Jalan setapak yang Erik ikuti mulai melebar, berubah menjadi jalan tanah yang lebih jelas. Tanda-tanda aktivitas manusia semakin sering terlihat: jejak sepatu bot yang dalam, bekas roda gerobak yang membekas di tanah, dan bahkan beberapa potongan kain berwarna cerah yang tersangkut di dahan rendah. Suara-suara samar percakapan manusia dan denting logam semakin jelas terdengar, mengusik rasa ingin tahu Erik.
Setelah berjalan selama beberapa jam, Erik tiba di persimpangan jalan yang ditandai oleh sebuah patung batu yang sudah lapuk. Patung itu menggambarkan seorang ksatria gagah berani yang mengenakan baju zirah lengkap dan menunggang kuda perang. Meskipun patung itu telah dirusak oleh waktu dan cuaca, Erik masih bisa melihat sisa-sisa kemegahannya. Wajah ksatria itu tegas dan berani, pedangnya terhunus tinggi di udara, siap untuk menghadapi musuh.
Erik berhenti sejenak, mengamati patung itu dengan seksama. Dia melihat ukiran samar di dasar patung, bertuliskan "Selamat datang di Ebonhollow" dalam bahasa yang tidak dikenalnya. Namun, berkat kemampuan analisisnya yang tajam dan pengetahuan linguistik yang diperolehnya dari sistem, dia dapat dengan mudah menerjemahkan tulisan tersebut.
Ting!
Sebuah notifikasi muncul di layar statusnya, memberikan informasi lebih lanjut tentang tempat yang akan dia masuki:
Anda telah menemukan lokasi baru: Ebonhollow.
Deskripsi: Sebuah kota perdagangan kecil yang terletak di perbatasan antara Kerajaan Eldoria dan Hutan Gelap. Terkenal dengan pasarnya yang ramai, penginapan yang nyaman, dan penduduknya yang ramah. Namun, kota ini juga memiliki reputasi sebagai tempat yang berbahaya, di mana bandit dan monster sering berkeliaran.
"Ebonhollow," gumam Erik, merasakan getaran antisipasi menjalari tubuhnya. "Sebuah nama yang menjanjikan petualangan."
Dia melanjutkan perjalanannya, mengikuti jalan utama yang mengarah ke timur. Pemandangan di sekitarnya berubah secara dramatis. Ladang-ladang yang subur terbentang sejauh mata memandang, dihiasi dengan tanaman gandum yang menguning dan kebun-kebun sayur yang hijau. Di kejauhan, Erik bisa melihat siluet Ebonhollow, dikelilingi oleh tembok batu yang kokoh dan menara pengawas yang tinggi.
Saat dia mendekati kota, aktivitas manusia semakin meningkat. Dia melihat para petani bekerja di ladang, keringat membasahi dahi mereka saat mereka memanen hasil jerih payah mereka. Pedagang dengan gerobak penuh barang dagangan berjalan tergesa-gesa di sepanjang jalan, tawar-menawar dengan pelanggan potensial. Anak-anak berlarian di jalanan, tawa riang mereka bergema di udara.
Erik mengamati mereka semua dengan rasa ingin tahu yang tak terpuaskan. Dia memperhatikan detail-detail kecil: pakaian mereka yang terbuat dari linen dan wol, alat-alat pertanian yang terbuat dari besi dan kayu, dan ekspresi wajah mereka yang mencerminkan kehidupan yang keras namun penuh harapan.
Ting!
Layar statusnya berkedip, menampilkan informasi tentang seorang wanita tua yang sedang berjalan dengan susah payah sambil membawa sekeranjang sayuran:
Nama: Elara
Level: 12
Kelas: Pedagang Sayur
HP: 30/30
Erik tersenyum tipis. Dia tidak hanya bisa melihat nama dan level orang-orang, tetapi juga kelas dan status kesehatan mereka. Ini memberinya keuntungan yang luar biasa dalam memahami dunia ini dan orang-orang yang menghuninya.
Namun, dia juga menyadari bahwa kekuatan ini adalah tanggung jawab yang besar. Dia tidak ingin menyalahgunakannya untuk keuntungan pribadi. Sebaliknya, dia ingin menggunakannya untuk membantu orang lain, untuk melindungi mereka dari bahaya yang mengintai di dunia ini.
Dengan tekad yang diperbarui, Erik melangkah melewati gerbang Ebonhollow. Dia siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang mungkin menantinya di kota ini. Dia adalah The Wraith, sang pembunuh bayangan, dan dia akan menemukan tempatnya di dunia baru ini.