Chereads / Overdosis / Chapter 7 - Chapter 27 Samuel/Ah-Duken

Chapter 7 - Chapter 27 Samuel/Ah-Duken

Di jalan, Samuel sudah sampai di rumah besar nya, ia nampak kelelahan dan segera melepas semua bajunya.

"Haiz, Jin sialan.... Dia benar benar seenaknya saja, aku benar benar lelah harus berjalan," ia mengeluh lalu segera menjatuhkan diri duduk di sofa empuknya.

Ia lalu memikirkan Kanna. "(Sebenarnya apa yang terjadi pada masalah keluarga nya?)" pikir Samuel. Ia lalu merogoh sakunya yang rupanya dia mengambil kartu identitas milik Kanna. Lebih tepatnya itu adalah kartu pelajar.

"(Apa aku harus tanya langsung?)" dia bingung, lalu melihat jam dinding menunjukan hampir sore. "(Aku masih punya waktu.)"

--

Terdengar suara pintu terketuk dari luar di sebuah rumah di kompleks perumahan. Seorang wanita paruh baya membukanya yang rupanya itu adalah Samuel dengan pakaian rapinya yang datang pada sore hari.

"Ya, ada yang bisa di bantu?" tanya wanita paruh baya itu.

"Ah begini, aku guru baru di SMA milik Kanna dan aku kemari untuk berbicara pada nya," kata Samuel dengan sopan.

"Astaga, gadis itu berulah lagi?" tanya wanita itu membuat Samuel terdiam bingung.

"Begini saja, jika ada masalah, kami akan langsung membuatnya masuk sekolah besok, jadi anda tak perlu repot repot kemari ya," kata wanita itu.

"Tapi aku-

Clak-- belum selesai bicara, wanita itu sudah menutup pintunya membuat Samuel terdiam. "(Ada apa sebenarnya, apa dia mencoba menyembunyikan sesuatu dariku?)" ia menjadi mengepal tangan.

Hari selanjutnya, Samuel meminum secangkir kopi di meja kantor miliknya. Lalu ia melihat ke jam dinding sudah waktunya masuk mengajar siswa nya. Ia lalu berdiri dan berjalan ke kelas nya.

"Hai semua, pagi, aku harap kalian siap mendapatkan nilai tambahan lagi hari ini," kata Samuel yang masuk. Semua siswanya bahkan sudah tertib duduk di tempat masing masing.

Lalu saat Samuel ada di mejanya menghadap ke semua siswa, ia menjadi melihat seorang gadis pirang yang duduk di kursi Kanna.

Samuel terkejut tidak karuan karena gadis itu adalah Kanna dan tidak hanya itu, Kanna adalah gadis yang ada di kereta saat itu.

Saat Kanna menengadah, ia juga terkejut melihat Samuel. "(Bukankah itu pria yang di depan ku saat di kereta, aku tak terlalu mengingatnya karena aku tertidur,)" pikirnya.

Samuel mulai mencoba tenang. "Ehem, buka halaman 139," kata Samuel.

Dia mulai mengajar semua siswa di sana, hingga saat istirahat tiba.

Kanna ada di kelas sendirian sementara semua siswa sudah ke kantin untuk makan.

Ia di kelas sendiri, tampilan nya bahkan seperti gadis berandalan menatap bosan pada setiap celah.

Lalu ia mendengar seseorang masuk yakni Samuel. "Aku meninggalkan buku ku," gumam nya yang berjalan ke mejanya mengambil buku yang ketinggalan. Di saat itu juga ia kebetulan melihat Kanna.

"Oh pas sekali," kata Samuel, ia mendekat ke meja Kanna, tapi Kanna tak menghiraukan nya, ia justru melihat ke arah lain.

"Halo Kanna, kau pasti belum kenal aku kan, aku Samuel, Guru baru di sini."

"Apa peduli ku," Kanna langsung menyela membuat Samuel terbatu dengan adanya amarah yang harus di keluarkan di sana. Tapi Samuel mencoba tenang.

"Bisa aku bicara dengan mu.... Di... UKS mungkin, pengawas UKS sedang sakit jadi kita mungkin bisa bicara dua mata," tatap Samuel.

