Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 7 - Chapter 7 My Model

Chapter 7 - Chapter 7 My Model

Matthew terdiam, ia tiba tiba saja membuka paha Neko dan mendekat mencium leher Neko membuat Neko terkejut.

"Hei, hanya nikmati sendiri," Neko mendorong wajah Matthew.

"Tidak akan, kau juga harus begitu," Matthew membalas, ia memegang tangan Neko itu dan mereka menatap sangat dekat membuat Neko terdiam melihat itu, seketika ia agak berwajah merah menatap Matthew.

"Sial... Berhentilah menatap ku."

Tiba tiba Matthew mencium bibirnya, mereka bermain bibir dan perlahan, Matthew menjilat cairan nya tadi yang terkena di wajah Neko tadi.

"Hah.... Pergilah dari sini!" Neko mendorong Matthew, ia membuang wajahnya.

Lalu Matthew terdiam dan kembali merapatkan pahanya tapi ia tersadar ketika paha Neko memerah.

"Paha mu, rapuh, aku baru melakukannya satu kali, apakah ini menyakitkan?" tatap Matthew.

". . . (Aku tidak tahu.... Ini pertama kalinya aku melakukan ini, tapi kenapa ini begitu menyiksaku, aku malah merasakan sakit pada kakiku ini,)" Neko hanya memasang wajah suram.

Lalu Matthew memegang tangan Neko dan membuat Neko memegang penis nya.

"Neko...." Matthew menatap. Tapi Neko nenoleh ke tangan nya yang terpegang penis Matthew, ia lalu memegang penis itu dan hal itu membuat Matthew merasakan nya.

Ia mendekat mencium beberapa kali tubuh Neko.

"Lakukan dengan kencang," bisik Matthew.

Lalu Neko memegang nya dengan kedua tangan nya dan mengocok penis Matthew.

"Yeah, inilah yang terjadi ketika seorang lelaki hanya memikirkan dirinya sendiri," kata Neko.

Seketika Matthew terdiam dan menatap nya.

Ia menatap sangat dekat. "Tidak kah kau berpikir pendapatmu soal patung itu?" tatap Matthew.

Lalu Neko ingat ketika mereka pertama kali bertemu dan Matthew menyusul Neko dengan berlari ke museum menatap patung ukiran yang menunjukan model wanita dan pria yang sedang berpose menjadi satu.

"Siapa tahu... Aku tidak baik saat melihat karya seperti itu, aku tidak tahu banyak soal hal seperti ini, jenis yang berbeda belum tentu dapat membedakan satu sama lain dari yang lain, patung itu menggambarkan perkataan ku ini," tatap Neko dengan wajah serius.

"Konsep mu salah, jenis yang berbeda tentu saja dapat menetukan satu dari yang lain. Tidak ada perbedaan dalam hal percintaan yang murni maupun tidak murni, suatu jenis karya seperti itu tidak mudah di buat kecuali mendapatkan model yang siap jatuh cinta pada pembuatnya, atau sebaliknya," tatap Matthew, tatapan nya sayu dengan alis yang turun.

Neko terdiam mendengar itu, ia lalu tersenyum kecil. "Pantas di sebut mahasiswa dari departemen seni," ia menatap dengan seringai.

Malam itu.... Akan terus berlanjut hingga pagi hari. Kecuali Matthew yang tidak akan melakukan seks dengan gadis itu.

Dipagi hari, Matthew melihat dirinya sendiri di cermin kamar mandi. "(Dia gadis yang cepat tertidur, aku ingin mencium tubuhnya satu kali lagi, tapi sepertinya tubuhnya sudah sangat lelah dengan semua ini,)" ia masih membayangkan malamnya.

Dia menyentuh dimanapun tubuh Neko tapi tidak sekalipun dia menyentuh vagina Neko.

"(Sayang nya... Kami memang tidak melakukan seks,)" pikirnya sekali lagi, mungkin dalam hal ini Matthew suka pada Neko bukan karena ingin melakukan sesuatu pada tubuh Neko tapi dia hanya kagum dan ingin mempelajari tubuh Neko dan tidak akan menikmati nya dengan seks. Dia lelaki baik yang tidak pantas tinggal di dunia yang kotor.

Neko terbangun dari ranjang dengan banyak sekali bekas cupang di area leher tubuhnya. Paha nya tampak benar benar merah.

