Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 3 - Chapter 3 My Model

Chapter 3 - Chapter 3 My Model

Terlihat Matthew berjalan disebuah tempat gang yang sepi terbengkalai di ikuti dengan Neko.

Itu hanyalah sebuah gang yang sepi dan begitu mengerikan, tempat yang bergitu terisolasi.

"Jadi... Di sekitar sini studio mu?"

"Ya..."

"Dimana kau tinggal?"

"Setelah dari sekolah dan kerja, aku pergi kemari dan menetap disini."

"Dimana keluargamu?"

"Aku tidak punya."

"(. . . Dia tinggal ditempat seperti ini, ini bahkan mengingatkanku saat belum memiliki apapun,)" Neko melihat ke sekitar.

Lalu ia berhenti ketika melihat Matthew juga menghentikan jalan nya.

Matthew ada di depan pintu, pintu yang mengarah ke basement bawah tanah yang terhubung dengan gedung kosong itu. Tepatnya di belakang gedung.

Ia membuka kuncinya lalu menoleh ke Neko. "Tolong, anggap nyaman," tatap nya.

Lalu mereka masuk ke sebuah tempat turun, setelah masuk ke pintu itu, ada tangga besi dan Neko menuruni tangga dan melihat tempat kecil dengan adanya sofa, meja tempat tidur dan alat alat lain berada diruangan yang sama, banyak sekali karya karya yang belum selesai dibuat oleh Matthew.

"(Di kota yang penuh dengan gedung gedung tinggi ini, apakah dia yang merupakan seorang mahasiswa seni pahat memiliki karya yang terisolasi dari dunia luar?)" Neko terdiam.

Lalu menatap lagi ke Matthew. "Kau memintaku menjadi model, aku harus melihat karya gambarmu dahulu," kata Neko.

"Aku akan menunjukan gambar di dokumen ku, mohon tunggu disini..."

Lalu Matthew memberikan sebuah buku file.

Neko melihat banyak gambaran gambaran miliknya yang sangat menghayati. Tapi ia agak terlihat biasa saat melihat gambaran itu, semuanya hanya laki laki.

Matthew menatapnya dan berkata. "Kau tidak suka ini?"

"Bagaimana caramu mendapatkan model ini?"

"Itu adalah pembelajaran, aku menyalin nya dari buku yang aku pelajari, saat aku bertemu dengan mu, kau adalah tipe ideal kecil, yang melambangkan kecantikanmu adalah wajahmu dan kulitmu, sangat menawan."

"(Jadi aku adalah model nyata pertama nya?)"

"Neko, biarkan aku mengukirmu," ia menundukkan tubuh nya dan mendekatkan wajahnya.

"Bukannya ini yang kau inginkan?" Neko menengadah menatap.

"Ya."

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Biarkan aku melihat bentuk tubuhmu," kata Matthew.

Seketika suasan terdiam sebentar.

"Ha?...Inikah hak model, atau memang syarat model?..." Neko menatap kesal.

"Jika aku tidak melihat tubuhmu, bagaimana caraku membuat model dari tubuhmu."

"Hei dengar, apakah kau menganggap ini enteng, kenapa ini malah membuat ku murahan."

"Kau tidak akan terlihat begitu, tubuh mu hanya akan di lihat oleh ku," tatap Matthew.

". . . Hm... Aku agak ragu..." Neko melirik.

"Apakah kau sebelumnya tidak pernah dilihat oleh orang lain?"

". . . Kenapa tiba tiba bertanya begitu, apakah aku terlihat tidak pernah disentuh orang lain?"

"(. . . Melihat wajah tenang nya, aku berpikir dia sudah banyak melakukan ini, tak peduli orang lain menyentuh nya maupun melihat nya, apalagi ketika aku pertama kali mencium nya, dia tampak tenang dan tak menunjukan wajah terganggu, itu artinya, semua ini menunjukan bahwa dia sudah terbiasa melakukan ini.) Aku akan menyetujui apapun asalkan aku mengenali bentuk tubuh mu," Matthew menatap serius.

Neko terdiam, ia lalu menghela napas panjang. "Baiklah, kau tidak keberatan jika tubuh ku ada inci yang tidak sempurna?"

"Tidak, ini lebih dari cukup... Sekarang aku akan menyentuhmu," Matthew mendekat, dia akan menyentuh leher Neko.

