Hari ketiga di rumah besan, Pak Suryadi mempunyai satu rencana dengan sang Istri, yang akan disampaikan pada Alisa ketika Arga sedang bekerja. Seperti biasa, Alisa menyiapkan sarapan di dapur bersama sang Ibu, sejak jam lima pagi. Sementara Ibu Dewi, tuan Rumah belum terlihat batang hidungnya. Ketika di dapur, Bu Fatimah menanyai sang anak secara perlahan agar Alisa mau terbuka dengannya mumpung tidak ada orang selain mereka. Selagi Bu Fatimah menyiapkan bumbu, dan Alisa memotong sayuran juga ikan, Bu Fatimah memulai pembicaraan.
"Sayang, kamu jujur sama Ibu. Selama ini, kamu bahagia enggak sama Arga selama tinggal disini? Ibu harap kamu jujur, jangan ada yang ditutupi. Ibu gapapa ko Sayang, Ibu hanya ingin tahu sejauh mana kamu diterima kaluarga ini?" Tanya Bu Fatimah, dengan hati-hati. Alisa menghela nafas, sebelum menjawab pertanyaan sang Ibu, dan Alisa tidak sanggup untuk berbohong, akhirnya Alisa pun berbicara jujur pada Bu Fatimah.
"Jadi gini Buu, tapi Ibu jangan kaget atau marah sama Mass Arga maupun Ibu mertuaku yaa Buu. Alisa harap, Ibu mau berpura-pura tidak tahu semuanya!" permintaan Alisa, pada sang Ibu sebelum akhirnya menjelaskan, dan Bu Fatimah mengangguk tanda setuju dengan syarat yang diajukan Alisa. "Jujur aja Bu, diawal Alisa merasa kaget ketika diterima di Rumah ini, dengan kurang baik. Dari mulai Bu Dewi, memecat Pembantu dan menggantikannya dengan Alisa. Ibu Dewi sengaja, memperlakukan Alisa seperti Pembantu. Semua pekerjaan Rumah, Alisa yang mengerjakan. Dan Mass Arga, tidak membela Alisa sedikitpun. Bahkan, gajih Mass Arga diberikan pada Ibunya Sepuluh Juta, sedangkan pada Alisa hanya tiga juta sebulan. Sedangkan, pengeluaran Rumah termasuk masak, listrik, dan lainnya Alisa yang urus. Hanya beruntungnya, Ayah selalu kirimkan uang buat Alisa. Kadang kalau ingin makan enak, Alisa sembunyi-sembunyi makan diluar sendiri sambil belanja kebutuhan Rumah ke Pasar. Alisa sengaja, ke mass Arga juga Ibu Dewi, bilang kalau Ayah hanya mengirim uang lima ratus ribu. Kan mereka mengira Alisa anak orang gak mampu. Diawal memang Alisa kaget Bu, tapi lama kelamaan Alisa mengambil hikmah dari semua ini. Alisa jadi bisa masak, bisa nyuci, bisa nyetrika. Jadi, kalau punya anak nanti Alisa gaakan bingung Buu, kan gak selamanya Ibu ada disisi Alisa iyakan?" Jelas Alisa panjang lebar, pada sang Ibu.
"Terimakasih kamu udah jujur Sayang, tapi tetap Arga tidak adil kalau gitu sama kamu. Apa kamu kuat, jika ini berlangsung lama Sayang?"
"Mudah-mudahan Alisa kuat Buu, doakan saja. Selama mass Arga, setia aku pasti kuat Buu, tapi kalau Mass Arga berkhianat membawa perempuan lain, apa boleh buat. Alisa pasti akan meninggalkannya, Alisa tidak mungkin memaafkannya."
"Yaudah, nanti Ibu mau bicara dengan Ayah agar ada soluai buat kamu Sayang. Tenang walaupun Ayah, berpenampilan sederhana, tapi Ayah bukan orang sembarangan Sayang!"
"Iya Ibu, Sayang!"
"Yaudah, kita sajikan yu makanannya. Gak terasa ya sambil ngobrol, tahu-tahu masakan kita udah jadi. Sebentar Ibu, mau kekamar kasih tahu Ayah, masakan gadis kesayangannya udah jadi!"
"Iya Buu, Alisa juga mau kasih tahu Mass Arga."
Karena, masakan telah siap. Baik Alisa, maupun Bu Fatimah memanggil suami masing-masing ke kamar mereka. Taklupa Alisa, mengetuk pintu kamar Bu Dewi, dan memberi tahu jika menu sarapan telah siap.
