Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 1 - Chapter 1 My Model

Drop Blood: Amai Akai

KharaChikara
  • 35
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 44.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1 My Model

Seoul, Korea Selatan, Seoul Jung District

(60% Crime and ilegal, 50% Organization and Yakuza, 15% Vulgar and Kiss, 35% Fight, 80% Past, 70% Blood, 90% Psikological, 5% Seks and Love, 100% Action)

[MY MODEL]

Sebuah mobil hitam melaju di tengah hujan yang tidak begitu deras pada malam hari. Jalanan sepi tanpa adanya mobil melaju bersamaan.

Di bangku tengah, seorang gadis duduk dengan menyilang kakinya. Memakai pakaian yang tidak biasa untuk seorang gadis.

Mantel hitam yang hanya terpakaikan di pundak nya, kemeja putih lengan panjang yang dimasukan di pinggang celana hitam panjang nya.

Sedang menelpon Ketua atas dengan suara yang dingin. Tatapannya hanya mengarah kedepan dengan mata tajamnya. Pupil mata berwarna merah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

"Tidak mau menyerah pada orang lain seperti anjing, Ketua kami benar-benar tidak berubah setiap kali ternyata seperti ini dan Anda harus bergantung pada sindikat kejahatan..."

"Diamlah!! Kerusakan akan lebih besar jika perusahaan lain mendapatkan proyek pembangunan museum seni. Ingatlah itu jika ini gagal, aku tidak akan memberimu makan ikan!"

Seseorang berbicara lebih keras padanya di telepon.

"(Benar-benar Wanita yang tidak menyenangkan, tentu saja Dia tidak akan memberiku alasan langsung,)" gadis itu menutup panggilan dan berbatin dengan tatapan sedikit kesal.

"Hei, kopi..." dia berbicara, lalu 2 Orang yang ada di bangku depan menoleh bersamaan dengan pakaian jas penjaga dan kacamata hitam mereka. Tampang mereka benar benar sangat mengerikan dan menyeramkan.

Lalu mobil berhenti di pinggir jalan untuk membeli kopi di kafe yang terlihat, kafe itu bernama 'Sweety Coffe' dan pengawal yang tidak menyetir turun untuk masuk kedalam kafe yang tengah buka.

Pengawal yang masuk itu berpenampilan sangat menakutkan dan tinggi, memiliki tato naga dikepalanya yang botak.

"Selamat datang..." Seorang Manajer perempuan menyambutnya di depan pintu.

Dia hanya mengangguk dan langsung kedepan meja pemesanan.

"Satu americano dibawa..." Ia memesan pada seorang lelaki berkacamata yang memiliki tubuh dominan pria dan tinggi sama sepertinya.

Bagaimana bisa lelaki besar itu bekerja sebagai kasir kafe saja, harus nya dia menjadi pengawal atau apa, tapi wajahnya seperti lelaki yang masih muda.

"Ya, akan siap dalam beberapa menit...."

Setelah beberapa menit, lelaki tersebut memberikan pesanannya.

"Disini americano milikmu..."

Pria botak itu mengambilnya dan berjalan keluar tepat pada gadis itu yang menunggu diluar dengan di teduhi payung oleh supir nya tadi, tepat nya pengawal nya yang satunya.

"Boss, ini kopi Anda..."

Dia langsung mengambilnya dan meminumnya ditempat. Namun Ia berhenti meminum dan berwajah kesal dengan bercampur sifat terdingin nya.

"Apa apaan ini," dia menoleh dengan lirikannya pada lelaki pembuat kopi itu yang sama sama menatapnya dari balik kaca kafe.

Lelaki itu terkejut seperti tersambar petir setelah melakukan kontak mata dengan nya. Padahal wajahnya tadi biasa dengan tatapan kosong.

"Tak ada bakat dalam ini, aku lebih suka minumanku..." kata dia yang langsung menumpahkan kopinya dengan tenang lalu masuk ke mobil.

Lelaki yang ada di kafe itu berjalan keluar dan melihat mobil itu sudah jauh.

Ia terdiam sebentar dengan wajah tak percaya nya dan mengatakan sesuatu sendiri. ". . . Aku, menemukanmu..."

