Hari ini, merupakan hari yang bersejarah bagi Alisa dan Arga. Karena hari ini, merupakan hari Pernikahan mereka. Alisa tengah didandani oleh MUA, yang terkenal di daerahnya. Dengan memakai kebaya putih, dengan full payet panjang menjuntai kebawah. Dipadu dengan kain batik yang serasi dengan kebayanya yang terlihat mewah, juga tak ketinggalan siger dibagian kepala Alisa.
Alisa terlihat sangat cantik sekali, setelah selesai di dandani Alisa diantarkan oleh brides maid yaitu sahabatnya Tika sendiri, Lolita, juga Aliya, serta kedua Kakak ipar Alisa. Ketika Alisa hendak duduk di samping Arga, alangkah terfana Arga melihat kecantikan sang calon istri di hadapannya. Kini Alisa duduk di samping Arga, secara diam-diam Arga menggenggam tangan Alisa karena gugup, Alisa merasakan jika tangan Arga begitu berkeringat dingin.
Alisa pun berbisik ditelinga Arga. "Sayang, kamu gugup ya?" tanya Alisa.
"Iya Sayang, gugup banget" jawab Arga.
begitulah percakapan keduanya, ketika menunggu akad nikah. Dan kini, setelah menunggu beberapa menit berlalu, Arga dan pak Suryadi tengah saling berjabat tangan untuk menjalankan Akad suci Pernikahan.
"Argatama Putra Atmaja bin Romli Atmaja, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Alisa Bungsu Suryadi binti Suryadi dengan Maskawin seperangkat alat shalat, dan uang sebesar dua puluh juta rupiah dibayar tunai" tutur, Pak Suryadi saat menjadi wali nikah sang putri, lanjut Arga langsung menjawab.
"Saya terima, nikah dan kawinnya Alisa binti Sur-yadi" ungkat Arga dengan gugup.
Lalu pak penghulu menenangkan Arga.
"Tenang nak Arga, ucap bismillah tarik nafas, baru bacakan" ujar Pak Penghulu.
"Iya Pak, saya coba sekali lagi semoga lancar kali ini" Jawab Arga.
"Argatama Putra Atmaja bin Romli Atmaja, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Alisa Bungsu Suryadi binti Suryadi dengan Maskawin seperangkat alat shalat, dan uang sebesar dua puluh juta rupiah dibayar tunai" Ujar pak Suryadi, dengan lantang. Lanjut dijawab, oleh Arga dengan penuh keyakinan kali ini.
"Saya terima, nikah dan kawinnya. Alisa Bungsu Suryadi binti Suryadi, dengan maskawin tersebut dibayar tunai" Ucap Arga, dengan lantang kali ini.
"Bagaimana para saksi, syah?" kata pak Penghulu.
"Syah"
"Syah"
"Syah"
"Syah"
Ucap semua yang hadir disana. Akhirnya, Arga merasa lega karena telah syah mereka sebagai pasangan suami-istri. Setelah selesai Akad, ada beberapa rangkaian acara yang harus mereka jalani hingga akhir acara. Hingga tak terasa, acara demi acara telah selesai. Dan saat jam delapan malam, Ibu Dewi dan juga kedua Kakak'nya serta Kakak ipar Arga, mereka kembali ke Kota. Sedangkan Arga, sementara di Rumah Alisa lebih dulu hingga satu minggu, karena Pak Suryadi masih menginginkan sang Putri berada di kediamannya, sebelum akhirnya Alisa diboyong oleh Arga ke Kota. Ketika mereka tengah menikmati makan malam, pak Suryadi memberi petuah pada Arga. "Nak Arga, maaf sebelumnya kalau Bapak lancang. Ada yang ingin Bapak sampaikan, pada nak Arga" Ujar Pak Suryadi pada Arga.
Arga yang saat itu sedang menikmati makan, langsung menoleh pada sang mertua, serta menjawab.
"Iya Pak, katakan aja Pak gapapa ko santai aja" tutur Arga, pada Pak Suryadi.
"Begini nak Arga, sekarang kan Alisa sudah menjadi istri nak Arga. Bapak hanya minta, jaga anak Bapak jangan menyakitinya, kalau ada masalah selesaikan dengan baik-baik. Dan jika sudah tak mencintai putri Bapak, pulangkan kembali jangan menyakitinya dengan mengkhianatinya" ujar Pak Suryadi, dengan mata yang berkaca-kaca.
"Insya Alloh Pak, saya akan berusaha menjadi suami yang baik buat Alisa" jawab Arga, dengan yakin.
"Iya, Bapak percaya dengan nak Arga. Dan satu hal lagi, Bapak minta ijinkan Alisa bekerja sesuai kemampuan dia, sebab sayang kalau ijazah'nya tidak dipergunakan dengan baik, IPK'nya dia tinggi" Ujar Pak Suryadi, kembali.
