Dia melirik Neko lalu mengatakan sesuatu. "Kau benar benar tidak becus dalam hal ini, apa kau memang sengaja melakukan hal ini untuk mengecewakan ku, seharusnya kau tahu jika kau mengecewakan ku, kau juga akan mati di depan ku," tatap nya.
". . . Kau sudah berpikir aku tidak bisa melakukan hal ini, memang nya dari awal aku ini merupakan seorang yang menggunakan gaya berpikir yang bercampur dengan uang, aku hanya mengikuti jalan yang telah di pikirkan dari kepalaku, dan ini semua bukan lah masalah karena pengurusan museum itu sudah aku lunas, kan?" kata Neko.
"Apa kau memang bodoh!! Kau pikir aku memintamu membayar. Aku membayar mu bukan untuk membayar seseorang!! Memang nya siapa yang memberimu perintah membayar ke Direktur Hao?!" Ketua sindikat langsung berteriak murka pada nya. Hal itu membuat Neko terdiam.
".... Apa maksud mu?! Bukan kah dia meminta uang sendiri?!"
"Pengurusan museum itu sudah aku urus soal keuangan, jika begini terus maka kau yang akan di peras dan itu juga akan berpengaruh dengan sindikat ini."
"Lalu kenapa dia meminta ku untuk meminta lebih uang?!" Neko menatap kesal tak percaya dengan teriakan nya.
"Seseorang mungkin telah menyuruhnya."
"Cih... Aku akan memergoki nya nanti."
"Jangan gegabah!! itu akan berpengaruh pada publik karena kau seharusnya tahu siapa itu Direktur Hao di depan publik," kata Ketua sindikat.
"Cih.... Baiklah, terserah, aku akan membuat cara agar publik langsung tahu akan hal ini, tak hanya jabatan nama baik nya akan pergi begitu saja," balas Neko lalu ia berjalan pergi.
Sebelum nya Ketua sindikat menatap ke cupang Neko di leher belakang nya. Ia lalu menjadi menghela napas panjang. "(Kapan kau akan berpikir seperti ini.)"
Hari selanjutnya di kafe, Matthew melamun di meja pemesanan ia juga beberapa kali melihat jam tangan, lalu manajer mendekat.
"Matthew, ada apa?"
". . . Menurutmu apa?"
"Aku hanya ingin tahu apakah ada sesuatu yang mendesak yang kau keluhkan sambil melihat jam tangan?"
". . . Aku hanya menunggu janjinya," kata matthew.
Sepulang bekerja, ia berjalan kembali ke tempatnya. Berjalan ke tempat yang sepi, suram dan tak ada tanda tanda orang lewat sama sekali.
"(Dia sudah memegang kunci itu bukan? Kenapa dia tidak datang pagi ini?... Mungkin dia sibuk dan lagipula dia akan datang nya malam,)" Matthew memandang langit yang gelap hampir malam.
Sementara itu di sebuah bar malam. Neko duduk sendiri di kursi khusus, dijaga oleh 2 orangnya yang berdiri agak jauh darinya.
"(Kenapa, aku sangat malas ke tempatnya, ha...)" Neko menengadah menatap langit langit sambil berwajah kecewa dan putus asa.
"Apa semua baik baik saja boss?" Jun menatap.
"Permen..."
". . ." Jun mengambil dari sakunya lalu mengupas permen tusuk dan memberikannya pada Neko, Neko langsung memakannya dari tangan Jun.
"Bos, kami dengar dari beberapa publik yang bilang bahwa Direktur Cheong telah kembali dari kota pusat Seoul, dia kembali ke distrik ini," tatap Jun.
"Sialan...." Neko langsung berwajah kesal dan putus asa. "(Sial.... Tambah lagi masalah nya... Dia kemari, Direktur Cheong telah pulang disini, apa yang harus kulakukan, aku tidak mau bertemu dengannya, ugh...)" ia memegang keningnya dengan tatapan berat.
"Nona Neko..." seseorang mendadak memanggilnya, seorang perempuan dari kafe malam, dia bernama Seu.
"Ada apa denganmu, seperti sedang ada masalah, maukah kau menggigit ku untuk mengurangi stresmu~" dia duduk didekatnya dan mendekatkan wajahnya.