"Hah... Apa mau mu, aku tak mau di ganggu," Kanna langsung berdiri menatap kesal. Tapi ia terdiam dengan wajah tak percaya ketika melihat kartu Identitas agen resmi milik Samuel.

"(I... Itu!!!)" Kanna terdiam kaku dengan pupil mata bergerak melihat kartu yang sangat penting dan rupa Samuel pun juga sama karena dia melepas maskernya bersamaan menunjukkan kartunya.

"Sekarang kau bisa bersikap lembut padaku huh, biarkan tugas ku menjadi lancar di sini... Tugas ku memang tidak menargetkan mu tapi tugas ku soal kedamaian sekolah ini, termasuk ada hubungan nya dengan ku, jadi anggap aku sebagai orang yang harus kau bagi penderitaan mu," kata Samuel dengan serius.

Lalu Kanna menelan ludah dan mengangguk. Ia lalu mengikutinya ke UKS bersama Samuel.

"Rileks saja dan ceritakan semuanya padaku Kanna, aku tidak akan memberitahu siapapun dan kau tak perlu malu mengatakan nya meskipun itu hanya masalah kecil," kata Samuel yang menatap Kanna duduk di ranjang UKS sementara dirinya sendiri duduk menghadap nya di kursi putar.

Tapi Kanna hanya terdiam tak menjawab.

"Haiz... Baiklah, aku yang akan bertanya... Kenapa kau tidak berangkat sekolah, padahal tujuan mu setiap hari ke sekolah, aku melihat mu menggunakan seragam tapi tak pernah melihat mu masuk ke kelas apalagi sekolah ini," tatap Samuel.

Lalu Kanna mulai perlahan bicara, ia memberikan kertas foto yang di terima Samuel. Dimana foto itu terdapat seorang gadis dan lelaki kecil yang tengah berfoto bersama. Mereka seperti teman masa kecil. "Sebenarnya aku memiliki teman masa kecil, dia laki laki yang sangat aku sukai, kami bersama dan bermain setiap hari. Masa kecilku terisi oleh kebahagiaan bermain kita. Dimana ada dia pasti ada aku, masih ke sekolah dan pulang bersama, tapi orang tuanya pindah… Itu adalah foto terakir kali aku denganya, waktu itu masih umur 10 tahun. Kami sama sama berjanji bertemu di kemiliteran yang sama. Tapi aku membelokan janji itu, aku tak bisa masuk ke militer dan masuk ke SMA, ketika aku ke militeran untuk bertemu dengan teman masa kecilku yang sudah lama pergi itu… Aku bertanya pada beberapa anggota militer di sana, tapi, mereka mengatakan bahwa dia telah mati dalam menjalankan tugas permulaan… Aku tak tahu harus apa, dia satu satunya orang yang bisa aku ajak bicara, aku nyaman denganya meskipun kami hanya teman masa kecil, di saat itu juga aku merubah penampilanku menjadi seperti ini."

"Apakah hanya itu saja masalah mu? Apakah itu yang membuat mu harus bolos sekolah dan membohongi orang tua mu sendiri begitu, hanya karena teman masa kecil?" Samuel menatap.

"Kau tidak mengerti, dia sangat baik padaku, hanya dia yang mengerti aku, setiap aku ada masalah, pastinya dia selalu ada di samping ku," kata Kanna.

Lalu Samuel menghela napas panjang. "Apa kau sadar kau terlalu melebih lebihkan ini, sebaiknya kau bicara padaku, kemana kau pergi selain ke sekolah untuk membohongi orang tua mu," tatap Samuel.

Kanna terdiam sebentar, dia lalu menjawab. "Ini bukan urusan mu."

Tapi tiba tiba Samuel mengeluarkan sesuatu, siapa sangka itu adalah pistol yang di todongkan pada Kanna yang terkejut.

Samuel menodongkan ujung pistol di kepala samping Kanna bahkan sampai menyentuhnya membuat Kanna gemetar.