"Manajer bisakah Aku libur hari ini?" dia kembali ke dalam Kafe.

"Ada apa, apa ada sesuatu, apa tugas kampus?"

"Tidak, sesuatu yang lebih penting..." lelaki itu melepas apron nya sambil masih memikirkan wajah gadis tadi.

"Aku akan kembali bekerja besok."

"Hati hati dijalan!" Manajer perempuan itu melambai padanya yang berjalan sangat cepat meninggalkannya. Padahal di luar sedang hujan.

Lelaki tersebut berlari hingga ke sebuah museum yang masih belum pasti dibuka karena masih ada projek pembangunan. "(Museum ini? Bukankah museum ini sudah jadi dari dulu...)" Ia terdiam dengan napas agak terengah lalu melihat papan perbaikan bahwa museum itu sedang di perbarui dan sekarang menjadi projek museum.

Ia terdiam sambil melihat didalam ada gadis tadi yang rupanya ada di dalam museum itu yang menatap sebuah patung lelaki dan perempuan diukir dalam satu tempat. Dia berdiri dengan mata sayu nya menatap mahakarya itu.

Lelaki kafe tersebut menatap nya dan mendekat perlahan. Gadis itu tidak menoleh padanya sama sekali. Lalu tanpa di sangka, dia bicara. "Tatapanmu seperti laser, sepertinya kau sangat menyukainya..."

". . . Ya, aku sangat menyukainya, bagaimana denganmu?" lelaki itu mendekat dan gadis itu menoleh dengan menengadah menatap nya.

"Siapa tahu..." Gadis itu menoleh lagi pada patung itu. "Aku tidak baik saat melihat karya seperti ini, Aku tidak tahu banyak soal hal seperti ini, jenis yang berbeda belum tentu dapat membedakan satu sama lain dari yang lain," ia menatap.

Lalu kembali menoleh pada lelaki itu yang masih menatap nya dengan tatapan yang dalam.

Hal itu membuat wajah gadis itu kesal, ia mengisyaratkan tangan pada nya untuk kemari,  lelaki itu melangkah perlahan dan membungkukan badan, tiba tiba gadis itu meremas kerah nya dan seketika menarik kerah lelaki itu membuatnya terkejut dan langsung berlutut, dia menahan jatuhnya, wajahnya seperti mengatakan bahwa gadis ini benar benar begitu kuat.

"Kenapa kamu tidak memotong omong kosong itu!? Menatap ku begitu dengan mata berwarna hijau mu itu, berhentilah menatap ku dengan mata anehmu..." gadis itu berlutut menatapnya dan memegang pipinya.

Tapi tangan lelaki itu memegang tangan nya yang memegang kerah nya. "Itu bukan omong kosong, suatu karya yang benar benar memiliki pahatan sempurna, itu akan menjelaskan semuanya, tak peduli model yang seperti apa?" lelaki itu membalas dengan tatapan membosankan dan mata sayu nya.

". . . Kau berbicara seperti seseorang yang tahu akan hal ini, sekarang katakan padaku, kenapa kau datang jauh jauh kemari dengan tubuh agak basah mu, apakah kau kemari hanya untuk menjelaskan soal mahakarya yang di pajang dan tak memiliki arti sama sekali menurut ku..." Gadis itu menarik kerah bajunya dengan tangan kanannya. Ia menatap begitu dekat.

"Karena... Aku suka kau, apakah kau perlu aku menjelaskan lebih lanjut?" tatap lelaki itu dengan tatapan serius dan itu membuat nya terdiam sebentar mendengar itu tadi.

"Hah-. . . Hahaha ini sangat lucu..." Gadis itu tertawa dengan keras dan suaranya yang kecil dan menatapnya lalu berdiri, berkata pada pengawal nya. "Cek tasnya..."

"Ya boss..." Pengawal botak itu yang bernama Jun mengambil tasnya dan mengeluarkan semua barang barang yang ada di tas lelaki tadi. Hingga keluar sebuah kartu identitas milik lelaki itu.

Lalu gadis itu melihat nya dan mengambil sebuah kartu identitas itu. Ada foto lelaki itu dan nama nya.