"(Ini mulai membuatku bosan melakukan hal ini,)" Neko hanya terdiam tak berkata apa apa.
"(Dia tidak terlihat baik.) Sekali saja, aku mohon..." Seu akan menciumnya, lalu Neko menatapnya.
"Baiklah," ia menciumnya juga. Lalu langsung menggigit leher Seu. "Ha... Ada apa Nona Neko, apa kau memikirkan sesuatu, gigitanmu sangat sakit hari ini?"
Mendengar itu Neko langsung menggigitnya keras.
"Ah...!!" Seu kesakitan dan banyak darah mengalir sedikit demi sedikit dari lehernya.
"Ini terpeleset, aku sudah tidak ingin lagi," Neko berdiri sambil mengusap bibirnya sendiri.
Seu terkejut mendengarnya sambil memegang lukanya. "Ap... Apa maksudmu? Tetaplah disini, ayo Nona Neko, aku akan memberikan darah ku padamu, sepuasnya," ia menahan tangan Neko.
Tapi Neko berjalan pergi. Seu menjadi terkaku tak percaya saat Neko meninggalkannya.
Di sisi lain, Matthew duduk menunduk di sofanya, ia sudah sangat lama memandangi jam yang sudah pukul 4 pagi.
"(Aku pikir dia bisa datang dan memegang kata katanya, dia adalah orang pertama yang membuatku sangat merasa aneh mungkin lebih tepat aku nyaman dengannya. Tubuhnya yang tidak tinggi maupun umum membuatkan khas memiliki kulit yang sangat putih dan bersih, aku ingin melihat dia tersenyum dengan sepenuh hati, pastinya akan sangat imut. Tapi dia tidak datang hari ini,)" ia berjalan dan duduk di tangga besinya. "(Lupakan saja,)" ia menundukan pandangan menjadi frustasi.
Tapi tiba tiba terdengar pintunya terbuka dan tertutup. Ia berdiri dan menoleh dengan terkejut, karena itu Neko, dia meliriknya.
Rupanya Neko meninggalkan Seu untuk ke tempat Matthew.
"Aku sudah menunggumu, jadi kupikir..." Matthew mendekat, tapi Neko langsung berjalan melompat membuat Matthew bermata besar, ia memegang Neko yang mendarat di tubuh Matthew, meremas kerah bajunya dan langsung menciumnya, Matthew mendapatkan ciuman pertama dari Neko.
"(Ini... Dia datang dan langsung melompat, aku memegang nya, ini kedua kalinya aku memegang nya seperti ini,)" Matthew menutup matanya merasakan ciuman itu dan kedua tangan nya memeluk pinggang Neko yang bergantung di tubuh nya.
Lalu Matthew melihat wajah Neko yang serius menciumnya. Lalu Neko memandangnya dengan tatapan misterius, seketika ia mendorong dan melepas Matthew membuat nya turun dari tubuh Matthew dan berjalan turun menuruni tangga, ia duduk di ranjang milik Matthew, yang masih bingung.
"Kemarilah..." kata Neko.
Matthew berjalan perlahan dan berdiri didepannya yang sedang duduk di ranjang.
"Kau tak perlu menilaiku dulu hanya karena aku terlambat datang bukan?"
". . . Aku memang berpikir kau tidak bisa datang karena sibuk, ini kesalahanku memintamu kemari padahal kau sedang sangat sibuk..." Matthew membalas lalu berlutut di depan Neko dan mendekatkan wajahnya.
"Aku sudah berusaha kesini, sekarang apa yang dapat kau berikan padaku?" Neko mengelus pipinya, lalu Matthew menciumnya lagi, ia juga melepas baju atasnya sendiri. Neko kemudian terdorong ke ranjang.
Neko terdiam menatap Matthew yang ada di atasnya, Matthew menahan tubuhnya sendiri dengan tangan nya, terlihat tubuh nya saat benar benar telanjang dada.
Dia memiliki tubuh yang tidak bisa di bilang lebih berbeda dari pria dewasa yang suka bertarung. Otot nya tidak lebih kecil dari yang di deskripsikan. Perutnya juga roti sobek.
"Kau suka ini?" Matthew menatap. Lalu Neko tersenyum kecil.
"Hei, biarkan aku yang ada di atas mu," tatap nya membuat Matthew terdiam.