"Aku akan membuat syarat dulu..." Neko mendorong tangan nya pelan. Matthew menjadi kembali terdiam bingung.

"Pertama, untuk menjadikan aku model, kau harus menuruti kata kataku..." kata Neko sambil melepas mantel hitamnya dan perlahan melepaskan kancing kemejanya.

Dia juga melepas dasi yang ia pakai tadi.

"Ayo tutupi mata milikmu dulu... Berlutut lah," ia memegang tali dasi yang ia lepas lalu Matthew berlutut dan Neko bisa melepas kaca mata Matthew.

"(Mata itu membuatku sangat tertarik.) Jangan khawatir, aku tidak akan membuatmu terasa lucu."

"Baiklah..." Matthew menutup mata lalu Neko menutup matanya dengan dasi itu.

Setelah itu pandangan Matthew benar benar tertutup.

Lalu Neko memegang tangan Matthew dan menaruhnya di buah dadanya, kancing kemeja nya terbuka semua dan terlihat dada Neko yang memakai bra itu.

Ketika tangan Matthew di arah kan, dia tampak terkejut sebentar ketika Neko mengarahkan tangan nya langsung di bagian itu.

"Hm... Sepertinya tanganmu tidak percaya diri..." Neko menatap.

"(Tubuhnya terasa lembut, dia memiliki perut yang bagus dan menarik, dada miliknya begitu besar, aku bisa memegang nya dengan beberapa jari di telapak tangan ku.) Ini..." ia mencubit dada Neko yang sebasar cubitan tangannya seperti meremas semua.

Neko menjadi tersentak dengan itu, tapi ia mencoba untuk tenang.

"Ada apa?" tatapnya.

"Ini belum cukup..." Matthew tiba tiba saja mendorong nya ke sofa membuat mereka jatuh bersamaan.

Dengan cepat Matthew melepas kemeja putih Neko dan menarik celana Neko turun.

Sekarang dia tampak memakai celana dan bra dalam nya saja, dia tampak terlihat menawan tapi sayang nya Matthew tak bisa melihat nya.

"(Ha... Lelaki ini membuatku bosan disini,)" Neko tiduran di sofa dan membalikan badannya membuat nya tengkurap.

Ia mengambil permen tusuk seperti yang diberikan Jun tadi. Ia melepas bungkusnya dan memakannya. Sambil membiarkan Matthew terus meraba tubuhnya.

Tak peduli tangan Matthew menyentuh dimana, dia melakukan nya dengan mata yang tertutup dan Neko sama sekali tak peduli akan hal itu dan hanya menikmati permen nya.

"Neko.... Apakah aku bisa... Melepas pakaian dalam mu?" kata Matthew.

". . . Hm... Entahlah... Jika kau bisa meraba yang lain nya, kau mungkin akan menemukan sesuatu, hanya harus meraba yang lain, jangan membuat ku berpikir bahwa kau lebih mau dari ini," Neko menarik rambut nya yang panjang terurai itu, dia menyisakan nya ke depan agar punggung nya terlihat.

"(Dia tidak mengizinkan ku membuka celana dalam dan bra nya, ini mungkin lebih dari cukup, aku bisa mengenalinya di setiap inci.)"

Setelah lama meraba, Matthew menjadi terhenti.

"Ada apa denganmu, apa kau bercanda padaku?" kata Matthew. Kata itu membuat Neko merasa bingung.

"Rupanya benar kau gadis istimewa, kau membiarkan aku lelaki asing meraba tubuhmu dan kau tidak menunjukan rasa bergairah sama sekali."

Plup...

Neko mengeluarkan permennya dari mulutnya dan duduk didepan Matthew. Dengan menyilangkan kakinya menutupi selangkangan nya dan berkata.

"Jangan merasa aneh, aku bersikap seperti ini karena sudah bosan dengan kehidupan ku... Kau mengerti itu..." ia menatap dingin.

Mendengar itu Matthew menjadi berpikir sejenak.

"Dari awal kau bilang, kau lebih percaya pada perempuan, apakah itu berarti, kau hanya bergairah jika bersama perempuan?"

"Jangan salah dan jangan anggap aku perempuan yang tidak benar, oh, tentu, dunia ini kotor, tak peduli pemikiran orang juga soal sekitar apapun... Memangnya aku harus apa, itu adalah cara satu satunya aku bisa dapat makanan," Neko berbisik lalu menyuapi Matthew permennya tadi.

