Chereads / Overdosis / Chapter 9 - Chapter 29 Samuel/Ah-Duken

Chapter 9 - Chapter 29 Samuel/Ah-Duken

"Baiklah, teman teman, waktu nya ke ring!!!" kata salah satu dari mereka. Lalu mereka berjalan bersamaan akan keluar dari ruangan persiapan itu dan tetap meninggalkan Kanna di loker itu, tapi siapa sangka, ketika mereka berjalan, ada seseorang yag masuk begitu saja dan akan berpapasan dengan mereka.

Rupanya itu Samuel. "Ahh... Permisi Tuan Tuan..." Samuel menatap membuat mereka berhenti berjalan.

"Siapa pria ini?"

"Kenapa dia masuk kemari?"

Mereka bingung bahkan tak ada yang tahu kenapa Samuel bisa ada di sana.

"Apa kalian tahu seorang gadis yang kira kira tingginya segini, dia lari dari kelasku dan di usir orang tuanya... Namanya Kanna," kata Samuel pada mereka, dia bahkan tak ada takut takut nya berbicara pada mereka yang dari tadi memasang wajah serius akan kedatangan nya.

Tapi tiba tiba ada suara dari dalam loker di samping Samuel.

"Guru!! Guru!! Aku ada di sini, tolong aku!!" rupanya itu teriakan dari Kanna.

Samuel terdiam mendengar itu, seketika dia melirik ke orang orang itu dan akan membuka loker itu tapi salah satu dari mereka langsung menyerang nya membuat Samuel terkejut tak bisa menghindar.

Alhasil dia terlempar bersama orang yang mendorong nya hingga jatuh ke bawah.

"Hei kawan, aku tak tahu masalahmu apa, tapi jangan buka loker itu, itu makanan untuk kami," tatap orang yang menyerang Samuel yang sekarang mencekik Samuel.

Tapi Samuel mencoba melawan nya sekuat tenaga hingga dia mendorong orang itu hingga berganti posisi di bawah, tak hanya itu, Samuel memukulnya membuat orang itu kesakitan memegang pipinya.

"Hei, kau itu mau apa?" tanya orang yang di hadapan nya bersama yang lain nya.

"Aku hanya akan mengambil gadis itu, apa salahnya memang nya, tinggal berikan dia padaku," tatap Samuel.

Lalu pria besar di hadapan nya yang tadinya siap bertarung di ring tapi di hentikan dan sekarang menjadi menatap orang yang di bawah kesakitan di pukul Samuel tadi.

Lalu dia menjadi terdiam berpikir hingga dia mengatakan sesuatu. "Kalau bisa, lawan kami dulu, jika menang, dapatkan gadis itu sesuka hatimu," tatapnya dengan seringai membuat Samuel terkejut.

"(Lawan mereka? Sebanyak itu?!)" ia terdiam ragu.

"Bagaimana, ekspresi mu tampak ketakutan di sini.... Apa kau mau melarikan diri?" mereka menertawainya.

Tapi siapa sangka, Samuel mencoba tersenyum seringai juga meskipun ada tetesan keringat ragu di wajahnya. "Haha.... Kalau begitu seranglah aku," tatapnya.

Lalu mereka menyerang kecuali pria besar tadi.

Samuel melawan mereka dengan pukulan dan dia terus menghindari pukulan mereka dengan profesional. Tak hanya itu, dia melawan dengan pukulan kuat.

Karena tempat yang sempit, dia juga agak susah untuk melawan mereka jadi dia menerobos ke bawah loker. Ketika ada yang menyerangnya, dia menjatuhkan satu loker yang tersusun itu membuat orang tadi tertimpa loker dan dia menjadi naik ke atas loker loker itu.

"Akh, sialan.... Kemarilah!!! Aku akan membunuhmu!!!" mereka mencoba meraih Samuel yang ada di atas loker, tapi ia terus menendang loker untuk menimpa mereka satu persatu.

Hingga ada yang bisa naik loker di belakang nya, ketika Samuel menoleh, dia langsung menghindari pukulan nya dan menyerang nya membuat orang itu jatuh ke bawah begitu saja dan Samuel menjatuhkan loker menimpa nya.