Tak lama kemudian, Neko duduk di perut Matthew yang terbaring juga menatap nya.
"Kau, apakah kau akan memberi aku semua yang ku inginkan?" tatap Neko.
".....Ya..." Matthew melihat Neko membuka kancing bajunya sendiri dan menggigit leher nya.
"Kau ingin aku apa malam ini.... Neko?"
Di saat itu juga, Neko terdiam, ia lalu mengangkat tubuh nya menatap wajah Matthew dari atas tubuh Matthew sendiri.
"Entahlah, jika ini memang pertama kalinya untuk mu melakukan hal ini bersama dengan seorang perempuan, maka aku juga berpikir ini adalah hal pertama untuk ku bersama seorang lelaki sepertimu."
"Apa?!.... Kau perawan?!" Matthew langsung duduk membuat nya memangku Neko.
"Apa yang kau pikirkan memang nya?" Neko menatap dingin.
"Jika kau memang perawan.... Aku tidak akan merusak tubuh mu begitu saja karena aku tidak mungkin menjadi orang pertama yang melakukan ini padamu, bisa jadi ada orang lain yang sudah menjadi pertama untuk mu," kata Matthew sambil mengelus pipi Neko dengan wajah yang khawatir sementara Neko hanya menatap dingin.
"Baiklah, aku pikir lelaki memiliki nafsu yang lebih tinggi, rupanya kau memang berbeda akan hal yang lain. Tapi apa kau serius tidak ingin memasukkan milik mu," bisik Neko yang duduk di selangkangan Matthew, karena saat itu milik Matthew sudah berdiri.
"Aku tidak akan memasukan nya," kata Matthew, tiba tiba dia membuat Neko berbaring dan ia memegang kedua kaki Neko.
Ia bernapas berat sendiri, tak bisa menahan ketegangan nya dengan memegang erat kaki Neko.
"Lihat dirimu ini, lelaki yang ingin melakukan seks dengan kenalan yang belum ada beberapa hari, kau mau membuat masalah jika kita melakukan seks, hanya karena aku tidak bersikap tertarik seperti perempuan lain yang ada di dekat ku, kau berpikir aku tidak perawan begitu?" tatap Neko dengan senyum kecilnya.
"Aku tidak berpikir sejauh itu, aku hanya berpikir hanya ingin bersama mu seperti ini, memegang beberapa kali tubuh licin mu," Matthew menatap, tapi tangan nya malah menurunkan resleting celana nya membuat Neko melihat itu dengan diam.
Seketika keluar penis Matthew yang sangat besar membuat Neko terdiam kaku. "(Apa itu? Apa itu penis segede gaban?)" ia menatap tak percaya.
"Ha.... Neko, maafkan aku," Matthew membuka celana Neko membuat hanya memperlihatkan Neko memakai celana dalam, Matthew tidak ingin berhubungan, ia hanya mamasukan milik nya ke paha Neko.
"Huh serius, kau memasukan batang mu itu ke paha ku," Neko menatap serius.
Tapi tetap saja, karena milik Matthew benar benar besar, hal itu membuat Neko sedikit sakit dengan paha nya karena kakinya di rapatkan oleh tangan Matthew.
"Kenapa kau tidak memasukan nya saja?!" Neko menatap.
"Aku sudah bilang pada mu bukan?" Matthew membalas dan mulai bergerak.
"(Ini benar benar gila... Dia tidak mau memasukan batang nya itu ke vagina ku, memang kenapa?!... Dan batang nya itu bukan ukuran manusia, padahal dia hanya meminjam paha ku tapi rasanya pahaku terbuka karena milik nya terlalu besar,)" Neko menjadi menutup mata nya dengan lengan nya.
"Ha.... Neko, maafkan aku... Maafkan aku," Matthew terus mengulangi kata yang sama hingga tiba tiba saja ia mengeluarkan nya, cairan itu terbang mengenai wajah Neko.
"Sial... Entah aku harus mengatakan apa pada ini," Neko menatap, ia tersenyum kecil dan Matthew yang melihat wajah Neko itu, ia menjadi menundukan pandangan nya meremas paha Neko lagi karena ia baru saja berdiri lagi.
"Lakukan saja lagi... " tatap Neko dengan tatapan datar dan tidak keberatan.