"....Apa ini?" Matthew merasakan manis seketika ia terkejut karena Neko menggigit lehernya. Neko menggigit di tempat yang sama, di tempat yang kemarin ketika ia pertama kali menggigit.

"Apa yang kau lakukan?"

". . . Jujur saja, entah kenapa saat merasakan rasamu pertama kali, rasanya sangat enak, aku bahkan ingin mencobanya lagi..." kata Neko yang mengambil permen itu dari mulut Matthew dan memakannya kembali.

Darah di lehernya mengalir pelan lalu Matthew terdiam. "(Dia melakukan nya... Dia benar benar menghisap darah ku, tapi dia hanya melakukan nya sekali hisapan.)"

Dia melanjutkan meraba punggung Neko yang masih menatapnya sambil duduk. Dia merabanya dengan mata yang masih tertutup. Wajahnya sangat dekat dengan tubuh Neko.

Tapi Matthew berhenti karena merasa ada sesuatu di punggung Neko. "Ini... Tato atau luka?" ia akhirnya sadar akan sesuatu yang ada di punggung Neko.

"Hm... Menurutmu apa?" Neko berbisik rupanya di punggung Neko ada tulisan bertuliskan 'tetesan' dalam bentuk kanji jepang, tulisan itu berbentuk lurus ke bawah.

Matthew masih berpikir jika itu tato, pastinya hanya gambaran yang tidak bisa dirasakan tapi di punggung itu ia merasakan bahwa seperti sebuah sayatan dari pisau, sudah jelas itu tulisan yang dibuat dari sebuah pisau.

"Apa ini bekas luka? (Kenapa begitu banyak, seperti mengukir punggungnya?)" Matthew masih terus memastikan tapi tiba tiba Neko menarik tangannya.

"Dengar, syarat keduanya aku menjadi model, tidak peduli kondisiku bukan... Karena aku sudah memperingati mu duluan," bisik nya.

"Ya, aku mengerti, bentuk punggungmu terasa mengesankan, tapi, punggung mu memiliki ukuran yang tidak merata, itu akan membuat kesan yang buruk dalam sebuah model seni, karena sudah terlanjur, aku harus mengukir semua tubuhmu," kata Matthew.

Lalu Neko terdiam sebentar dengan tatapan serius, lalu menutup mata menyetujui nya.

"Baiklah, terserah, tapi untuk saat ini, aku tidak akan telanjang bulat dulu."

"(Mungkin dia memang belum siap....) Kalau begitu, bisakah aku mencium lehermu?"

"Oh tentu saja, disini bukan?" Neko mendorong kepala Matthew untuk mencium lehernya.

"Bisakah aku mengatakan sesuatu?" kata Matthew sambil mencium leher Neko. "Aroma mu sangatlah manis..."

". . . " Neko hanya diam sambil menikmati permen miliknya.

"Sangat manis," Matthew menjilat leher Neko.

Tapi tiba tiba ponsel Neko berbunyi.

"Tunggulah sebentar," Neko menarik rambut kepala Matthew untuk menjauh dan dia meraih ponselnya yang ada di meja, ia terpaksa harus menerimanya. Rupanya dari pengawalnya.

"Boss, ketua ingin bertemu denganmu..."

"Huh, aku sedang tidak bisa, katakan saja padanya."

"Tapi ini dari Manajer Shang, dia ingin Anda datang, juga ada yang harus dibahas."

"Aku sudah bilang, aku tidak bisa," Neko menutup panggilan dan melempar ponselnya di sampingnya.

"Ha... Ini mulai membosankan..." ia menghela napas panjang. Tapi pandangan nya terdiam ketika melihat sesuatu di celana panjang bagian paha Matthew itu, ada ular besar dan panjang di sana yang menjalar. "Kau..." ia menginjak benda milik Mattew yang sedang berlutut sambil mencium lehernya.

Matthew terkejut gemetar dan menahan kaki Neko.

"Sialan kau, bisa bisanya kau tegang hanya karena menyentuh ku? Apakah kau tidak pernah menyentuh wanita sebelum nya?" Neko menatap. Rupanya itu penis milik Matthew.

"(Aku memang belum pernah menyentuh wanita....)"