Chereads / Kaya Setelah Tersakiti / Chapter 10 - Arga Terkejut, Kedatangan Sang Mertua.

Chapter 10 - Arga Terkejut, Kedatangan Sang Mertua.

Saat ini, kedua orang tua Alisa tengah beristirahat di kamar tamu. Sementara Alisa, sedang di kamar pribadinya. Sebagai mertua saat ini ibu Dewi, merasa geram karena tidak leluasa menyuruh-nyuruh Alisa seperti biasanya. Bahkan, kini Alisa tengah menikmati masa kebebasannya di dalam kamar. Karena, Ibu Dewi tidak teriak-teriak seperti biasanya. Alisa memejamkan mata, hingga terlelap dengan headset yang masih menempel dikedua telinganya. Saat jam empat sore, Arga tiba dirumah. Arga merasa heran, karena rumah terlihat sepi. Dan sang istri tidak terlihat menyambutnya, dengan gegas Arga membuka pintu. Dan betapa terkejutnya Arga, ketika hendak menaiki anak tangga mendengar suara yang tidak asing ditelinganya.

"Eh nak Arga, baru pulang nak?" sapa sang Ibu mertua, dari dapur. Arga berbalik, dan langsung menghampiri.

"Eh iya Buu, gimana kabarnya? kapan dateng Buu, ko gak ngasih kabar dulu buu. Kalau tahu kan, aku bisa minta Alisa beli makanan yang enak!" tutur Arga, sambil menyalami sang mertua dengan khidmat.

"Gausah nak Arga, seadanya aja. Ini juga udah cukup, kebetulan Ibu juga bawa daging dari kampung, barusan dimasak buat makan malam nanti" jawab sang Ibu mertua.

"Lalu Alisa kemana Bu, ko Ibu masak sendiri?" tanya Arga, dengan sedikit merasa heran. Karena tidak biasanya, Alisa tidak di dapur.

"Biarkan nak Arga, biar Alisa istirahat saja, kasihan dia udah cape. Oi'yah nak Arga, kenapa Alisa sekarang jadi kuyu kayak kurang perawatan, sama sering kecapean, dan jauh banget dengan Alisa dulu sebelum menikah? Beda sekali dengan nak Arga, yang terlihat begitu gagah, elegant. Termasuk juga Ibu Dewi, tampilannya sangat mencolok. Tapi kenapa anak ibu, beda gak seperti istri nak Arga? maaf ya nak Arga, bukannya Ibu tidak percaya dengan nak Arga, hanya saja Ibu merasa sekarang anak Ibu jadi beda dari penampilannya!" tanya Ibunya Alisa, panjang lebar. Mendengar hal itu, Arga bingung harus menjawab apa, bohongpun percuma karena sang mertua telah melihat semuanya. Arga merasa tercyduk, akan perbuatannnya.

Padahal yang membuat Alisa seperti itu, Ibu Dewi. Yang tindakannya, kadang berlebihan pada Alisa. Arga terdiam, sementara Ibu Fatimah menunggu jawaban Arga saat ini. Menyadari tidak ada jawaban dari Arga, Bu Fatimah langsung menepuk bahu Arga.

"Nak Arga, hei kenapa tidak jawab Nak?" tanya Buu Fatimah, membuat Arga kaget.

"I-iya Buu, maaf kalau gitu Arga ke kamar dulu ya Buu" jawab Arga sambil berlalu, menaiki anak tangga untuk menghindari pertanyaan lagi dari sang mertua. Membuat Bu Fatimah semakin yakin, jika ada sesuatu yang ditutupi oleh Alisa maupun Arga. Sesampainya di kamar, Arga melihat sang Istri tengah terlelap. Arga ingin sekali membangunkan Alisa, untuk segera berbicara, namun Arga tidak tega membangunkan Alisa. Lanjut Arga ke kamar mandi, untuk membesihkan diri. Sebenarnya, Arga tidak tega melihat Alisa diperlakukan seperti pembantu oleh ibunya, namun semua itu tertutupi oleh ego Arga, yang menurutnya itu wajar saja Ibu Dewi melakukannya. Karena Alisa bukanlah anak orang kaya, bagi Arga Alisa hanya benalu di rumahnya.

Tak terasa, malam telah tiba. Kini Pak Suryadi, Bu Fatimah, Ibu Dewi, Arga, dan juga Alisa tengah duduk di kursi makan, hendak menikmati makan malam, dengan menu yang Bu Fatimah siapkan. Alisa yang begitu kangen masakan sang Ibu, begitu antusias mengambil makanan yang tersaji di depan mata.

