebagai guru, tetapi sama sama belajar.