"Iya Pak, nanti saya rekomendasikan Alisa ke teman saya disana" jawab Arga, meyakinkan. Setelah satu minggu berlalu, sepasang pengantin baru itu kini berangkat menuju Kota ke tempat kediaman Arga. Taklupa, semalam Pak Suryadi memberikan uang saku pada Alisa, tanpa sepengetahuan Arga. Dan Pak Suryadi berpesan, jangan sampai Arga tahu soal itu. Setelah berpamitan pada semua keluarga, mereka berangkat menuju Kota. Setelah delapan jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan Rumah Ibu Dewi. Rumah peninggalan sang suami, mendiang Ayahnya Arga. Ayah Arga merupakan, pensiunan anggota Dewan Pusat, yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kini mereka telah sampai di depan pintu, begitu pintu dibuka. Disana Ibu Dewi, tengah duduk menunggu di ruang tamu. Lalu meminta Alisa, untuk duduk di depannya.
"Alisa, duduk sini kamu hah" Dengan penuh keangkuhan, Ibu Dewi meminta Alisa duduk di depannya. Alisa merasakan, aura ketidak ramahan dari sang mertua. Kini Alisa duduk, di kursi yang ditunjuk Ibu Dewi. "Heh Alisa, jangan kamu kira sudah menjadi mantu, kamu bisa seenaknya di rumah ini ya! Saya minta kamu, mulai besok pagi. Kamu masak, nyuci baju, ngepel, beres-beres Rumah. Karena tinghak disini, tidak gratis ya. Kamu paham kan?" ujar Ibu Dewi.
"Ta-tapi kan, Alisa harus kerja Bu" jawab Alisa.
"Apaan, gak ada ya kamu kerja. Enak aja, kewajiban kamu itu ngurus rumah, dan ngurus suami tahu kamu? jangan mimpi kamu bisa kerja kantoran ya!" ungkap Arga, yang membuat Alisa kaget. Lalu, dengan sedikit keberanian, Alisa menjawab.
"Ka-kamu kan, udah janji sama Bapak Kak" tutur Alisa.
"Itu biar aku kelihatan baik di depan Bapak kamu, yang miskin itu. Sekarang, kamu kebelakang, buatkan aku kopi. CEPETAN JANGAN LELET KAMU!"
"I-iya Kak"
Alisa pun kebelakang, mencari letak kopi serta dispencer, beruntung Alisa menemukannya. Alisa pun menyeduh kopi sashet itu, dengan air termos. Lanjut memberikannya, pada Arga.
"Ini Kak, kopinya" tutur Alisa.
Arga pun meminumnya, namun bukannya pujian yang Alisa dapatkan. Arga menyemburkan Kopi itu, kewajah Alisa karena kepanasan.
"PUUUAAAHHH, KOPI APAAN PANAS KAYAK GINI HAH, DASAR CEWEK GAK BECUS KAMU. JADI ISTRI, KOK GAK GUNA BANGET"
Alisa pun mengusap wajahnya, dengan menitikan airmata. Dia tak menyangka, pria yang terlihat lembut selama ini, berubah menjadi menyeramkan. Namun Alisa, tak mungkin mengadukan semua itu pada sang Ayah, karena Alisa tak ingin membebani sang Ayah. Biarlah Alisa akan terima semua itu, hingga sampai dimana dia sudah tak kuat lagi menerima semuanya.
"Ayo sini, ikut kamu ke kamar aku kamu taro baju disana, tapi ingat jangan menggunakan lemariku. Kamu minta saja dibelikan lemari, oleh Bapakmu itu" ujar Arga pada Alisa.
"I-Iya Kak"
Taklama kini mereka masuk ke dalam kamar, meletakan tas mereka. Alisa masuk ke kamar mandi, membersihkan mukanya juga berganti baju. Setelah selesai, Alisa naik keatas tempat tidur. Ketika Alisa merebahkan dirinya, dengan seringaian liciknya dan tanp sehelai benangpun, Arga mendekati Alisa, dan berkata.
"Layani aku sekarang, aku tidak mau tahu Alisa"
"Tapi Alisa capek Kak, kitakan baru sampe" jawab Alisa.
"Aku tidak mau tahu, layani aku sekarang aku suami kamu" dengan memaksa, Arga membuka baju Alisa, melahap pucuk boba Alisa, serta menggesekan ujung tongkatnya dengan inti tubuh Alisa, lalu memasukannya dengan kasar, membuat Alisa sedikit merasakan sakit dibagian bawah. Lanjut Arga menggoyangkan pinggulnya sambil berciuman dengan sang Istri, hingga di menit ke dua puluh, mereka merasakan klimaks bersama. Selesai bercinta, Alisa memejamkan mata, begitupun dengan Arga. Alisa akui, Arga begitu jantan serta ganas di ranjang, juga memuaskan. Namun, Alisa pun merasa tak terima jika perlakuan Arga berubah padanya.