"Waw, ini pasti Ibu yang masak kan? Apalagi ada rendang, sama sate, Alisa tahu banget khas masakan Ibu. Alisa kangen banget, sama masakan Ibu" tutur Alisa, sambil menyendok makanan itu satu persatu. Mendengar penuturan sang anak, serta melihat begitu antusias'nya Alisa, seperti yang baru pertama kali melihat makanan enak, membuat Bu Fatimah menitikan airmata serta memalingkan muka, agar air mata yang jatuh tidak terlihat oleh Alisa, lalu dengan suara yang sedikit bergetar Bu Fatimah berkata pada anak bungsu kesayangannya.

"Iya Sayang, itu semua Ibu sama Ayah yang bawa dari kampung, lalu tadi Ibu masak sesuai menu kesukaan kamu Sayang, makan yang banyak ya, berasnya juga Ibu sama Ayah yang bawa dari kampung, jangan takut ya Sayang!" jawab Bu Fatimah, dengan sedikit menyindir Ibu Dewi. Alisa sangat tampak seperti orang yang baru nemu makanan enak, karena memang selama ini uang yang Arga berikan tiga juta hanya cukup untuk kebutuhan rumah, selain Alisa harus memikirkan tagihan listrik, Alisa juga harus mengatur keuangnnya untuk perlengkapan yang lain. Karena Ibu Dewi, yang memegang uang paling banyak, namun tidak ingin berbagi dengan Alisa. Hanya perintah dan perintah yang selalu Ibu Dewi berikan, tanpa belas kasih. Bahkan ketika ingin menikmati makan enak, Ibu Dewi memesan sendiri, namun tidak ingin berbagi dengan sang menantu. Dalam sehari-hari, Alisa hanya memasak makanan sederhana, karena memang uang yang terbatas. Sementara Arga, jika di Kantor, iya selalu membeli makanan enak, sementara pada sang istri tak pernah membelikannya. Arga membiarkan Alisa, memakan seadanya sesuai kemampuan uang yang dipegang Alisa. Alisa masih bertahan, karena Arga setia padanya, mungkin kalau Arga berselingkuh beda cerita.

Kini makan malam telah usai, Bu Fatimah memberikan makanan penutup pada Alisa, pudding kesukaan Alisa dari kecil yang diambilnya dari lemari pendingin.

"Nih Sayang, Ibu bikinkan pudding kesukaan kamu Sayang. Dimakan ya Sayang, dan Arga juga sama Bu Dewi silahkan dimakan ya!" Ujar Bu Fatimah pada sang putri, juga besan serta mantunya.

"Uuh, ini pasti enak ya Bu? makasih banyak Ibu, aku seneng banget disini ada Ibu. Ada yang masakin, ada makanan enak!" tutur Alisa keceplosan, bahkan Alisa menutup mulutnya dengan telapak tangan, karena merasa salah bicara. Bu Fatimah pun, merasa ada kesempatan langsung menanyakan kembali pada sang anak saat itu juga.

"Maksud kamu apa Sayang, ada yang masakin sama ada makanan enak, memang selama ini kamu makanannya sederhana? Bukankah suami kamu ini, seorang manajer? masa tidak mampu membeli daging sapi barang sekilo aja, atau sate apa kamu gak bisa membelinya?" Tanya Bu Fatimah, dengan menahan amarah.

"Enggak gitu maksud Alisa Buu, maksud Alisa enak aja gitu ada ibu makanan enak tinggal makan, gak harus Alisa yang masak gitu!" jawab Alisa, sedikit berbohong. Namun bu Fatimah tahu, jika sang putri menutupi sesuatu. Diapun mengalah, dengan seolah mempercayai perkataan Alisa.

"Ohw gitu, kirain suami kamu pelit gak ngasih kamu makan yang layak!" jawab Bu Fatimah.

Sementara Arga, juga Bu Dewi terdiam sedari tadi. Tak ingin menimpali, takut salah kata yang akan menimbulkan masalah. Taklama, makan malam selesai. Semua piring bekas makan, dicuci oleh Bu Fatimah, bahkan saat Alisa ingin membantunya, Bu Fatimah melarangnya. Saat semua berkumpul di ruang keluarga, Bu Fatimah meminta Alisa untuk mengantarnya jalan-jalan keliling Kota.

"Alisa Sayang, antar Ibu jalan-jalan nak sama Ayah, biar Ibu tahu Kota Nak!" pinta Bu Fatimah, pada sang Putri.

"Tapi, ini tanggal Tua Buu!" jawab Alisa.

"Tenang aja, Ibu bawa uang ko. Yu kita siap-siap Sayang, itu Bapak udah nunggu tinggal berangkat.!" tutur Bu Fatimah, pada Alisa.

"Yaudah, Alisa ganti baju dulu ya Buu"

"Iya Sayang, ibu tunggu disini ya. Oi'yah nak Arga, Ibu pinjam dulu Istri kamu ya!" pinta Bu Fatimah, pada Arga.

"Iya Buu, ga ada alasan aku buat melarangnya!"