"(Matthew Jyoun, dia seorang murid di departemen seni museum, kampus seni museum? Jika dia murid dari sana pastinya dia tahu soal seni yang ada di museum ini,)" gadis itu terdiam mengamati kartu itu dengan wajah yang datar.

"Boss, aku akan memukulinya jika dia mengganggu mu..." lelaki penjaga yang satunya yang bernama Hyun itu datang dan langsung menarik baju lelaki yang bernama Matthew tadi.

"Ini bukan apa apa, kembalikan saja tasnya," kata gadis itu.

"Ap-, cih kau beruntung hari ini!" Hyun memberikan tas nya. Lalu Matthew memasukan barangnya kedalam. Gadis itu masih menatapnya dengan dingin.

Setelah itu Matthew berjalan melewatinya sambil berkata. "Jangan khawatir, aku tidak akan mengatakannya pada semua orang," perkataan itu sangat aneh dan apa yang dia maksud pada gadis itu yang sekarang terdiam menatap nya pergi semakin jauh.

Lalu ponsel Jun berbunyi dan mendengar pesan itu. Lalu mengatakan sesuatu pada gadis itu.

"Boss, Direktur Hao ingin Anda bertemu dengan nya besok pagi."

"Bukankah aku sudah bilang tidak akan datang."

Dia menatap dengan mata mengkerut pada mereka berdua.

Lalu Jun yang memegang ponsel tadi mengulurkan ponselnya padanya dan gadis itu mendengar suara Direktur Hao.

"Aku harap kau datang Nona Kucing, ini soal museum yang mau aku ambil kembali karena soal... Dana..."

"(Aku akan mematahkan pita suaramu itu nanti, Aku masih ingin tahu orang tadi, bukankah dia hanya seorang lelaki penjaga kafe biasa, dia berada di departemen kampus seni museum dan mengetahui soal hal pahat...) ...Hei kalian tunggulah aku di mobil, ada sesuatu yang harus ku urus..." dia berjalan pergi.

"Baik!" 2 penjaga itu menundukan badan.

Sementara itu di kamar mandi umum di museum tadi, Matthew membasuh tangannya dan wajahnya sambil melihat dirinya di cermin.

"(Sepertinya aku tidak memiliki kesempatan sama sekali, dia gadis yang memiliki postur sempurna, berapa umurnya, apa tujuh belas tahun? 2 penjaga itu suruhan orang tuanya? Benar benar terlihat seperti aku dulu,)" ia menatap dirinya sendiri dengan wajah yang sangat biasa. Dia mengira bahwa gadis itu hanyalah seorang putri kecil yang di kawal dua penjaga nya itu.

Tapi tiba tiba ada suara pintu terbuka. Dia menoleh dan seketika berwajah tak percaya karena melihat gadis tadi. "Hei Kau, bisa kita bicara, kau punya waktu bukan?"

Tak lama kemudian di salah satu ruangan kamar mandi. Gadis tadi menodongkan pisau yang mirip seperti belati berwarna hitam membuat Matthew mundur masuk ke dalam kamar mandi dan terpojok. Lalu gadis itu menutup pintunya dan mereka ada di dalam.

"Tu- tunggu sebentar," Matthew terkejut melihat pisau itu semakin dekat dengan nya.

"Kamu sudah mengatakan kau suka padaku, ini bukan masalah kan?" dia menatap dingin dengan matanya yang agak kurang tidur.

"Tapi, aku tidak mengharapkan untuk melakukan ini."

"Kalau begitu, biarkan Aku menggigitmu satu kali saja."

Matthew terdiam didalam hatinya, dia berekspresi bingung.

"Gendong aku," kata gadis itu lalu dia menggendong nya dan seketika gadis itu membuka mulutnya terlihat 2 gigi taring yang siap menggigit leher nya.

"Utk... Apa yang kau lakukan!?" Matthew terkejut sedikit kesakitan.

Dia terus menggigit dalam hingga Matthew merasakan lehernya terluka. "(Aku merasakan sesuatu, dia membuat leher ku berdarah dan aku merasa dia menghisap nya...)"