"Kau tahu kan, aku punya tugas di sini, Sekolah ini menyewa orang seperti ku untuk mengatasi siswa atau siswi seperti mu yang begitu berandal. Jadi katakan padaku."

"Memang nya kenapa? Memang nya kau bisa melawan mereka semua!! Mereka lebih kuat dari apapun...." Kanna menatap kesal.

Samuel terdiam, lalu menghela napas panjang. "Jika aku tak bisa bertarung, kau boleh melihat ku mati di tangan orang yang kau maksudkan, cukup katakan padaku," tatap Samuel.

Kanna kembali terdiam. "Sebenarnya, kenapa kau melakukan ini, kenapa kau begitu mau melakukan ini?"

". . . Kenapa yah... Aku hanya ingin memastikan bahwa aku titisan dari orang terkuat."

"Ga jelas...." Kanna menatap dingin.

"Haiz, hanya cukup katakan saja kan..."

"Aku bekerja di bawah ring," kata Kanna.

Seketika Samuel terkejut. "Apa maksudmu?! Kau melayani mereka?!"

". . . Bisa di bilang begitu."

"Apa maksudmu, kau menjual dirimu---

"Siapa yang menjual diriku bangsat!! Aku tak melakukan itu, aku melayani mereka dalam artian, hanya membawakan minuman dan melayani kebutuhan sebelum bertarung," kata Kanna.

Samuel menjadi kesal. "Dengar ini, kau memang melayani secara kebutuhan tapi sebentar lagi kau juga pasti akan di minta melayani secara fisik, kau harus menghentikan pekerjaan ini."

"Memang nya kenapa?! Aku tak akan dapat uang!! Memang nya orang tuaku memberikan ku uang!! Mereka hanya sibuk memarahi ku, menunggu kesalahan ku dan yang lain nya, aku sudah muak, kenapa dunia begitu tidak adil....!!" Kanna mendadak menangis.

Samuel terdiam sebentar, dia lalu kembali menghela napas panjang. "Begini saja, besok, temui aku di kantorku, aku akan membantu mu, menemukan pekerjaan yang begitu cocok dari pada itu...." kata Samuel.

Kanna masih diam dengan kesal hingga ia berdiri dan berjalan pergi dari sana membuat Samuel menghela napas panjang lagi sambil memegang kening nya.

Esoknya, Samuel ada di kursi meja nya, dia menunggu Kanna hingga benar benar hampir jam 8 yang menunjukan waktu untuk mengajar kelas.

Tapi ia tahu bahwa gadis itu tak akan datang jadi dia berdiri dan menemukan guru yang nganggur. "Tuan Samuel, ada apa?" Guru itu menatap Samuel yang mendekat ke mejanya.

"Aku butuh bantuan untuk mengajari murid murid di kelasku."

"Hah, tidak mau... Mereka susah di atur...."

"Mereka sudah berubah dan patuh.... Apa kau tak dengar rumornya?"

"Ya, aku memang sudah dengar, tapi bagaimana jika mereka bersikap begitu padamu saja, sementara pada guru lain, mereka akan kembali meremehkan seperti dulu."

"Aku pastikan itu tidak terjadi," kata Samuel dengan wajah serius, lalu dia berjalan pergi.

Sepertinya dia kembali ke rumah Kanna dan lagi lagi ada yang membuka pintu yakni wanita paruh baya kemarin yang merupakan ibu dari Kanna.

Ibu Kanna terkejut dan akan menutup pintu tapi Samuel menahan pintunya. "Nyonya, mohon kerja sama nya, aku butuh informasi soal putri mu," Samuel menatap.

"Kau tak akan bisa merubah gadis buruk itu, dia sudah sangat mengecewakan, aku mengusirnya tadi pagi," kata wanita itu membuat Samuel terkejut kaku.

"Kenapa kau melakukan itu pada anak mu sendiri?"

"Mau bagaimana lagi, dia menyusahkan, sebaiknya jangan ikut campur!!" wanita itu membalas marah dan langsung menutup pintu dengan keras membuat Samuel terdiam.

"(Jika begini caranya, aku tak bisa menemukan dia sekarang dimana....)"