Tapi ada suatu goyangan membuat Samuel harus turun ke bawah dan siapa sangka, ada yang akan menyerang menabraknya, tapi dia langsung menghindar sehingga orang itu malah menubruk loker yang keras dengan kepalanya.

"Ugh... Sial..." membuat nya terjatuh begitu saja.

Mereka mengalami kekalahan dengan berbeda beda dan Samuel belum menerima satu pukulan apapun.

"Sialan!! Kemarilah!!" salah satu dari mereka bangun dan langsung menyerang, Samuel akan menghindar tapi orang itu langsung memeganginya dan mereka berkelahi secara dekat.

Di saat terpontang panting, di saat itu juga orang itu mengangkat Samuel dan langsung melakukan salto.

"Ack!" Samuel terjatuh dengan kepala duluan, dia terbaring di bawah dengan memegang kepala belakang nya. "(Sial, sakit....)" dia tak bisa melihat apapun dan di saat itu juga, orang tadi naik ke tempat tinggi dan akan menimpa tubuh Samuel dengan sikunya yang akan mengenai wajah nya.

Tapi Samuel langsung menyingkirkan kepalanya membuat siku orang itu memukul lantai menjadi retak.

"Akhh!!" orang itu berteriak sakit pada sikunya karena tak mengenal wajah Samuel sesuai yang ia harapkan.

Samuel langsung bangun dan memukulnya, tapi ada yang bangun lagi, dia langsung mendorong Samuel membuat kepalanya terpukul di loker.

"Akh!" Samuel terkejut dan orang tadi memojoknya dengan mendorong nya dan terus menekan baju Samuel ke loker. Hal itu membuat kepala Samuel berdarah dan mengalir melalui kening nya.

Tapi Samuel menatap tajam pada orang itu yang masih egois menyerang nya, hingga ia tak mengerti kenapa Samuel diam padahal dia sudah menekan tubuh Samuel sekuat mungkin.

"Sial, matilah!!" dia mengepal tangan dan akan memukul wajah Samuel, tapi Samuel mendorong nya dan langsung menghindari pukulan itu membuat orang tersebut memukul loker hingga penyok.

Samuel segera bangun dengan lincah dan menendang kepala orang itu hingga terpontang panting jatuh begitu saja. Mereka semua kalah mengenaskan dan Samuel tampak bernapas cepat dengan darah yang masih mengalir dari kepalanya.

Hingga menyisakan pria besar tadi membuat nya menatap Samuel dengan tatapan tajam.

Samuel menunggunya dengan berdiri di hadapan nya.

Pria itu lalu bicara. "Wajah yang kau tunjukan, wajah yang begitu tenang dan tidak bicara banyak sama sekali... Sebenarnya apa yang kau lakukan sebelumnya, apa penyebab kau bisa begitu. Padahal tubuh mu rata rata pria dewasa, mereka yang punya tubuh lebih besar dapat kau kalahkan begitu saja...." tatap pria itu.

Lalu Samuel tersenyum kecil dengan gigi taring terlihat. "Samuel, aku di panggil sebagai pemecah masalah melalui fisik maupun pikiran, tak ada yang bisa mengalahkan ku kecuali peluru yang tembus di jantung ku, aku tak pernah babak belur dan yang pasti, aku terlalu banyak menikmati hidup ku.... Darah Samuel mengalir di tubuhku," kata Samuel.

". . . (Samuel.... Aku seperti pernah dengar nama itu... Samuel.....)" pria itu tampak berpikir pikir.

"Hei, apa kau jadi menyerangku?" Samuel menatap.

". . . Tidak, aku tak akan menyerang mu... (Aku baru ingat Samuel....)"

"Oh, bagus...." Samuel berjalan ke loker Kanna dan membukanya membuat Kanna menatapnya dan siapa sangka, Kanna tampak menangis.

"Guru..... Guru Samuel...." dia langsung menangis dan seketika memeluk Samuel dengan ketakutan.

Pria besar itu menatap Samuel. "(Samuel.... Itu yang artinya, Panggilan Tuhan, keberanian akan selalu di berikan, kekuatan akan selalu memadai, umur akan selalu di teruskan oleh banyak orang, tak bisa di simpulkan secara logika, namun secara religi.)"

Lalu Samuel menatap nya. "Terima kasih, jangan lupa, jangan cari gadis ini lagi," kata Samuel pada nya yang terdiam.