Taklama, kini mereka telah kumpul di meja makan, Alisa mengambilkan nasi serta lauk dan sayur untuk sang Suami, taklupa juga untuk Bu Fatimah juga Ibu Dewi. Sedangkan Bu Fatimah, mengambilkan makanan untuk sang Suami. Merekapun memulai sarapan, tidak banyak obrolan yang berarti diantara mereka, hanya obrolan ringan saja. Selesai sarapan, Arga langsung bersiap ke Kantor, sedangkan Ibu Dewi menonton acara TV diruang keluarga ditemani Bu Fatimah. Saat Arga telah berangkat bekerja, dan tak terlihat lagi. Pak Suryadi mendatangi kamar Alisa, yang saat itu Alisa baru selesai bergant baju, disusul oleh Bu Fatimah yang berpura-pura ijin ke kamar mandi ke Ibu Dewi, agar tidak menimbulkan kecurigaan. "Tok, tok, tok" Pak Suryadi, mengetuk pintu Alisa. Alisa pun membukanya, dan mempersilahkan Pak Suryadi masuk ke dalam.
"Ayah, ada apa Ayah kesini masuk Yah.!"
"Suuuttt, jangan kencang-kencang nanti Bu Dewi dengar. Ayah mempunyai rencana, tapi tunggu Ibu nyusul kesini ya!" jawab Pak Suryadi, sambil meletakan jari telunjuknya didepan bibir. Lalu detik kemudian, Bu Fatimah datang serta taklupa mengunci pintu. Setelah melihat kedua orang tuanya duduk, Alisa langsung menanyakan maksud kedatangan mereka yang sembunyi-sembunyi itu.
"Okey, jadi apa yang mau Ayah sampaikan sama Alisa, Buu?" tanya Alisa, langsung.
"Jadi gini Sayang, karena Ayah mendengar semua cerita kamu dari Ibu tadi pagi. Ayah mau menyewa dua pengawal untuk kamu, tapi tanpa sepengetahuan suamimu. Ayah juga akan menyiapkan Mobil, juga tempat tinggal untuk kamu jika kamu sedang merasa tertekan di rumah ini. Dan Ayah akan menyiapkan Asisten untuk membantu kamu, selama mengerjakan pekerjaan Rumah. Nanti setelah orang suruhan Ayah, mendapat Rumah buat kamu juga kendaraan, dia akan menghubungi kamu. Soal waktu, ayah akan memberikan Info ketika suamimu berada di Kantor. Dan untuk pekerjaan Rumah, kamu bisa memberikan obat tidur pada minuman mertua kamu agar dia tertidur hingga sore hari, jadi dia tidak akan tahu, kalau kamu mempunyai ART." Jelas Pak Suryadi, panjang lebar.
"Tapi, apa gak bahaya kalau Ibu Dewi dikasih obat tidur Yah?"
"Dosisnya jangan berlebihan, dan lakukan itu tiga hari sekali, ketika pekerjaan Rumah menumpuk. Semisal ketika banyak cucian, juga harus nyetrika, juga pel lantai. Kalau kamu, cukup masak aja di dapur."
"Okey, makasih banyak Ayah. Entah gimana, jadinya Alisa kalau tidak ada Ayah."
"Oi'yah, jika kamu ingin jalan dengan sahabat kamu, jalan aja soal uang biar Ayah siapkan, yang penting kamu bahagia Sayang!" kembali Pak Suryadi, berkata pada Alisa yang membuat Alisa semakin senang mendengarnya.
"Iya Ayah, makasih Ayah. Alisa kira, Alisa gaakan merasakan senang-senang lagi kayak dulu, semenjak jadi Istri Mass Arga, Alisa benar-benar dikurung di Rumah. Mereka tidak, mengijinkan Alisa melakukan apapun dengan bebas."
"Tenang Sayang, selama Ayah masih hidup. Ayah akan melakukan apapun buat kamu, Sayang. Kamu Putri satu-satunya yang Ayah miliki Sayang!"
"Makasih Ayah, Ibu!" Alisa menjatuhkan diri kedalam pelukan Ayah dan Ibunya, menitikan airmata karena terharu. Setelah mengurai pelukan, Pak Suryadi undur diri karena hendak menghubungi orang suruhannya.
"Sayang, Ayah telpon orang kepercayaan Ayah dulu ya!"
"Makasih Ayah, Ibu!" Alisa menjatuhkan diri kedalam pelukan Ayah dan Ibunya, menitikan airmata karena terharu. Setelah mengurai pelukan, Pak Suryadi undur diri karena hendak menghubungi orang suruhannya.
"Sayang, Ayah telpon orang kepercayaan Ayah dulu ya!"
"Iya, Ayah!" Pak Suryadi keluar dari kamar Alisa, hendak menghubungi orang kepercayaannya. Setelah lima belas menit menjelaskan, semua secara detail.