Ia memegang keningnya. "Ugh.... Seluruh tubuh ku terasa memar," ia merasakan agak sakit di bagian banyak nya cupang itu. Paha nya juga berdenyut merah.

"(Dia tidak tahu caranya berhenti, sial... Aku benar benar tersiksa olehnya... Tapi malam itu.... Bukan lah seks.)"

Ia berdiri membuka lemari baju Matthew dan bingung memilih baju yang mana, karena semuanya hanya berisi kemeja bercorak dan kaus hitam besar.

Akhirnya dia memilih kemeja bercorak biru muda. "(Kenapa dia punya corak muda begini, sangat aneh, terlalu besar untuk ku, hm... Tidak masalah,)" dia hanya memakai kemeja itu tanpa celana nya.

Creak...

pintu terbuka dan terlihat Matthew turun kesana.

"Kau sudah bangun, aku baru saja mencari makan," ia menunjukan makanan cepat saji yang ia bawa.

"Apakah kamu melihat kacamata ku, aku lupa di mana meletakkannya terakhir kali," tambah nya sambil melihat sekitar.

"Kacamata?" Neko bingung dan melihat kebawah, ia rupanya menginjak kaca mata Matthew hingga gagangnya putus.

Tak lama kemudian Matthew menggambar di salah satu kursi sambil menatap Neko yang makan di sofa, Matthew sudah memperbaiki kacamatanya dengan menyambungnya kembali.

"Neko, apa kau, pernah berciuman sebelumnya?" kata Matthew sambil terus pada menggambarnya.

". . . Hm?... Bukannya aku sudah bilang padamu..."

"Aku mengerti, kau sudah beberapa kali menerima ciuman dari banyak nya wanita, tapi aku bertanya soal berciuman pada lelaki?

". . . Aku tidak menginginkannya. . ."

"Lalu kenapa kau mau melakukannya denganku?"

". . . " Neko terdiam lalu menghela napas. Ia berdiri dan berjalan mendekat dan duduk didepan Matthew yang menatapnya.

"Apakah kau keberatan jika kau memang di pilih untuk berciuman denganku, kau tidak ingat siapa dari kita yang pertama kali meminta ciuman."

"Aku...?" Matthew menatap.

"Bagus... Tapi karena kau begitu ragu, aku akan memberimu waktu sepuluh detik untuk kembali ingat mencium ku."

"Apa...?" Matthew malah menjadi bingung.

"10, 9, 8, 7, 6..." Neko mulai menghitung.

"(Menatap nya, kenapa aku merasa cemas?)" Matthew menggenggam erat buku gambar nya.

"5, 4, 3, 2,1..."

"(Aku ingin menghentikan waktu.... Untuk terus seperti ini!)" Matthew mendekat dan menciumnya di saat waktu yang dihitung Neko habis.

Neko menatapnya yang menciumnya dengan baik lalu Matthew membuka mata menatapnya.

"Aku benar, itu sangat menghalangi..." kata Neko sambil mengusap kaca mata Matthew dari embun. Lalu berdiri tapi Matthew menahan tangannya dan berkata.

"Apa kau akan bertemu dengan ku lagi jumat malam?"

"Kenapa? Kau ingin memasukan batang mu lagi ke selipan paha ku, kau tahu kan itu bukan lah seks," Neko melirik dingin sambil memakai celana nya yang belum ia pakai tadi, membiarkan kemeja Matthew ke luar celana nya dan itu tampak besar.

"Maaf kan aku, aku hanya belum siap untuk melakukan hubungan dalam bersama mu..."

"Ck. . . Aku tidak bisa membuat janji pertemuan itu, aku juga tidak bisa mempertahankannya, aku pergi sekarang..." Neko berjalan menaiki tangga di sana dan keluar. Karena tempat Matthew itu seperti bagian bawah tanah.

Matthew menatap lukisan yang ia buat tadi. Bergambar wajah Neko yang begitu cantik.

"Aku akan selalu menunggumu..."

--

Neko duduk di sebuah kursi kantor. Ia sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel. Dia sudah memakai baju biasanya yakni kemeja putih dan celana hitam panjang nya.

"Ya, aku hanya ingin kau membuat sesuatu artikel," kata Neko.

"Kenapa, apa ini ilegal?"