Lalu Samuel berjalan keluar dan rupanya dia menggendong Kanna.

Kanna menatapnya dari dekat membuat Samuel menatap, mereka saling menatap.

"Bagaimana kau bisa kuat sekali, kau hanya seorang guru.... Dan ku pikir, kau hanya sembarangan memamerkan bahwa kau dari agensi," tatap Kanna dengan ragu.

Samuel terdiam. ". . . Aku menyebutnya berkat Tuhan," kata Samuel membuat Kanna terdiam.

"Memang nya kau pernah beribadah, tampang mu saja hanya malas beribadah yang aku lihat," tatap Kanna dengan ragu membuat Samuel tertusuk perkataan itu.

"Oh Astaga.... Aku baru ingat.... B.... Bisa kau hubungi ambulan atau apa....?!" Samuel menatap dengan menyimpan sesuatu di wajahnya.

"Kenapa? Kau mau menolong mereka yang telah kamu hajar di dalam?" Kanna menatap bingung.

"Tidak, tapi aku...." balasnya dengan singkat, dan mendadak dia langsung jatuh ke belakang membuat Kanna terkejut.

"Ah!!" Kanna terkejut dan langsung berdiri menatap Samuel yang terbaring di jalanan dengan kepala berdarah.

"Ka... Kau baik baik saja?" Kanna menatap panik.

"A... Aku bilang, hubungi ambulan...."

"Ah.... Baik baik.... Ini aku hubungi, jangan mati di sini!!" Kanna panik mengambil ponselnya tapi ja terdiam ketika melihat Samuel menutup mata.

"Akh, tidak!! Jangan mati!!" Kanna menampar nya membuat Samuel terkejut.

"Ack, apa maksudmu?" Samuel menatap nya dengan kesal.

"Jangan mati dulu...!"

"Siapa yang mau mati, aku hanya lelah.... Dan sekarang... Ugh...." Samuel mendadak langsung pingsan dengan roh nya keluar dari tubuhnya membuat Kanna terkejut kaku.

--

Tampak Kanna ada di rumah sakit, dia duduk di ranjang dengan perawat yang mengobati luka kecilnya di lututnya.

"Kamu baik baik saja? Apa ini masih sakit?" Perawat itu menatapnya lalu Kanna menggeleng dengan tatapan kecil dan begitu sangat sedih.

"Baiklah, itu sudah selesai, jangan lupa memeriksanya lagi," kata perawat itu. Tapi ia terdiam melihat ekspresi Kanna. "Dimana orang tua mu?"

Lalu Kanna menggeleng membuat perawat itu kembali terdiam.

Lalu Kanna bertanya sesuatu. "Bagaimana pria yang datang bersama ku tadi? Apa dia baik baik saja?" tatap Kanna dengan khawatir.

"Oh dia.... Um...."

"Jangan bilang dia ada di kamar mayat!!" Kanna menatap ketakutan dan merasa bersalah membuat perawat itu tak tahu harus bilang apa.

Tapi ada yang mengetuk pintu ruangan itu membuat mereka menoleh.

Kanna yang melihat itu menjadi terkejut karena itu adalah Samuel dengan penutup luka di kepalanya dan wajah yang dia pasang benar benar santai dengan senyuman kecil. "Yo, bagaimana keadaan mu?" tatap nya.

Kanna yang melihat itu menjadi tak percaya, siapa sangka dia langsung memasang wajah seperti menahan air mata dan langsung menangis keras.

"Hua!!! Huuhu!!" dia menangis keras membuat perawat itu terkejut.

Lalu Samuel mendekat, dia masih memasang wajah santai, lalu memeluk kepala Kanna. Ia menoleh ke perawat itu yang menundukan badan dan berjalan pergi membuat mereka berdua ada di ruangan itu.

"Hiks.... Hiks...." Kanna memeluk nya dengan erat.

"Sudahlah, ini baik baik saja.... Semuanya sudah terlewati, kamu bisa tenang.... Aku akan mengurus yang berikutnya padamu," kata Samuel.

"Ke... Kenapa... Hiks... Kenapa kau menyelamatkan ku? Tak ada orang yang lebih peduli dari ini..." tatapnya lalu Samuel mengacak acak rambutnya membuat Kanna terdiam.

"Karena kau muridku..."