"Aku tidak bisa menilai ilegal atau bukan, tapi aku sudah jelas punya buktinya, buatlah artikel yang bagus nanti."

"Tentang apa dulu?"

". . . Korupsi yang dilakukan oleh Direktur Hao, sekalian tambahkan bumbu bumbu agar aku bisa tahu siapa atasan yang telah meminta Direktur Hao melakukan hal ini... (Dari awal Direktur Hao meminta uang lebih dan aku memberikan nya karena aku harus memiliki projek museum itu, tapi suatu bajingan telah meminta Direktur Hao sendiri, kupikir itu rencana nya tapi rupanya dia seperti di kendalikan, yang harus aku lakukan, hanyalah membuat direktur Hao menjadi umpan makan malam.)"

Tak lama kemudian Jun mengetuk dan membuka pintu kantor Neko.

"Boss, Semuanya sudah siap," tatap nya.

Lalu Neko meletakan ponsel nya dan berjalan pergi melewati Jun, dia keluar kantor duluan.

"Lihatlah, bagaimana aku bisa lebih dari berani," gumam nya dengan senyum kecil.

Sebuah mobil hitam berhenti di sebuah bangunan pabrik tua pada sore hari, dari bangku tengah turun Neko. Beberapa penjaga menyambutnya.

"Bos, anda akhirnya kemari," mereka memberikan mantel hitam dan memakaikannya ke pundak Neko.

"Artikel berita sudah siap?" Neko menatap.

"Ya, akan datang nanti."

Lalu Neko membuka pintu pabrik tua itu, terlihat banyak sekali orang penjaga bayaran menahan Direktur Hao yang tidak berdaya di bawah.

"Lama tidak bertemu, Direktur Hao..." Neko berjalan mendekat. Hyun yang ada di samping Direktur Hao menodongkan belati ke wajahnya agar dia tidak membuat langkah memberontak.

"Hm..ppp..." Direktur hanya bisa ketakutan dan tak bisa bicara karena mulutnya tertutup lakban.

Neko duduk di bangku depannya lalu menyilang kan kakinya.

"Tenang saja, jangan gores dia dulu..."

Lalu Hyun membuka penutup lakban seketika Direktur berteriak. "Tolong lepaskan aku...!!"

"Direktur Hao, biarkan aku mengajukan pertanyaan. Apakah kau setuju untuk menyerahkan pembangunan lampiran museum kepada ku, apa yang membuat kau berubah pikiran sehingga kau tidak memberikan museum nya dan malah meminta banyak dana setiap hari?"

"Percayalah, aku... Aku tidak pernah ingin, tetapi mereka mengancam ku..."

"Mereka?"

"Jika aku tidak akan menunjuk konstruksi untuk Kin, mereka akan mengubur seluruh keluarga ku. Aku tidak punya pilihan selain mengembalikan uang yang aku terima dari kau, tolong biarkan aku hidup..."

"Jadi 'Kau memutuskan untuk memukul kepalaku saat aku berbalik untuk makan' kau mengkhianati ku, dunia tidak bergerak seperti itu, Direktur Hao..." kata Neko sambil mengupas permen tusuknya dan memakannya.

Direktur Hao terdiam dengan gemetar di bawah, dia hanya menatap Neko dengan wajah memohon itu.

"Jika kau tidak tahu, biarkan aku menunjukkannya kepada mu," tambah Neko.

Seketika Hyun akan menusuk Direktur Hao dengan belatinya.

Tapi, "tunggu sebentar...!!" ada yang berteriak, rupanya Kin, dia sudah sampai sana dan penjaganya menahan tangan Hyun agar tidak jadi menusuk Direktur Hou.

"Kucing kecil, kau semakin lambat setiap hari," dia melangkah mendekat dan melihat Direktur Hao yang tak berdaya di bawah. "Ah, jadi aku digigit oleh umpan kamu, maka biarkan aku datang jauh jauh ke sini."

"Aku tidak mengundangmu Direktur Kin, apa kau mau menjadi tidak sopan dengan masuk seperti itu..." Neko menatapnya sombong.

"Tepatnya mengapa, kau hampir seenaknya sendiri menyandera Direktur Hao!!"

". . . Dapatkan hatimu di lelaki tua itu sepuas mu, kau tetap akan kalah dalam rencana mu sendiri, dan aku dari awal sudah tahu bahwa kau yang meminta Direktur Hao, bajingan...."